Pencetak para quthb. Barangkali demikianlah gelar yang pantas
disematkan kepada Al-Habib Umar bin Segaf Assegaf. Bayangkan saja,
dengan tangan dinginnya Al-Habib Umar bin Segaf berhasil mendidik dan
mencetak ulama-ulama besar dan bahkan para wali quthb. Diantaranya
adalah Al-Habib Hasan bin Sholeh Albahr, Al-Habib Ahmad bin Umar bin
Sumaith dan Al-Habib Mumammad bin Abdullah bin Qithban.
Berikut adalah wasiat yang ia tulis untuk kedua muridnya yang notabene
masih kakak beradik yang pernah “mondok” kepadanya, yaitu Al-Habib
Thahir dan Al-Habib Abdullah bin Husein bin Thahir.
Sesungguhnya seseorang akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar di
dunia dan akhirat apabila ia melakukan tiga hal. Pertama, menghindari
pergaulan dengan orang-orang yang tidak berilmu. Kedua, meninggalkan
majelis-majelis yang tidak bermanfaat dan cenderung membuang waktu
dengan percuma. Ketiga, tidak terpengaruh dan terbawa dengan gaya hidup
orang-orang zaman sekarang yang telah meninggalkan Al-Qur’an.
Maka, mengasingkan diri (uzlah) dari pergaulan awam adalah solusi yang
paling tepat bagi siapa saja yang ingin selamat dari kerusakan zaman,
disertai dengan niat yang baik dan ikhlas.
Sesungguhnya membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan khusuk dan
tadabbur (menghayati maknanya) sambil menggali rahasia-rahasianya yang
penuh dengan cahaya ilmu pengetahuan adalah hiburan yang hakiki
disamping sebagai simpanan pahala yang melimpah tentunya. Demikian juga
dengan mempelajari hadits-hadits Nabi SAW serta kalam-kalam para ulama
salaf yang telah sampai pada maqam “yaqin”. Semua itu akan mempertebal
iman kita dan menghapus segala keraguan, prasangka-prasangka buruk dan
kebimbangan kita akan kebenaran Allah, serta akan mengantarkan kita
untuk lebih dekat kepada Allah SWT.
Setiap umat Islam diwajibkan menuntut ilmu dalam situasi dan kondisi
apapun. Adapun mengajarkan ilmu dan berdakwah, itu hanya diwajibkan
kepada orang-orang yang telah berkompeten segi keilmuannya dan sesuai
kapasitasnya masing-masing. Dan mereka akan mendapatkan keutamaan dan
pahala yang besar dengan syarat mereka harus melakukan empat hal.
Pertama, selalu berusaha untuk ikhlas demi Allah. Kedua, menghormati
orang yang belajar kepadanya dan beranggapan bahwa ia merupakan karunia
dan amanat dari Allah SWT. Ketiga, senantiasa mensyukuri ilmunya
sebagai nikmat istimewa yang dikaruniakan kepadanya. Keempat, selalu
berharap kepada Allah agar “profesi”-nya sebagai pengajar kelak menjadi
bukti kebaikannya dan menyebabkan ia mendapatkan ridho-Nya.
Sesungguhnya seseorang yang menghiasi lahiriyahnya dengan taqwa dan
meneguhkan hatinya dengan sidq (iman yang kokoh) kepada Allah, kemudian
ia selamat dari sikap ujub (bangga diri atas semua amalnya) dan
membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran nafsu, maka niscaya ia akan
berhasil sampai ke tujuan, yakni memperoleh segala kemurahan Allah. Dan
ketahuilah, tingkatan tersebut pada hakekatnya takkan mampu diraih
seorang pun kecuali dengan kemurahan dan taufik Allah SWT. Adapun
manusia harus berdoa dan berusaha dengan memperbanyak sholat, bacaan
Al-Qur’an, istighfar serta dzikir-dzikir yang lain disertai rasa takut
(khosyah) dan pengagungan (ta’dhim).
Maka bertaqwalah kepada Allah baik dikala kamu sendirian maupun
diantara khalayak ramai. Amalkanlah semua ajaran yang terdapat dalam
kitab suci Al-Qur’an, hadits-hadits nabi SAW serta kitab-kitab para
salaf soleh. Dan beristiqomahlah di dalam berusaha mendapatkan ridho
Allah. Ambil dan kerjakanlah amalan-amalan kesunnahan nabi yang
sekiranya nantinya kamu mampu untuk beristiqomah mengerjakannya,
disertai dengan niat ikhlas, kehadiran hati dan prasangka baik.
Sesungguhnya Nur Ilahi akan kita dapatkan apabila kita beristiqomah
membaca Al-Qur’an disertai sikap hormat dan adab yang baik, menghayati
makna-maknanya, dan merasakan kehadiran Allah di hadapan kita. Bacalah
wirid-wirid yang sekiranya kamu mampu beristiqomah membacanya. Seperti
hizb Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad, hizb imam Nawawi, dan hizb
Albahr. Perbanyaklah melantunkan shalawat kepada nabi besar SAW serta
mengucapkan istighfar.
Sesungguhnya sumber dari segala kebaikan adalah prasangka baik kepada
Allah SWT dan makhluk-Nya. Maka berinteraksilah dengan makhluk Allah
dengan akhlak yang baik. Berikan semua hak-hak mereka tanpa ada
perasaan terpaksa. Sesungguhnya masing-masing dari mereka telah
mendapatkan keistimewaan dari Allah SWT. Dan sumber dari segala
kesialan adalah kebodohan. Maka bersyukurlah kepada Allah apabila kita
dikeluarkan dari jurang kebodohan. namun janganlah menganggap diri kita
lebih pintar dari siapa saja. Karena sesungguhnya Allah akan merahmati
hamba-hamba-Nya yang taat dengan rahmat-Nya
Sesungguhnya urusan dunia dan akhiratmu tergantung baik tidaknya
agamamu. Maka ambillah sedikit saja dari dunia dengan niat yang baik,
niscaya itu akan membantumu untuk sampai kepada Allah. Berdakwahlah dan
ajaklah manusia menuju jalan Allah dengan sikap bijak dan ucapan-ucapan
yang bagus ( kalimat ini adalah izin dan perintah dari Al-Habib Umar
kepada Al-Habib Thahir dan Al-Habib Abdullah untuk menyebarkan ilmu dan
berdakwah). Mintalah kepada Allah agar selalu mendapatkan hidayah.
Sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang ia
kehendaki.
Kamis, 25 November 2010
sepi
Saat kau tak di sisi ku
Langkah yang sulit semakin berat terasa
Aku hanya ingin belajar menjadi wanita tangguh
Tak perdulikan keping hati yang berserakan dalam kalbu.
tapi, saat aku lengah sedikit saja
rasa ini semakin kuat menyakiti
semakin mudah ku tapaki jalan ini sendiri
tapi ternyata aku salah
Rasa ini semakin rumit,
semakin sulit
Hampir meledak asaku tuk berharap.
tanpa senyuman mu
aku serasa kehilangan petunjuk
tapi selalu saja, kesepian ini enyah pergi dari ku
meski telah menjadi bagian dari hidupku
tetap saja sepi ini menyakiti.
aku harus apa??
haruskah ku gali kubur ku sendiri?!
Senin, 22 November 2010
Manusia dan binatang
Perumpamaan mukmin yang mendakwahi orang-orang durhaka adalah seperti
penggembala yang menyeru binatang yang tidak mendengar selain panggilan
dan seruan saja. Mereka tuli, bisu, dan buta, sebab itulah mereka tidak
pernah mengerti (QS. Al Baqarah, 2:171).
Pengantar
Saya duduk termenung. Pandangi jalanan berdebu di bawah terik matahari.
Kulihat manusia berlalu lalang. Keluar masuk dari bangunan. Saat malam
tiba, manusia memasuki rumahnya. Ketika pagi menjelang, mereka keluar
dari tempat tidurnya.
Sama dengan ayam, kambing, bebek, dan hewan lainnya; manusia pun suka
makan, minum, dan tidur. Ada orang berkata bahwa manusia punya
kelebihan, yakni akal pikiran. Namun, saya lihat kepribadian mereka tak
ubahnya seperti binatang. Jika banyak manusia membanggakan kelebihan
akalnya, mengapa manusia memposisikan diri sebagai binatang?
Lihatlah
binatang yang gemar melakukan seks bebas, berebut makanan, makan, dan
tidur. Apa sich yang membedakan kita dengan hewan? Apa yang harus kita
lakukan supaya kita beda dengan binatang?
Binatang dan Manusia: Tercipta dari Tanah
Semua binatang bumi dapat dipastikan berasal dari tanah. Sama dengan
kita sebagai manusia tercipta dari tanah. Saya melihat seekor kambing
asyik menyantap rerumputan hijau. Banyak sekali makanan kambing yang
juga menjadi makanan kesukaan saya seperti lalap-lalapan. Saya pun
berkata dalam hati: “Hai kambing, kamu sama dengan saya tercipta dari
tanah. Makanan kamu dengan saya tak jauh beda. Semoga saya menjadi
hamba Allah yang taat dan selalu mensyukuri nikmat.”
Saya pun menghampiri seekor ayam jantan. Dilihatnya ia asyik mematuk
makanan seperti beras, jagung, nasi, roti, dan biji-bijian.
Subhanallah, makanan ayam semuanya makanan kegemaran saya. Memang
betul, bahan baku ayam sama dengan saya, yakni tercipta dari tanah
liat. Banyak anatomi tubuh ayam sama dengan anatomi tubuh saya, punya 2
biji mata, dua kaki, punya usus, jantung, dan aliran darah.
Subhanallah. Tidak patut kita tinggi hati di hadapan makhluk Allah SWT,
melainkan kita harus menyayangi mereka dengan cara tidak menggangu dan
tidak menyembelihnya kecuali hanya sekedar untuk makan, selain itu maka
tindakan kita merupakan tindakan hina dan terkutuk (seperti membantai
hewan, dsb).
Ingatkah anda dengan akhlak Nabi Sulaiman as dan pasukannya saat hendak
melewati barisan semut yang menyeberangi jalan? Nabi Sulaiman as sangat
menghormati semut-semut dan sama sekali tidak ingin menzalimi mereka.
Sepatutnya kita tidak tinggi hati di hadapan mereka melainkan menjaga
keamanan mereka, sebab kita merupakan khalifah (pemimpin) di muka bumi,
yang berarti kita bertanggungjawab penuh atas keselamatan kenyamanan
makhluk-makhluk Allah SWT di muka bumi.
Manusia dan Binatang

Kebun Binatang: Hikmah Tafakur
Ketika jalan-jalan ke kebun binatang (bonbin). Saya bertemu dengan
seekor monyet. Saya pun bertatapan mata dengan monyet yang sedang
membawa pisang.
Saya lihat ia membuka daun pisang layaknya seorang
manusia dan kemudian memakannya. Saya lihat masing-masing jari
tangannya berjumlah 5 jari. Kukunya pun bersih seperti kuku di
tanganku. Entah, saya tersenyum
padanya dan ia pun tersenyum!!! Subhanallah, tak sepatutnya saya
tersindir sebab monyet pun sama dengan saya, makhluk ciptaan Allah SWT.
Sebenarnya bukan hanya monyet yang mirip dengan manusia, hampir semua
binatang pun memiliki kemiripan dengan manusia. Seekor kucing yang
hamil tua, perutnya buncit dan sulit berjalan. Ketika kucing
melahirkan, bukan main menyakitkan dan melelahkannya proses persalinan
kucing. Beberapa saat setelah melahirkan, kelihatan perut kucing yang
tampak membuat ngilu, sebab perutnya masih kendor. Bukankah hal itu tak
beda dengan persalinan manusia? Subhanallah.
Katika menyaksikan binatang-binatang seperti itu, tak sepatutnya kita
mengingkari kodrat kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, Dialah
Pencipta makhluk-makhluk di alam semesta. Guna mengakui kodrat kita
sebagai manusia yang diciptakan dari tanah maka sepatutnya kita
mengabdi pada Allah SWT dan beramal salih untuk mengagungkan Asma-Nya,
maka diri ini akan merasakan kemuliaan sebagai makhluk Allah Yang Maha
Mulia sehingga kita akan merasakan mulianya hidup kita dan berharganya
diri kita di sisi Allah Yang Maha Pencipta. Alhamdulillah.
Inginkah Kita Berbeda dari Binatang?
Kita sadar bahwa kedatangan ajal makin mendekati kita. Sepatutnya
segera mengetahui pembeda kita dari binatang dan segera melakukan apa
saja yang dipandang perlu menaikkan derajat tersebut sebelum pintu
taubat tertutup.
Senjata untuk membedakan kita dari binatang adalah giat ibadah dan
beramal salih. Melalui ibadah, kita lebih sering ruku dan sujud pada
Allah SWT.
Pun giat beramal salih, maka dengan hal itu kita akan
menapaki derajat jauh lebih tinggi daripada binatang.
Nafsu kebinatangan segera hilang dalam diri seseorang manakala ia mulai
menyantuni fakir miskin, anak yatim, menolong sesama, membahagiakan
sesama, dan lebih mementingkan umat daripada dirinya sendiri. Itulah
yang membedakan manusia dengan binatang. Jika tidak mampu melakukan
demikian maka manusia tak ubahnya seperti binatang bahkan lebih rendah
daripada binatang!
Mahasuci Allah yang telah menciptakan makhluk-makhluk bumi beraneka
rupa dan bentuk yang tiada satu pun makhluk bercampur aduk dengan
makhluk lainnya. Allah SWT menciptakan bangsa kucing, bangsa semut,
bangsa lebah, bangsa kambing, bangsa kera dan bangsa manusia.
kesemuanya inibagi manusia yang mau berfikirbenar-benar menjadi ayat
untuk segera memposisikan diri sebagai manusia bukan malahan meniru
cara hidup binatang!
Nasihat bagi Manusia
Pencipta semua makhluk yang ada di bumi dan langit adalah Allah
Penguasa Tunggal alam semesta. Tidak ada Tuhan kecuali Allah. Kita
diciptakan Allah SWT tiada lain hanya untuk ibadah. Mengabdi pada Allah
Yang Maha Pemberi rezeki. Ruku dan sujud pada-Nya. Menghabiskan
sisa-sisa hidup hanya untuk berbuat kebajikan pada sesama dan menumpas
segala kezaliman. Menyayangi makhluk bumi dan menjadikan syaitan
sebagai musuh abadi.
Kita mempunyai mata, telinga, dan hati sebagai fasilitas unggulan guna
mengabdikan segala potensi hanya untuk menegakkan kalimat Illahi. Kita
adalah manusia yang bertanggungjawab menjaga keamanan bumi dari tangan
manusia terlaknat penyembah syaitani. Inilah makna bahwa kita berbeda
dengan binatang sebab tingkat amanah kita teramat tinggi dan berat
untuk dipikul sebangsa makhluk bumi.
Hidup kita di bumi berdampingan dengan makhluk penghuni bumi. Kambing
punya hak hidup di bumi. Bebek punya hak hidup di bumi. Gajah punya hak
menempati bumi. Lebah memiliki legitimasi Allah SWT sebagai penghuni
bumi. Dan semut pun berhak tinggal di muka bumi. Kita sebagai manusia,
selain berhak menempati bumi, juga berkewajiban memimpin bumi ini.
Mukmin sepatutnya mengayomi, melindungi, dan menjaga hak-hak makhluk
penghuni bumi. Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk mengenyahkan
syaitan yang tak mempunyai hak apapun berpijak di muka bumi. Amin ya
Rabbal `alamin. Pada dasarnya Allah menciptakan manusia itu adalah
sebagai mahluk yang paling berharga dan mulia di permukaan bumi ini.
Namun tidak sedikit, manusia sendirilah yang merusak kehormatan dan
harga dirinya, dengan melakukan perbuatan-perbuatan
yang amoral, yang tidak sesuai dengan norma-norma agama.
Karena itu,
kemuliaan yang terdapat dalam diri manusia ini haruslah selalu dijaga
dari pada hal-hal yang dapat merusaknya, baik yang berupa sikap dan
perbuatan yang dilakukan oleh diri sendiri, maupun yang dilakukan oleh
orang lain terhadap pribadinya.
Bahkan, Islam memberikan tuntunan, kalaupun harus dengan mengeluarkan
harta demi menjaga kehormatan atau harga diri, hal itu boleh untuk
dilakukan. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi: “Peliharalah untuk menjaga diri kamu dengan harta kamu” (HR.
Ad-Dailami)
Karena itu, dalam prespektif Islam, harga diri itu lebih berharga dan
mulia dari pada harta benda. Namun yang terlihat sekarang, terkadang
manusia rela menjatuhkan harga dirinya demi memperoleh keuntungan harta
benda.
Selain itu juga, seringkali manusia melakukan perbuatan-perbuatan
kekerasan denganberdalih membela harga diri. Padahal untuk menjaga
kehormatan atau harga diri menurut ajaran Islam, bukanlah dengan
pertengkaran atau kekerasan. Sebab adanya kekerasan justru
menghancurkan harga diri. Selain itu, tidak jarang balasan yang timbul
akibat dari sikap kekerasan seringkali berlebihan dan tidak terkontrol.
Sehingga akibatnya, justru menjatuhkan martabat kemanusiaannya.
Dalam pandangan Islam, manusia itu berharga karena kemuliaannya, sedang
kemuliaan seseorang itu bersumber dari kesabaran dan kebijaksanaannya.
Sebagaimana disebutkan di dalam QS. Al A’raaf ayat 199:
“Jadilah Engkau Pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang baik, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”
Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa, sikap sabar dengan selalu
memberikan maaf inilah ajaran yang dituntunkan oleh Allah Swt. kepada
hambanya yang beriman.
Karena itu, setiap pribadi muslim, hendaknya
tidak terpengaruh dengan melakukan pembalasan, ketika ada orang lain
yang bersikap atau berbuat tidak baik kepadanya.
Sementara itu, jika diperhatikan kembali, ada yang menarik dari susunan
kalimat ayat diatas. Disebutkan bahwa, Allah menganjurkan bagi setiap
muslim untuk memberikan maaf dengan tujuan agar mereka berbuat baik,
dalam artian, tidak melayani perbuatan bodoh mereka. Sebab jika
perbuatan bodoh mereka kita balas, maka mereka akan melakukan perbuatan
yang lebih bodoh lagi dari pada perbuatan mereka yang pertama. Selain
itu juga, jika kita tidak membalas perbuatannya, maka mereka akan
merasa cukup dengan perbuatan yang pertama, karena telah membuat kita
tidak bisa berbuat apa-apa. Sehingga secara tidak langsung, kita sudah
membuat orang lain berbuat baik, karena mereka tidak melakukan
perbuatan buruk yang kedua dengan sebab sikap kita yang telah memaafkan
dan tidak membalas perbuatan mereka yang pertama.
Sikap memberikan maaf ini pulalah yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Sebagaimana telah diriwayatkan ketika beliau diludahi oleh salah
seorang yang kafir, setiap kali melewati suatu jalan.
Hingga suatu
ketika orang kafir tersebut sakit, dan Rasul menjenguknya. Seketika itu
juga orang kafir tersebut merasa kagum dan takjub terhadap sikap
terpuji yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. ini, hingga mendorong dia
mengucapkan Dua Kalimat Syahadat dihadapan Rasulullah.
Dari kisah diatas sebenarnya, jika Rasulullah menginginkan membalas
perbuatan orang kafir tersebut mudah saja beliau lakukan, tetapi hal
itu tidak dilakukannya, namun justru memaafkannya. Bahkan lebih dari
itu, beliau juga membalas dengan perbuatan yang baik dengan
menjenguknya ketika dia sakit. Sehingga membuat orang kafir tersebut
tersentuh dan tergerak untuk melakukan perbuatan yang baik juga.
Selain itu, tercatat juga dengan tinta emas dalam sejarah Islam, di
saat banyak orang kafir Mekah berusaha mencelakakan dan menyakiti
beliau karena agama yang disebarkannya, maka Rasulullah Saw. beralih
pergi ke kota Thaif untuk berdakwah di sana, dengan harapan penduduk
kota tersebut mau beriman kapada agama yang dibawanya.
Namun tatkala
sampai di kota Thaif, yang beliau dapatkan bukanlah sambutan hangat
atas dakwahnya, tetapi justru tidak jauh beda dengan yang terjadi di
Mekah, yang didapatkannya adalah lemparan-lemparan batu yang membuat
darah suci dari insan termulia ini mengucur keluar membasahi sampai
kakinya. Sementara itu terjadi, malaikat jibril datang menawarkan
kepada Nabi, agar memerintahkan kepadanya untuk mengadzab mereka, namun
beliau menolak. Dan justru beliau mendoakan penduduk Thaif agar
mendapat petunjuk, dengan doa yang masih tetap melegenda sampai
sekarang:
“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka
tidak mengerti”
Inilah contoh sikap yang diajarkan dalam ajaran Islam, bahkan Allah Swt
juga memuji hambanya yang memiliki sifat demikian. sebagaimana yang
terdapat di dalam QS. Al-Furqon: 63:
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung)
keselamatan”
Dengan demikian, segala bentuk kekerasan yang dilakukan, walaupun
dengan dalih membela harga diri, jelaslah bukan merupakan cara yang
benar. Ketika orang lain malakukan kesalahan, dan dibalas dengan
kesalahan, maka tidak ada beda antara keduanya, dan tentunya cara
demikian bukanlah ajaran Islam dan sangat dibenci oleh Allah Swt.
Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi:
“Laki-laki yang paling dibenci oleh Allah Swt. adalah laki-laki yang
keras” (HR. Bukhori Muslim)
Rabu, 10 November 2010
Habib Alwi Bahsin

Sejak berusia 15 tahun, Habib Alwi telah diizinkan oleh guru-gurunya untuk mengajar. Sistem pengajaran yang beliau terapkan kebanyakan berupa diskusi dan praktek, terutama dalam hal fiqih. Tidak berhenti ampai disitu, pendidikan Habib Alwi terus berlanjut, hingga beliau banyak mendapatkan ijazah dari berbagai Habib yang masyhur, di antaranya Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang), Habib Salim bin Jindan (Jakarta), Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid (Tanggul) dan Habib Salim bin Alwi Al-Khirid (Makkah).
Habib Alwi terkenal sebagai seorang ulama yang tegas dan berani dalam menjalankan Amar makruf Nahi Munkar. Madrasah yang didirikannya pada zaman penjajahan jepang sempat ditutup karena beliau menentang Jepang untuk menyembah matahari setiap pagi hari. Namun setelah Jepang meninggalkan Indonesia, 1945, madrasah tersebut beliau buka kembali dan dinamai Madrasah Al-Kautsar, terletak di Kampung Munawar 13 Ulu
Kegigihan Habi Alwi dalam berdakwah terlihat tatkala beliau ke pelosok daerah seperti Tanjung Agung dan Talang Padang. Dengan berbekal sampan dan lampu petromaks, beliau dan beberapa temannya menunggu perahu motor yang lewat untuk mengikatkan ampan pada perahu tersebut, sehingga perjalanan menjadi lebih cepat. Demikian pula ketika mereka akan kembali ke kota. Sesampainya di daerah tersebut, mereka membersihkan mushala dan mengajak penduduk untuk shalat berjamaah atau menghadiri majlis taklim. Habib Alwi mencurahkan perhatian yang luar biasa kepada kaum muslimin, terutama faqir miskin dan yatim piatu. Hal ini diwujudkan dengan mendirikan panti asuhan Darul Aitam, pada 8 Desember 1971 M (29 Syawal 1391 H). Di tanah wakaf H.Syukur bin Ahmad Bustam, 14 Ulu, Palembang, yang juga merupakan gagasan gurunya, Habib Abdurrahman bin Syekh Al-Idrus.
Selain mendirikan Darul Aitam, beliau juga membangun Madrasah Al-Munawariyah yang terletak di Lr.Sederhana 13 Ulu. Aktivitas yayasan dan madrasah tersebut hinggga kini masih berjalan. Pada tahun 1395 H, Habib Alwi mempelopori kuliah subuh di masjid dan musholla. Antara lain yang masih berjalan di Masjid Darul Muttaqin 8 Ilir, Palembang, setiap minggu pagi.
Sudah menjadi kebiasaan para habib untuk melazimkan berziarah kepada para sholihin. Demikian pula Habib Alwi, sering berziarah ke makam kakeknya, Habib Muhammad bin Ahmad Bahsin, di Jebus, Pulau Bangka. Konon kakek beliau dengan ilmunya dapat menaklukan dukun-dukun santet yang terkenal hebat di daerah tersebut. Habib Alwi memiliki persahabatan yang istimewa dengan Habib Ali bin Husein Al-Aththas (Bungur). Hal ini terlihat tatkala Habib Ali wafat. Sebelum wafat, beliau berwasiat agar yang memandikan jenazahnya adalah Habib Alwi Bahsin. Maka dipenuhilah keinginan beliau dengan memberangkatkan Habib Alwi dari Palembang untuk memandikan jenazahnya. Demikian pula semasa hidupnya, Habib Ali bin Husein Al-Aththas selalu berpesan kepada jemaah yang hendak pulang atau berziarah ke Palembang, agar memintakan doa' kepada Habib Alwi Bahsin untuk beliau. Pada tahun 1398 H, Habib Alwi menunaikan ibadah haji. Setibanya di Jeddah, karena kecintaan yang begitu mendalam kepada datuknya, Rasulullah saw, beliau dan rombongan langsung menuju Madinah. Perjalanan dari Jeddah ke Madinah yang biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama, dengan izin Allah swt menjadi begitu singkat, sehingga membuat sopir mobil yang ditumpanginya takjub. Saat di Madinah, Habib Alwi tidak mau menginap di hotel yang telah disediakan di lantai atas. "Bagaimana mungkin aku berada di atas, sedangkan Rasulullah saw berada di bawah. Aku takut tidak mengamalkan akhlaq yang telah diajarkan oleh Nabi saw." Katanya. Dan sewaktu berziarah ke makam Nabi saw, dengan melepas gigi palsunya, beliau menyatakan tidak menyukai kedustaan seperti halnya gigi palsu itu.
Habib Alwi berpulang ke Rahmatullah pada waktu fajar hari selasa, 22 Januari 1985 M ( 1 Jumadil awal 1405 H ). Beliau berwasiat agar kita selalu berpegang teguh pada madzhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah, dengan mengikuti jejak langkah salaf as-sholihin, para ulama Sholeh terdahulu.
Sudah menjadi kebiasaan para habib untuk melazimkan berziarah kepada para sholihin. Demikian pula Habib Alwi, sering berziarah ke makam kakeknya, Habib Muhammad bin Ahmad Bahsin, di Jebus, Pulau Bangka. Konon kakek beliau dengan ilmunya dapat menaklukan dukun-dukun santet yang terkenal hebat di daerah tersebut. Habib Alwi memiliki persahabatan yang istimewa dengan Habib Ali bin Husein Al-Aththas (Bungur). Hal ini terlihat tatkala Habib Ali wafat. Sebelum wafat, beliau berwasiat agar yang memandikan jenazahnya adalah Habib Alwi Bahsin. Maka dipenuhilah keinginan beliau dengan memberangkatkan Habib Alwi dari Palembang untuk memandikan jenazahnya. Demikian pula semasa hidupnya, Habib Ali bin Husein Al-Aththas selalu berpesan kepada jemaah yang hendak pulang atau berziarah ke Palembang, agar memintakan doa' kepada Habib Alwi Bahsin untuk beliau. Pada tahun 1398 H, Habib Alwi menunaikan ibadah haji. Setibanya di Jeddah, karena kecintaan yang begitu mendalam kepada datuknya, Rasulullah saw, beliau dan rombongan langsung menuju Madinah. Perjalanan dari Jeddah ke Madinah yang biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama, dengan izin Allah swt menjadi begitu singkat, sehingga membuat sopir mobil yang ditumpanginya takjub. Saat di Madinah, Habib Alwi tidak mau menginap di hotel yang telah disediakan di lantai atas. "Bagaimana mungkin aku berada di atas, sedangkan Rasulullah saw berada di bawah. Aku takut tidak mengamalkan akhlaq yang telah diajarkan oleh Nabi saw." Katanya. Dan sewaktu berziarah ke makam Nabi saw, dengan melepas gigi palsunya, beliau menyatakan tidak menyukai kedustaan seperti halnya gigi palsu itu.
Habib Alwi berpulang ke Rahmatullah pada waktu fajar hari selasa, 22 Januari 1985 M ( 1 Jumadil awal 1405 H ). Beliau berwasiat agar kita selalu berpegang teguh pada madzhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah, dengan mengikuti jejak langkah salaf as-sholihin, para ulama Sholeh terdahulu.
SAYYIDINA AL-IMAM AL-QUTB AL-GHAUTS AS-SYEKH ABDURRAHMAN AS-SEGAFF R.A
Beliau masyhur dengan sebutan As-Segaff. Beliau merupakan salah satu
pemuka sadah Ba`alawi Qutb Al-Aulia yang lahir pada tahun 739 H di
Tarim, Hadhramaut. Ibunya bernama Aisyah binti Abi Bakar ibnu Ahmad
Al-Faqih Al-Muqaddam.
Guru guru beliau
As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff banyak mempelajari kitab Syari’ah dan
hakekat, sehingga diriwayatkan bahwa beliau telah menguasai sekaligus
hafal di luar kepala, lebih kurang 50 jilid buku dalam ilmu Syariah,
itu pun belum termasuk tasawuf, tauhid dan prinsip ilmu yang lain.
As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra selama masa belajarnya telah dibina
oleh tokoh-tokoh terkemuka di zamannya, beberapa di antara guru-guru
beliau adalah :
1. Al-‘Alim Al-Allamah Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Sayyidina
Al-Faqih Al-Muqaddam Ra. Melalui guru beliau ini, As-Syĕkh Abdurrahman
As-Segaff mempelajari kitab karya Al-Imamain Al-Azimain Bil Maqomil
‘Ali Muhammad Al-Ghazali dan Imam Mazhab Bil It-Tifaq As-Syĕkh Abu
Ishak, serta kitab Al-Wajiz dan Al-Muhazib serta kitab karya Al-Imam
As-Syayrodzy.
2. As-Syĕkh Ali bin Salim.
3. As-Syĕkh Al-Arib Al-Mualim Ahmad bin Muhammad Al-Khatib. Semasa
kecil beliau mempelajari dan menghafal Al-Qur`an Al-Karim kepada guru
beliau ini.
4. Al-Imam Ali bin Sa`id Basulaib.
5. Al-Imam Abu Bakar bin Isa Bayazid, yang tinggal di Wadi Amad.
6. As-Syĕkh Al-Imam Umar bin Sa`id Bajabir.
7. Al-Arif Billah Ta`ala Mazahim bin Ahmad Bajabir Shohib Barum.
8. Al-Imam Al-Wali Abdullah bin Thohir Ad-Du`ani.
9. Al-Imam Al-Faqih Muhammad bin Sa`ad Basyakil Shohib Al-Fiil. Melalui
guru beliau ini, As-Syĕkh Abdurrahman mempelajari kitab Al-Ihya,
Ar-Risalah dan Al-Ma`arif serta Al-Awarif.
10. Al-Imam As-Syĕkh Al-Islam Muhammad bin Abu Bakar Ba Ibad.
11. As-Syĕkh Al-Qodhi Muhammad bin Sa`id Kabn.
Beliau tinggal di kota ‘Adn. Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff
mendalami ilmu Nahwu dan Shorof juga ilmu bahasa yang lain seperti
Mantiq dan lain-lain kepada guru beliau ini.
Murid murid beliau
Banyak di antara murid-murid beliau di kemudian hari menjadi ulama yang
termasyhur, termasuk di dalamnya adalah anak-anak dan keponakan beliau
serta anak dari guru beliau sendiri. Beberapa di antaranya adalah:
1. Al-Imam Al-Qutb Al-Ghauts As-Syĕkh Al-Kabir AbuBakar bin As-Syĕkh
Abdurrahman As-Segaff Al-Masyhur bis “Sakran” dan saudaranya.
2. Al-Imam Al-Qutb Al-Ghauts As-Syĕkh Al-Kabir Umar bin As-Syĕkh
Abdurrahman As-Segaff Al-Masyhur bil “Mahdhor”.
3. Al-Arif Billah Abu Bakar bin Alwi As-Syaibaih, dan saudaranya.
4. Al-Imam Asy-Syahir Muhammad bin Alwi.
5. Al-Arif Billah Muhammad bin Hasan Asy-Syahir Bi Jamalullail.
6. Al-Imam Al-Kabir Muhammad Shohib Aidid bin Ali.
7. Al-Arif Billah Ahmad bin Umar Shohib Al-Mushof .
8. An-Nur Al-Muta`ajjat Al-Imam Sa`ad bin Ali Madhaq.
9. As-Syĕkh Muhammad bin Abdurrahman bin As-Syĕkh Muhammad bin
Abdurrahman bin Al-Imam As-Syeikh Ali bin Muhammad bin Ali bin Muhammad
Shohibul Wa’al Al-Khotib Al-Anshory, dan anak beliau, penulis kitab
“Al-Jauhar As-Syafaf” yaitu :
10. As-Syĕkh Abdurrahman bin Muhammad Al-Khotib.
11. As-Syĕkh Abdurrahim bin Ali Al-Khotib.
12. Syĕkh Ali bin Muhammad Al-Khotib.
dan banyak lagi
Anak anak beliau
Beliau mempunyai delapan orang anak laki-laki dan enam orang anak
perempuan, yang merupakan anak-anak yang soleh dan solehah. Setiap anak
laki-laki beliau membaca tahlil sebanyak 70.000 kali dan anak perempuan
beliau membaca tahlil sebanyak 35.000 kali, yang pahalanya dihadiahkan
kepada Imam As-Segaff. Beliau selalu menginfaqkan harta beliau bagi
anak-anaknya untuk mereka gunakan di jalan Allah SWT. Sayyidina Al-Imam
As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff mendirikan 10 buah masjid dan anak-anak
beliau mendirikan 3 masjid. Selain itu beliau juga memberikan wakaf
bagi setiap masjid. Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra juga
mempunyai banyak kebun kurma di Tarim dan di kota Al-Masfalah dan
beliau mem-bacakan surat Yasin bagi setiap pohon kurmanya.
Anak beliau yang perempuan adalah :
1. As-sayyidah Asy-Syarifah Maryam. Saudari sekandung dari As-Syĕkh Abu
Bakar As-Sakran, ibu dari Abu Bakar Al-Jufri bin Muhammad bin Ali bin
Muhammad bin Ahmad bin Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam.
2. As-sayyidah Asy-Syarifah Fatimah. Saudari sekandung dari Syeikh, ibu
dari Muhammad bin Ahmad bin Hasan Al-Wara`.
3. As-Sayyidah Asy-Syarifah Bahiyah. Saudari kandung dari Hasan bin
Abdurrahman As-Segaff.
4. As-sayyidah Asy-Syarifah Asma`. Saudari kandung dari Husein bin
Abdurrahman As-Segaff.
5. As-sayyidah Asy-Syarifah Aisyah. Ibu dari Abdurrahman Kheilah bin
Abdullah bin Alwi Maula Ad-Dawiylayh, ibunda beliau (isteri As-Syĕkh
Abdurrahman As-Segaff) berasal dari Bani Haritsah.
6. As-sayyidah Asy-Syarifah Alwiyah As-Saumul Kubro. Ibu dari Maryam
binti Umar Syanah, saudara dari Abu Bakar Al-Jufri. Ibunda beliau
(isteri As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff) berasal dari ‘Inat.
7. As-sayyidah Asy-Syarifah Alwiyah Al-Qarah As-Sughro. As-Syarifah
‘Alwiyah adalah isteri Muhammad Ar-Rakhilaih bin Umar bin Ali Ba’Umar. Ibunda beliau (isteri As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff) dari Ãl Hamiysi’
As-Syanhajy.
Adapun anak-anak beliau yang laki-laki adalah :
1. Ay-Syĕkh Ahmad.
Wafat di Tarim tahun 829 H.
2. As-Syĕkh Muhammad. Wafat di Tarim tahun 820 H.
3. As-Syĕkh Abu Bakar As-Sakran. Wafat di Tarim tahun 821 H.
4. As-Syĕkh Umar Al-Mahdhor. Wafat di Tarim tahun 833 H.
5. As-Sayyid Ali. Wafat tahun 840 H.
Ibunda beliau adalah seorang wanita sholeh dari kabilah arab
Al-Basyiban yang berasal dari Seiwun.
6. As-Sayyid Alwi. Wafat di Tarim pada tahun 826 H.
7. As-Sayyid Abdullah. Wafat di Tarim tahun 857 H.
8. As-Syĕkh Syeikh. Wafat di Tarim tahun 837 H.
Ibunda mereka (Alwi, Abdullah dan Syeikh) ini bernama Fatimah Aisyah
bin Yahya Qatiyn.
9. As-Sayyid Aqil. Wafat di Tarim tahun 871 H.
10. As-Sayyid Ja`far. Wafat tahun 829 H.
11. As-Sayyid Ad-Dza iq Hasan. Wafat tahun 830 H.
Ibunda mereka bernama Maryam binti Salim Al-Hudailiyah. Berasal dari daerah Asy-Syanahizah.
12. As-Sayyid Ibrahim. Wafat di Tarim tahun 875 H.
Ibunda beliau bernama Uwaisyah binti Ali Balhaj.
13. As-Sayyid Husein. Wafat di Tarim tahun 892 H.
Ibunda beliau bernama Asma` Fulana binti Ba Ubayd
Keagungan dan kemuliaan beliau
Maqam beliau Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra adalah seorang
wali yang bermaqam Qutb Al-Ghauts, satu derajat kewalian tertinggi.
Beberapa riwayat yang berkaitan dengan masalah maqam ini akan kami
kemukakan sebagian.
As-Syĕkh Al-Jalil Al-‘Arif Muhammad bin Hasan Al-Mu’allim Ra berkata :
“Telah datang kepadaku suatu sosok ghaib yang berkata, ’As-Syĕkh
Abdurrahman adalah seorang Wali Qutb’.
Aku pun lalu berta’awwuz karena
aku khawatir hal ini berasal dari syaithan, kemudian aku terdiam
sesaat, setelah itu ia mendatangi diriku lagi dan berkata seperti tadi,
lalu aku membaca ta’awwuz lagi, dan pada waktu ketiga kalinya ia
mendatangi diriku kembali, ia berkata; ”Apakah engkau tidak mau
membenarkan perkataanku bahwa As-Syĕkh Abdurrahman adalah seorang
Qutb?” Riwayat yang lain berasal dari anak beliau sendiri yaitu;
As-Syĕkh Al-Wali Badruddin Hasan bin As-Syĕkh Abdurrahman R.Anhuma,
beliau berkata :
“Sekali waktu aku duduk berdua bersama ayahku di Masjid beliau pada
tahun 814 H, beliau berbicara panjang lebar kepadaku dan di tengah
perbincangannya, ayahandaku berkata kepadaku beliau telah memakai
Qamiys Qutb selama dua puluh dua tahun dan selama itu beliau tidak
pernah makan kecuali minum air dingin.”
Masjid As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra
Didirikan oleh beliau pada th 768 H. Banyak diambil dari kesaksian para
Wali bahwa Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff telah
mencapai martabat Quthbiyyah. Dan telah menjadi ijma` sari seluruh
wali, bahwasanya seluruh wali di masa itu berada di bawah panji beliau
tanpa terkecuali. Salah seorang saudara Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman
As-Segaff Ra bercerita : “Sungguh telah terjadi perselisihan antara
diriku dan saudaraku, Abdurrahman As-Segaff. Sebenarnya perselisihan
ini awalnya bermula hanya pada masalah harga dagangan kurma, hingga
kemudian menimbulkan pemikiran pada diriku mengapa saudaraku itu bisa
lebih tinggi derajatnya dari pada diriku? Aku berpuasa seperti dia
berpuasa. Sholatnya pun sama dengan sholatku dan ayahanda kami juga
satu. Selain itu tamuku juga lebih banyak dari tamunya. Akhirnya pada
satu malam aku bermimpi, aku melihat suatu sosok yang bercahaya dan
berkata kepadaku: “Apakah engkau berpikir derajatmu sama dengan
saudaramu Abdurrahman?” aku pun menjawab, “Benar” kemudian cahaya
tersebut berkata kepadaku, “Jalanlah bersamaku.”
‘Maka ia membawaku kepada saudaraku Abdurrahman. Dalam mimpiku itu aku
mendapati seluruh tubuhnya diselimuti oleh cahaya, dan di setiap sendi
tubuhnya tertulis dengan cahaya, surah Al-Ikhlas dan kalimat tauhid:
Laa Ilaaha Illallah Muhammadar Rasulullah. Kemudian sosok bercahaya
tersebut berkata kepadaku, “Jika engkau telah mencapai derajat seperti
ini maka bolehlah engkau mengatakan dirimu lebih ataupun sama dengan
saudaramu Abdurrahman.” Maka semenjak itu aku pun memandang saudaraku
Abdurrahman lebih tinggi derajatnya daripada diriku.’”
Para Wali Al-‘Arifin dan para ulama Al-Muhaqiqin menjuluki beliau
dengan As-Segaff. Untuk menutupi keagungan hal beliau atas ahli zaman
di kala itu sebagai kata isyarat yang makna seutuhnya hanya dimengerti
oleh kaum Khawas dikarenakan beliau sendiri sangatlah membenci
kemasyhuran.
Dengan segala kemuliaan yang telah Allah berikan kepada
beliau, telah membuat dirinya tersohor kesegala penjuru negeri.
As-Segaff yang dalam arti lughoh adalah bermakna “di atas” adalah
mengandung pengertian kedudukan beliau adalah “di atas” seluruh para
wali pada zaman itu secara keseluruhan tanpa terkecuali. Hal ini
menyatakan bahwa maqom beliau adalah Qutb Al-Ghauts. Dan lazimnya
setiap wali yang bermaqom seperti itu dalam perumpamaannya adalah
bagaikan atap rumah yang menaungi para penghuni rumah, dalam hal ini
rumah yang dimaksud adalah “wilayah” dan konteks yang dimaksud adalah
apa yang disebut oleh kaum Sufi dengan “Tashrif Dairatul wilayah.” Atau
semacam kedudukan rantai komando tapi dalam dunia kewalian. Pernah
diriwayatkan oleh beberapa murid dari Al-Imam As-Segaff, sekali waktu
para Wali di suatu daerah menyerahkan “tashrif wilayah” mereka kepada
beliau, dengan membaiat beliau sebagai pemimpin mereka, kejadian ini
mengisyaratkan bahwa para wali tadi menyerahkan kepemimpinan kewalian
mereka kepada Al-Imam As-Segaff, dalam seluruh perkara kewalian pada
saat seperti ini Al-Imam As-Segaff berlaku sebagai Ghust Al-Wali bagi
mereka, kedudukan tinggi yang tidak bisa dianggap main-main, mengingat
“Ghaust” lazimnya berlaku bagi kaum Awam, bisa dibayangkan bagaimana
Ghaust bagi para Wali? Muhammad bin Hasan bin Abu Bakar berkata,
“Ketika aku sedang tidur, aku mendengar suara dalam mimpiku yang
berkata,
Permata-permata adalah Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali
dan anak beliau Sayyidina Alwi Al-Ghuyur dan anak beliau Ali dan anak
beliau Muhammad bin Ali Maula Ad-Dawiylaih. Kemudian aku bertanya,
‘Lalu bagaimana dengan Abdurrahman As-Segaff’ dan suara itu menjawab,
‘Ia adalah permata dari segala permata.’”
Majelis beliau Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff
mempunyai majlis yang masyhur dan selalu dihadiri para Wali dan para
Rijal Al-Ghaib dari segala penjuru dunia. Ada satu riwayat yang
bercerita bahwa beliau sekali waktu pernah didatangi seorang lelaki
asing di tengah Majlis beliau yang tiba-tiba berkata kepada beliau :
“Kenapa engkau membuka rahasia hakekat kepada khalayak ramai?”
kemudian dijawab oleh beliau, Lalu bertanya murid beliau yang bernama
Al-Imam Al-Wali Abu Bakar bin Alwi As-Syaibah, ”Bagaimanakah ciri
laki-laki tersebut?”. Al-Imam As-Segaff lalu memberikan ciri laki-laki
yang berbicara kepada beliau itu yang kemudian dijawab kembali oleh
Al-Imam Abu Bakar Asy-Syaibah, “Hazihi shifatul ghozali yujizuka
bitakallamu `alan naas.” (Ini adalah Al-Imam Al-Ghozali dan banyak yang
telah menyaksikan bahwa yang belajar pada beliau adalah para ahli
al-kasyaf yaitu para Wali Allah dan Arrijalul Ghoib.) Al-Arif Billah
Muhammad bin Ali Azzubaidi meriwayatkan: “Aku telah menyaksikan sendiri
bahwa As-Syĕkh Abdul Qodir Al-Jaelani telah membaca Al-Miatain di
hadapan Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff. Dan aku telah
menyaksikan sendiri Al-Imam Al-Ghozali membaca kitabnya yang terkenal
yaitu kitab Al-Ihya di depan Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman
As-Segaff.”
Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff, pada
awalnya kurang menyukai majlis Sima`. Kemudian karena selalu menghadiri majlis
Sima` maka akhirnya beliau mencintai majlis tersebut. Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman
As-Segaff Ra, bila tengah mendapatkan waridan, maka akan terlihatlah hāl beliau
yang luar biasa di tengah khalayak ramai, sehingga terlihatlah dengan jelas
kemuliaan beliau di sisi Allah SWT, terkadang para hadirin yang kala itu
mendengarkan perkataan beliau pun, juga akan mendapatkan haibah yang agung
karena mendengarkan perkataan beliau.
Sekali waktu, tatkala seorang saudara beliau yang bernama As-Syĕkh Ali meninggal dunia, Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff merasakan kesedihan yang mendalam hingga beliau meninggalkan majlis sima` ini sampai beberapa waktu. Kemudian ketika beliau kembali mengadakan majlis sima`, beliau berkata mengenai hal itu, “Kami menginginkan meninggalkan hal tersebut, tetapi sima` tidak meninggalkan kami.”
Sekali waktu, tatkala seorang saudara beliau yang bernama As-Syĕkh Ali meninggal dunia, Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff merasakan kesedihan yang mendalam hingga beliau meninggalkan majlis sima` ini sampai beberapa waktu. Kemudian ketika beliau kembali mengadakan majlis sima`, beliau berkata mengenai hal itu, “Kami menginginkan meninggalkan hal tersebut, tetapi sima` tidak meninggalkan kami.”
Hadhrah As-Segaff
Dalam setiap kesempatan di Majlis beliau, setelah sholat Isya pada
setiap malam Kamis dan Senin, biasanya dibacakan beberapa Nasyid kaum
sufi yang diiringi dengan beberapa alat musik seperti rebana dan
seruling. Hal ini kemudian dilanjutkan oleh Sayyidina As-Syĕkh Al-Kabir
Ahmad bin Husein Al-‘Aidrus dengan mengajak beberapa ahli pembaca
Nasyid dari Mesir dan ‘Iraf. Dan ritual atau kebiasaan ini masih
berlangsung hingga sekarang terhitung sudah berjalan selama lebih
kurang 600 tahun
Alat musik seruling peninggalan dari zaman Sayyidina Al-Imam
As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra yang masih digunakan sampai sekarang.
Pembacaan Hadhrah di Masjid
Perkataaan para Wali Allah mengenai beliau As-Syaikhah Al-‘Arifah
As-Sayyidah Sulthanah binti Ali Az-Zubaidy R.Anha mengisahkan :
“Bilamana As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff hendak datang ke tempat kami
maka aku akan melihat, sesaat sebelum kedatangan beliau, tempat kami
dan sekitarnya ditumbuhi oleh rumput yang menghijau seolah-olah tanaman
tersebut tumbuh di tempat subur yang banyak airnya, kemudian setelah
itu aku mendengar suara:
“Telah datang kepada kalian seorang sulthan anak dari seorang sulthan.”
Tubuh dari Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff selalu
mengeluarkan aroma yang sangat harum walau tanpa diberi wewangian, maka
bilamana beliau masuk ke satu rumah, maka orang pun akan tahu bahwa
rumah tersebut pernah disinggahi oleh Sayyidina Imam As-Syĕkh
Abdurrahman As-Segaff karena bau wangi yang masih melekat pada rumah
tersebut. Begitu juga bila beliau berjalan, maka orang-orang pun akan
tahu bahwa jalan tersebut pernah dilalui oleh Sayyidina Al-Imam
As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff, karena masih terciumnya aroma wangi
dari Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff. Mengisyaratkan
hal ini, murid beliau yaitu As-Syĕkh Abdurrahman Al-Khotib berkata di
dalam syi`irnya :
Lidah Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff tidak pernah putus di
dalam zikrullah.
Begitu juga hati beliau yang selalu mengingat Allah
dalam siang maupun malam. Banyak murid-murid beliau yang mendengar
suara zikir yang berasal dari hati beliau, terdengar hingga keluar oleh
orang banyak. Dan semua ulama dan wali besar di zaman itu telah
menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri, bahwa dari setiap
sendi-sendi tubuh Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff hingga rambut
dan kulit beliau, sering kali terdengar suara dalam berzikir kepada
Allah SWT.
Kisah-kisah kekeramatan As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff
Mengenai kekeramatan Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff, seorang
murid beliau yang bernama As-Syĕkh Abdurrahman bin Muhammad Al-Khotib
telah banyak menceritakan di dalam kitab Al-Jauhar As-Syafaf sebanyak
lebih kurang 100 hikayat mengenai kekeramatan dan ahwal beliau yang
sangat luar biasa. Di dalam bukunya tersebut As-Syĕkh Abdurrahman
Al-Khotib berkata :
“Bilamana beliau mendoakan seorang gadis maka gadis itu pun akan
menikah, dan bilamana beliau mendoakan bagi perempuan yang mandul maka
perempuan yang mandul itu pasti melahirkan seorang anak.
Dan bilamana
Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff mendoakan seorang yang
miskin itu dengan kekayaan, maka si miskin tersebut pasti dikayakan
oleh Allah SWT, dan bilamana As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff berdoa
untuk orang yang bermaksiat agar bertaubat, maka mereka pun akan
bertaubat dan bilamana As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff mendoakan seorang
yang bodoh agar menjadi pintar maka orang itu akan dibukakan hatinya
oleh Allah SWT untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.”
Sebagian kecil dari kisah kekeramatan Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh
Abdurrahman As-Segaff R.a adalah sebagai berikut :
1. Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff ber- Tajazzu Al-Imam
As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff, seringkali terlihat di banyak tempat
dalam satu waktu yang bersamaan. Selain itu pernah disaksikan oleh
banyak orang bahwa beliau menghilang sekejap dari baju beliau namun
kemudian dalam sekejap itu pula beliau kembali lagi, sebelum baju
beliau sempat jatuh ke tanah. Sekali waktu Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh
Abdurrahman As-Segaff berniat akan melakukan ibadah haji ke Masjidil
Haram dan di dalam niatnya beliau bertekad untuk tinggal di sana
selama-lamanya, semata-mata hanya untuk beribadat dan bertasbih memuji
Allah SWT, dan tidak akan pulang lagi ke Hadhramaut. Tetapi di tengah
perjalanan menuju ke Masjidil Haram, beliau bertemu dengan Rasulullah
SAW bersama para sahabat dan beberapa Wali, termasuk di dalamnya adalah
ayahanda beliau yaitu Sayyidina As-Syĕkh Muhammad Maula Ad-Dawilaih.
Mereka semua meminta kepada Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman
As-Segaff agar mengurungkan niat beliau tersebut dan pulang ke
Hadhramaut. Mereka berkata: “Sesungguhnya maqommu lebih bermanfaat di
Hadhramaut.” Maka beliau pun pulang tanpa pernah melakukan ibadah haji.
Tetapi anehnya, banyak orang yang melihat beliau berada di Mekkah
setiap tahunnya menunaikan ibadah haji. Sehingga banyak orang yang merasa bingung dan bertanya kepada beliau, “Apakah anda telah melakukan
haji?”, dan beliau menjawab, “Kalau dalam keadaan zhohir tidak pernah.”
2. Makanan yang tidak diketahui asalnya. Berkata murid beliau Sayyidina
Al-Wali Muhammad bin Hasan Jamalullail: “Suatu ketika aku sedang berada
di masjid Jami’ As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff, dan pada waktu itu aku
dalam keadaan lapar. Beliau sendiri terlihat sedang duduk di
tengah-tengah masjid, kemudian beliau memanggilku dan tiba-tiba di
samping beliau terdapat makanan yang lezat yang membuatku
terheran-heran, lalu aku bertanya kepada beliau, ‘Siapakah yang
mengantarkan makanan ini?’ dan beliau menjawab, ‘Pelayan perempuan.’
Padahal tidak ada satu orang pun yang kulihat memasuki masjid, hingga
aku memperhatikan sekeliling masjid sekali lagi, tapi memang tidak ada
satu orang pun yang kulihat.” Kejadian ini mengingatkan kita seperti
kejadian Siti Maryam ketika mendapatkan buah-buahan di Mihrabnya dan
membingungkan Nabi Zakaria AS yang melihatnya. Kejadian ini adalah
pembuktian benarnya sabda Baginda Rasul Allah SAW yang menjelaskan
kemuliaan umatnya; bahwa Ulama umat Nabi Muhammad SAW menyamai derajat
para Nabi Bani Israil .
Beliau wafat di kota Tarim pada hari Kamis, 23 Sya’ban tahun 819 H
(1416 M). Ketika mereka hendak memalingkan wajah beliau ke kiblat,
wajah tersebut berpaling sendiri ke kiblat. Jasad beliau disemayamkan
pada pagi hari Jum’at, di pekuburan Zanbal,Tarim.
Habib Ahmad Bin Hamid Alkaff
Beliau dikenal sebagai salah seorang ulama besar di Palembang. Banyak
ulama dari berbagai penjuru Nusantara mengaji kepada beliau. Ada
pendapat, Palembang bisa di ibaratkan sebagai Hadramaut tsani (markas
para Habib dan Ulama besar). Sebab di Palembang memang banyak Habib dan
Ulama besar, demikian pula makam-makam mereka. Salah seorang
diantaranya adalah Habib Ahmad bin Hamid Al-Kaaf, yang juga dikenal
sebagai wali masthur. Yaitu wali yang karamah-karamahnya tersembunyi,
Padahal karamahnya cukup banyak.
Salah satu karamahnya ialah ketika beliau menziarahi orang tua beliau
(Habib Hamid Al-Kaff dan Hababah Fathimah AL-Jufri) di kampung Yusrain,
10 Ilir Palembang. Dalam perjalanan kebetulan turun hujan lebat dan
deras. Untuk bebrapa saat beliau mengibaskan tangan beliau ke langit
sambil berdoa. Ajaib, hujanpun reda.
Nama beliau adalah Habib Ahmad bin Hamid Al-Kaff. Sampai di akhir hayat
beliau tinggal di jalan K.H. Hasyim Asy’ari No. 1 Rt 01/I, 14 Ulu
Palembang. Beliau lahir di Pekalongan Jawa Tengah dan dibesarkan di
Palembang. Sejak kecil beliau diasuh oleh Habib Ahmad bin Abdullah bin
Thalib Al-Attas.
Uniknya, hampir setiap pagi buta, Habib Ahmad Al-Attas menjemput
muridnya ke rumahnya untuk shalat subuh berjama’ah karena sangat
menyaynginya. Saking akrabnya, ketika bermain-main di waktu kecil,
Habib Ahmad bin Hamid Al-Kaff sering berlindung di bawah jubah Habib
Ahmad Alatas. Ketika usia 7 tahun saat anak-anak lain duduk di kelas
satu madrasah Ibtidaiyyah, Habib Ahmad belajar ke Tarim Hadramaut Yaman
bersama sepupunya Habib Abdullah-yang akrab dipanggil Endung
Di sana mereka berguru kepada Habib Ali Al-Habsyi. Ada sekitar 10 tahun
beliau mengaji kepada sejumlah ulama besar di Tarim. Salah seorang guru
beliau adalah Habib Ali Al-Habsyi, ulama besar penulis Maulid Simtuth
Durar. Selama mengaji kepada Habib Ali Al-Habsyi , beliau mendapat
pendidikan disiplin yang sangat keras. Misalnya sering hanya
mendapatkan sarapan 3 butir kurma. Selain kepada Habib Ali , beliau
juga belajar tasawuf kepada Habib Alwi bin Abdullah Shahab . sedangkan
sepupu beliau Habib Endung belajar fiqih dan ilmu-ilmu alat seperti
nahwu, sharaf dan balaghah. Sepulang dari Hadramaut pada usia 17 tahun
. Habib Ahmad Al-Kaff menikah dengan Syarifah Aminah Binti Salim
Al-Kaff . meski usianya belum genap 20 tahun namun beliau sudah mulai
dikenal sebagai ulama yag menjalani kehidupan zuhud dan mubaligh yang
membuka majlis ta’lim. Dua diantara murid beliau yakni Habib alwi bin
Ahmad Bahsin dan Habib Syaikhan Al-gathmir belakangan dikenal pula
sebagai ulama dan mubaligh.
Selain di Palembang, Habib Ahmad juga berdakwah dan mengajar di
beberapa daerah di tanah air, misalnya madrasah Al-Khairiyah Surabaya.
Salah seorang murid beliau yang kemudian dikenal sebagai ulama adalah
habib Salim bin ahmad bin Jindan ulama terkemuka di Jakarta, yang wafat
pada tahun 1969
Empat Pertanyaan
Ketinggian ilmu dan kewalian Habib Ahmad al-Kaff diakui oleh Habib Alwi
bin Muhammad Al-Haddad, ulama besar dan wali yang bermukim di Bogor.
Diceritakan pada suatu hari seorang habib dari Palembang (Habib Ahmad
bin Zen bin Syihab) dan rakan-rakannya menjenguk Habib Alwi, mengharap
berkah dan hikmahnya. Mengetahui bahwa tamu-tamunya dari Palembang,
dengan spontan Habib Alwi berkata, “Bukankah kalian mengenal Habib
Ahmad bin Hamid al-Kaff ? Buat apa kalian jauh-jauh datang ke sini,
sedangkan di kota kalian ada wali yang maqam kewaliannya tidak berbeda
denganku ? Saya pernah bertemu dia di dalam mimpi”. Tentu saja
rombongan dari Palembang tersebut kaget.
Maka Habib Alwi menceritakan
perihal mimpinya. Suatu hari Habib Alwi berpikir keras bagaimana cara
hijrah dari bogor untuk menghindari teror dari aparat penjajah belanda.
Beliau kemudian bertawasul kepada Rasulullah SAW, dan malam harinya
beliau bermimpi bertemu Rasulullah SAW memohon jalan keluar untuk
masalah yang dihadapinya. Yang menarik, di sebelah Rasul duduk seorang
laki-laki yang wajahnya bercahaya.
Maka Rasulullah SAW pun bersabda, “Sesungguhnya semua jalan keluar dari
masalahmu ada di tangan cucuku di sebelahku ini”. Dialah Habib Habib
Ahmad bin Hamid al-Kaff. Maka Habib Alwi pun menceritakan persoalan
yang dihadapinya kepada Habib Ahmad al-Kaff- yang segera mengemukakan
pemecahan/jalan keluarnya.
Sejak itulah Habib Alwi membanggakan Habib
Ahmad al-Kaff.
Sebagaimana para waliyullah yang lain, Habib Ahmad al-Kaff juga selalu
mengamalkan ibada khusus. Setiap hari misalnya, Mursyid Tariqah
Alawiyyah tersebut membaca shalawat lebih dari 100.000 kali. Selain itu
beliau juga menulis sebuah kitab tentang tatacara menziarahi guru
beliau Habib Ahmad Alatas. Beliau juga mewariskakn pesan spiritual yang
disebut Pesan Pertanyaan yang empat, yaitu empat pertanyaan mengenai ke
mana tujuan manusia setelah meninggal.
Lahirnya empat pertanyaan tersebut bermula ketika Habib Ahmad al-Kaff
diajak oleh salah seorang anggota keluarga untuk menikmati gambus.
Seketika itu beliau berkata, “Aku belum hendak bersenang-senang sebelum
aku tahu apakah aku akan mengucapkan kalimat tauhid di akhir hayatku.
Apakah aku akan selamat dari siksa kubur, apakah timbangan amalku akan
lebih berat dari dosaku, apakah aku akan selamat dari jembatan shiratal
mustaqim”. Itulah yang dimaksud dengan “empat pertanyaan” yang
dipesankannya kepada para murid, keluarga dan keturunannya.
Habib Ahmad al-Kaff wafat di Palembang pada 25 Jumadil akhir
1275H/1955M. Jenazah beliau dimakamkan di komplek pemakaman Telaga 60,
14 Hulu Palembang. Beliau meninggalkan lima anak: Habib Hamid, Habib
Abdullah, Habib Burhan, Habib Ali dan Syarifah Khadijah. Kini
pengelolaan majelis taklimnya diteruskan keturunannya, Habib Ahmad
Fikri bin Husein bin Helmi bin Hamid Al-Kaff, yang setiap minggu pagi
membaca maulid Simtud Duror. Salah seorang cucu yang meneruskan dakwah
kakeknya ialah Habib Ahmad bin Naufal bin Abdullah bin Ahmad Al-Kaff,
pengasuh Pondok Pesantren Darul Habib, Sukabumi, Jawa barat.
Biar
Bagaimana caranya aku harus mengungkapkan semua ini??
Bukan hal yang mudah untuk aku membuka diri,.
Bukan hal yang mudah untuk saling berbagi
Tak banyak yang tahu bagaimana aku menjalani setiap liku hidup ini.
Semua Aku pendam sendiri.
Ibarat besi, ia telah berkarat
Ibarat air, ia telah membeku.
Semua telah terjadi seiring waktu,
tak ada waktu untuk membuka kembali semua kenangan itu.
Biar, aku sudah seperti ini.
Semua memang buat jiwa ku rentan.
tapi, tetap tak akan ada yang perduli.
Aku tersakiti oleh waktu,
dan aku pun akan tersembuhi dengan waktu.
Percayalah itu....!!
Hikmah Ibadah Haji
Ibadah haji merupakan ibadah fisik, namun demikian banyak makna baik
yang tersirat maupun yang tersurat yang bisa kita ambil dalam
pelaksanaan ibadah haji tersebut. Sungguh sangat disayangkan jika kita
dalam melaksanakan ibadah haji ini kita kehilangan hikmah atau
pelajaran yang terkandung di dalamnya. Hanya capek dan lelah saja yang
akan kita dapatkan jika kita tidak mampu mengambil hikmah dari
perjalanan ibadah haji kita. Sungguh hanya perkerjaan yang sia-sia
belaka.
Hikmah ibadah haji disini memiliki maksud agar calon jamaah haji dapat
mengetahui, memahami dan menghayati tujuan dan hakikat pelaksanaan
ibadah haji, sehingga diharapkan meningkatkan ketaqwaan kita kepada
Allah SWT, karena semua ibadah yang kita lakukan pada dasarnya untuk
membentuk manusia yang bertaqwa.
Ada beberapa hikmah yang bisa kita petik dari ibadah haji kita antara lain:
Hikmah Ihram
Ihram memiliki pengertian “niat mulai mengerjakan ibadah haji atau
umrah dan menjauhi segala larangan-larangan selama berihram”. Allah STW
telah menetapkan beberapa larangan yang harus dipatuhi oleh jamaah haji
selama berihram jika dilanggar maka ada konsekuensi yang harus kita
terima jika dilanggar, yaitu dengan cara membayar Dam / Fidyah sesuai
ketentuan syar’i. Dengan berihram ini berarti kita telah berikrar dan
bertekad untuk tidak melanggar larangan-larangan ihram seperti
memotong/ mencukur rambut, memotong pepohonan di Tanah Suci atau
memakai pakaian berjahit. Padahal kesemuanya itu hal biasa dalam
keseharian, bahkan kita disunahkan memotong kuku atau rambut untuk
kebersihan kita, tetapi dalam kondisi berihram semuanya itu adalah
dilarang!.
Apa hikmah yang bisa kita petik dari semuanya itu. Ini semua
menunjukkan sikap kepatuhan dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Hal ini
juga wujud dari ikrar syahadat kita bahwa Tidak ada Tuhan yang yang
patut disembah selain Allah SWT. Ketaatan kita kepada-Nya adalah
mutlak! tanpa adanya pengecualian. Dialah Sang Pencipta, Yang Berkuasa
atas segala sesuatu, Apapun yang telah ditetapkan-Nya adalah ketentuan
yang mutlak berlaku, kita hanya hambanya yang dhaif, lemah. Jamaah haji
tidak boleh meremehkan larangan-larangan ihram ini, meskipun
konsekuensi melanggar larangan ihram itu tidak seberapa berat, tetapi
bukan itu esensinya!. Kepatuhan dan ketaatan kitalah yang sedang diuji,
untuk tidak melanggar larangan-larangan ihram dalam berihram ini.
Semakin kita tidak melanggar larangan-larangan ihram ini adalah hal
terbaik yang harus kita laksanakan selama menjalankan ibadah haji, hal
ini menunjukkan tingkat ketaatan kita kepada Allah SWT. Semoga ketaatan
kita ini dapat mengantarkan kita memperoleh haji mabrur.
Dalam berihram, kita hanya memakai dua helai kain saja tanpa berjahit,
disunnahkan kain yang putih bersih. Hal ini menunjukkan kita semua
dihadapan Allah SWT adalah sama, tidak ada yang berpakaian mewah, semua
pakaian yang gemerlap, pangkat dan jabatan harus ditanggalkan. Yang
tertinggal adalah ketaqwaan kita yang menjadi bekal kita dalam
.memenuhi panggilan Allah SWT ini, karena sebaik-baiknya bekal adalah
bekal taqwa. Dalam memenuhi panggilan Allah SWT ini, diharapkan dengan
hati yang bersih, seputih bersih kain ihram itu sendiri, tidak ada
kesombongan, karena kesombongan hanyalah milik Allah SWT semata.
Hikmah Thawaf
Thawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebayak tujuh kali putaran dimulai
dan diakhiri dari Rukun Hajar Aswad, sedangkan ka’bah berada disebelah
kiri. Ka’bah adalah pusat/ kiblat ibadah umat islam. Disinilah, di
Baitullah ini kita menjadi tamu Allah SWT. Thawaf merupakan sarana
pertemuan kita sebagai tamu dengan Sang Khaliq, dengan mengelilingi
ka’bah disertai dengan dzikir dan berdoa dengan khusuk. Ka’bah menjadi
pusaran dan pusat peribadatan kita kehadirat Allah SWT, karena thawaf
identik dengan sholat dimana kita berkomunikasi secara langsung dengan
Allah SWT.
Putaran thawaf sebanyak 7 kali merefleksikan rotasi bumi
terhadap matahari yang menandai putaran terjadinya kisaran waktu, siang
dan malam, yang menunjukkan waktu, hari, bulan dan tahun.
Subhanallah.., inilah kebesaran Allah SWT, semuanya bukanlah terjadi
secara kebetulan, tetapi sudah menjadi Sunatullah. Tidak ada kejadian
dimuka bumi ini yang terjadi secara kebetulan melainkan sudah
direncanakan Allah SWT. Dan semuanya berjalan sesuai denang ukurannya
masing-masing.
Hikmah Sa’i
Sa’i berarti “usaha”, sa’i adalah perjalanan dari Shafa ke Marwah dan
sebaliknya sebanyak 7 kali perjalanan. Ibadah sa’i ini merupakan ajaran
dari Siti Hajar ketika mondar-mandir antara Bukit Shafa dan Bukit
Marwah untuk mencari air karena Nabi Ismail AS menangis kehausan,
padahal jarak antara Shafa dan Marwah sekitar 425 m. Kisah ini
menunjukkan betapa besarnya cinta kasih seorang ibu kepada anaknya,
begitu kuat usaha yang dilakukannya untuk mendapatkan setetes air untuk
menghilangkan dahaga anaknya. Hikmah yang bisa kita ambil dari kisah
tersebut adalah usaha yang dilakukan secara terus-menerus tanpa kenal
lelah serta tawakal untuk meraih suatu tujuan, meskipun pada akhirnya
hanyalah Allah SWT yang menentukan hasil dari jerih payah kita.
Kenyataannya yang menemukan sumber mata air di tanah yang kering dan
tandus tersebut adalah putranya sendiri, Nabi Ismail AS, yang dikenal
dengan sumur air zam-zam. Air Zam-zam inilah yang pada akhirnya
menghidupi masyarakat sekitar Makkah selama ribuan tahun dan sumur ini
tidak pernah kering sampai saat ini, meskipun berjuta-juta galon telah
diambil untuk keperluan jamaah haji, Subhanallah… nikmat mana yang kamu
ingkari!
Hikmah Tahalul

Hikmah Wukuf
Wukuf berarti “berhenti”, merupakan Rukun ibadah haji, tidak ada haji
jika tidak wukuf di arofah. Wukuf di padang Arofah merupakan gambaran
kelak kita akan dikumpulkan Allah SWT di Padang Mahsyar pada Hari
Kebangkitan. Pada saat wukuf ini, kita akan merasa dalam suasana yang
tenang, tentram, seluruh jamaah haji dari berbagai penjuru dunia
berkumpul, bermunajad kehadirat Allah SWT, Sang Pencipta. Semuanya
berdzikir, bertafakur, ada yang menangis memohon ampunan, bertobat atas
segala dosa dan kesalahan. Sesungguhnya Adalah sebaik-baiknya Penerima
Taubat Hamba-Nya. Dalam Wukuf ini Allah akan membebaskan dan mengampuni
dosa-dosa orang-orang yang sedang wukuf sebesar apapun dosanya, seperti
disebutkan dalam hadits riwayat Muslim, Nabi SAW bersabda: “Aku
berlindung kepada Allah SWT dari godaan syetan yang terkutuk. Tiada
hari yang lebih banyak Allah membebaskan seorang hamba dari neraka
selain Hari Arofah.”
Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda:
Nabi SAW wukuf di Arofah, di saat matahari hampir terbenam; Beliau
berkata; “Wahai Bilal suruhlah umat manusia mendengarkan saya.” Maka
Bilal pun berdiri seraya berkata, “Dengarkanlah Rasulullah SAW,” maka
mereka mendengarkan, lalu Nabi SAW bersabda; ” Wahai umat manusia, baru
saja Jibril a.s. datang kepadaku, maka dia membacakan salam dari
Tuhanku, dan dia mengatakan; “Sungguh Allah SWT mengampuni dosa-dosa
orang-orang yang berwukuf di Arofah, dan orang-orang yang bermalam di
Masy’aril Haram (Muzdalifah), dan menjamin membebaskan mereka dari
tuntutan balasan dan dosa-dosa mereka. Maka Umar bin Khattab berdiri
dan bertanya, Ya, Rasulullah, apakah ini khusus untuk kita saja?
Rasulullah menjawab: “ini untukmu dan orang-orang sesudahmu hingga hari
kiamat kelak. Umar r.a. pun lalu berkata, Kebaikan Allah sungguh banyak
dan Dia Maha Pemurah.”
Hikmah Mabit di Muzdalifah
Setelah terbenam matahari wukuf telah berakhir, jamaah haji berangkat
menuju Muzdalifah untuk bermalam dan beristirahat, mengumpulkan tenaga
kembali guna melanjutkan melontar jumrah di Mina. Disunnahkan di
Muzdalifah ini jamaah haji mencari kerikil untuk melontar jumrah.
Selama mabit di Muzdalifah ini disunnahkan memperbanyak dzikir dan
berdoa. Setelah lewat tengah malam, jamaah haji akan berangkat menuju
Mina untuk mabit dan melantar jumrah pada tanggal 10, 11, 12, 13,
Dzulhijjah. Hikmah Mabit di Muzdalifah ini, kita mempersiapkan diri
baik tenaga maupun perbekalan dan senjata (lambang kerikil) untuk
melawan musuh manusia yang nyata yaitu syeitan. Kerikil-kerikil
tersebut nantinya dipergunakan untuk melontar jumrah yang melambangkan
perang melawan syaitan. Syaitan selalu menjerumuskan manusia ke dalam
api neraka karena itu tidak ada ruang lagi bagi syaitan.
Hikmah Mabit di Mina
Mabit di mina ini dilaksanakan selama 4 hari mulai tanggal 10, 11, 12,
13, Dzulhijjah. Selama mabit ini jamaah haji akan melaksanakan melontar
jumrah Ula, Wustha dan Aqobah. Mabit ini merupakan penginggalan ajaran
Nabi Ibrahim A.S. ketika diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih
putranya Nabi Ismail A.S. Dalam perjalanan menjalankan perintah Allah
inilah Nabi Ibrahim mendapat godaan terus-menerus dari syaitan agar
mengurungkan niatnya untuk menyembelih putra kesayangannya, tetapi Nabi
Ibrahim A.S. tetap istiqomah menjalankan perintah ALLAH SWT ini dan
melempari syaitan-syaitan tersebut dengan batu kerikil. Makna Melontar
jumrah adalah perang kita terhadap musuh yang paling nyata bagi manusia
yaitu syaitan, karena syaitan-syaitan tidak pernah lengah untuk
menggoda manusia agar terjerumus kedalam api neraka. Disamping itu
selama mabit ini kita disunahkan untuk selalu mendekatkan diri kepada
Allah SWT dengan berdzikir dan berdoa serta memperbanyak ibadah.
Minggu, 07 November 2010
Sejarah dan Amalan di bulan Dzulhijjah
Sahabat, Tiada hari hari dimana Allah di sembah, lebih disukai dari
pada 10 hari pertama bulan DZULHIJJAH, Puasa sehari didalammnya sama
dengan puasa setahun, dan bersembahyang dimalam harinya, sama dengan
bersembahyang di malam Lailatul Qadar
Sebagian ulama mengatakan : Barang siapa yang memuliakan hari hari yang berlalu dalam bulan DZULHIJJAH, niscaya akan di anugrahi oleh Allah 10 macam kemuliaan Yaitu :
- Berkah pada umumnya
- Bertambah hartanya
- Kehidupan rumah tangga akan terjamin
- Membersihkan diri dari sgala dosa dan kesalahan yang telah lalu
- Amal ibadah serta kebaikannya akan di beri pahala berganda
- Allah akan memudahkan kematiannya
- Allah akan menerangi kuburnya selama di alam Barzah
- Allah akan memberatkan amal timbangan amal baiknya semasa di padang Mahsyar
- Selamat dari pada kejatuhan kedudukannya di dunia
- Martabatnya akan dinaikkan pada sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Riwayat dari Ibnu Abbas Radhiallahu anhu, Rasulullah SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda :
Tanggal 1
Pada hari ini Allah mengampuni Nabi Adam ALAIHI SALAM Barang siapa yang berpuasa pd hari ini, maka Allah mengampuni setiap dosanya
Dzikir yang dianjurkan :
ALLAHUMMA ANTA RABBI LAA ILAAHA ILLA ANTA KHOLATQTANII WA ANAA ABDUKA, WA ANAA ‘ALAA AHDIKA, WAWA’DIKA MASTATHO’TU ‘AUUDZUBIKA MIN SYIRRI MAA SHONA’TU ABUU ULAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA, WA ABUU’U BINZANBIK, FAGHFIRLII FAINNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLA ANTA (7X,11X,33X)
Juga Istighfar se banyak2nya
Tanggal 2
Pada hari inilah Allah mengabulkan doa Nabi Yusnus ALAIHI SALAM yang di selamatkan dari perut ikan hiu Yang berpuasa pada hari ini, seolah olah puasa 1 tahun dengan tidak ber maksiat kepada Allah Dzikir yang di anjurkan : LAA ILAAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINADZ DZOOLIMIIN (1000 X)
Tanggal 3
Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria ALAIHI SALAM Yang berpuasa hari ini, Allah akan mengabulkan doanya Dzikir yg dianjurkan : WAMAYYATTAQILLAAH YAJ’ALLAAHU MAHROOJA, WAYARDZUKQU MIN HAI TSU LAA YAHTASIB, WAMAYYATAWAKKAL ‘ALALLAHI FAHUWA HASBUH, INNALLAHA BAALIGHUL AMRIHII QOD JA’ALALLA LIKULLI SYAI IN QODROO (Surat At Thalaq, ayat 3)
Tanggal 4
Dilahirkannya Nabi Isa ALAIHI SALAM Yang berpuasa pada hari ini, Allah akan menjauhkan dia dari ketakutan dan kemiskinan di akhirat Dzikir yang dianjurkan : YAA HAYYUU YAA QOYYUUM LAA ILAA HA ILLAA ANTA 1000x
Tanggal 5
Dilahirkan Nabi Musa ALAIHI SALAM Yang berpuasa pada hari ini selamat dari kemunafikan dan aman dari siksa Kubur Dzikir yang dianjurkan ; ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA NURIL ANWAR WASIRRIL ASROR, WATIR YAAQILAGHYAR, WAMIFTAAHIL BAABIL YASAR, SAYYIDINAA MUHAMMADINIL MUKHTAR, WA ‘AAHIL ATH HAAR, WA ASH HAABIHIL AHYAR ‘ADADA NI’AMILLAAHI WA IFDHOOLIH (1000X)
Tanggal 6
Allah membukakan kebaikan kepada para Nabinya Yang berpuasa pada hari ini akan di lihat Allah dengan penglihatan Rahmat dan tidak di siksa selamanya Dzikir yang dianjurkan: LAA ILAA HA ILLALLAHU WAHDAHU LAA SYARIIKALAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU YUHYII WA YUMIIT, WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI IN QODIIR (1000X)
Tanggal 7
Hari ini ditutupnya semua pintu Neraka sampai tanggal 10 Yang berpuasa pada hari ini, akan ditutup Allah 30 pintu kesusahan dan di buka 30 pintu kesenangan Dzikir yang dianjurkan : RABBANAA AATINAA FID DUNYAA HASANAH, WA FIL AAKHIROTI HASANAH, WA QINAA ‘ADZAABAN NAAR, WA ADKHILNAL JANNATA MA’AL ABROOR YAA ‘AZIIZ, YA GHOFFAAR, YAA ALLAH, YAA RABBAL ‘ALAMIIN (1000X)
Tanggal 8
Hari TARWIYAH Yang berpuasa pada hari ini, ganjarannya sangat besar, tidak ada yang mengetahui Selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala Dzikir yang dianjurkan : ASTAGHFIRULLAH HAL ADZIIM AL LADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QOYYUUM WA ATUUBU ILAIH (1000X)
Tanggal 9
Hari Arafah
1) Nabi Ibrahim ALAIHI SALAM mengurbankan putranya (Nabi Ismail ALAIHI SALAM)
2) Nabi Adam ALAIHI SALAM bertemu dengan siti Hawa di Jabal Rohmah
3) Nabi Musa ALAIHI SALAMdi buka Hijab Kalaamullah
4) Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam di turunkannya wahyu penutup Yaitu surat Al Maidah : 3 ,
Di Haramkan bagimu (memakan) Bangkai , darah (yg keluar dari tubuh), daging babi, dan (daging) hewan yang di sembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang di pukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. dan (diharamkan pula) yang di sembelih unuk berhala. Dan (diharamkan Pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), karena itu perbuatan Fasik. Pada hari ini orang orang kafir telah berputus asa untuk (mengalahkan) agamamu.Sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka. tetapi takutlah kepadaKu.
Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu dan telah Aku cukupkan nikmatKu bagimu, dan tela aku Ridhoi islam sebagai agamamu. tetapi barang siapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sunggu Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Orang yang berpuasa pada hari ini, pahalanya, menghapuskan dosa 1 tahun yang telah lalu dan 1 tahun yang akan datang Dzikir yang dianjurkan : RABBIGHFIRLII WARHAMNII WATUB ALAYYA (1000X)
Tanggal 10
Hari Qurban Nabi Ibrahim ALAIHI SALAM dengan Nabi Ismail ALAIHI SALAM yang menyembelih Qurban. Pada hari ini orang yang memberi sedekah apa saja, kelak bangkitnya dari kubur aman dari huru hara Qiamat dan timbangan amalnya lebih berat dari pada gunung UHUD.
Dzikir yang dianjurkan : INNAA ‘ATHOINAA KAL KAUTSAR,. FASHOLLII LIROBBIKA WANHAR. INNASYAA NI AKA HUWAL ABTAR (Surat Al Kautsar) 1000 X
Keterangan : DZIKIR yang dianjurkan bisa di mulai dari ba’da Ashar di tanggal sebelumnya, bisa dilakukan dengan memcicilnya setiap habis sholat 5 waktu 200 X, atau kalau masih tidak bisa juga se sanggupnya saja
Sumber : Majlis Al IHYA (Pimpinan Ust. Thamrin, BOGOR), KITAB DURRATUN NASIHIN
Sebagian ulama mengatakan : Barang siapa yang memuliakan hari hari yang berlalu dalam bulan DZULHIJJAH, niscaya akan di anugrahi oleh Allah 10 macam kemuliaan Yaitu :
- Berkah pada umumnya
- Bertambah hartanya
- Kehidupan rumah tangga akan terjamin
- Membersihkan diri dari sgala dosa dan kesalahan yang telah lalu
- Amal ibadah serta kebaikannya akan di beri pahala berganda
- Allah akan memudahkan kematiannya
- Allah akan menerangi kuburnya selama di alam Barzah
- Allah akan memberatkan amal timbangan amal baiknya semasa di padang Mahsyar
- Selamat dari pada kejatuhan kedudukannya di dunia
- Martabatnya akan dinaikkan pada sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Riwayat dari Ibnu Abbas Radhiallahu anhu, Rasulullah SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda :
Tanggal 1
Pada hari ini Allah mengampuni Nabi Adam ALAIHI SALAM Barang siapa yang berpuasa pd hari ini, maka Allah mengampuni setiap dosanya
Dzikir yang dianjurkan :
ALLAHUMMA ANTA RABBI LAA ILAAHA ILLA ANTA KHOLATQTANII WA ANAA ABDUKA, WA ANAA ‘ALAA AHDIKA, WAWA’DIKA MASTATHO’TU ‘AUUDZUBIKA MIN SYIRRI MAA SHONA’TU ABUU ULAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA, WA ABUU’U BINZANBIK, FAGHFIRLII FAINNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLA ANTA (7X,11X,33X)
Juga Istighfar se banyak2nya
Tanggal 2
Pada hari inilah Allah mengabulkan doa Nabi Yusnus ALAIHI SALAM yang di selamatkan dari perut ikan hiu Yang berpuasa pada hari ini, seolah olah puasa 1 tahun dengan tidak ber maksiat kepada Allah Dzikir yang di anjurkan : LAA ILAAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINADZ DZOOLIMIIN (1000 X)
Tanggal 3
Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria ALAIHI SALAM Yang berpuasa hari ini, Allah akan mengabulkan doanya Dzikir yg dianjurkan : WAMAYYATTAQILLAAH YAJ’ALLAAHU MAHROOJA, WAYARDZUKQU MIN HAI TSU LAA YAHTASIB, WAMAYYATAWAKKAL ‘ALALLAHI FAHUWA HASBUH, INNALLAHA BAALIGHUL AMRIHII QOD JA’ALALLA LIKULLI SYAI IN QODROO (Surat At Thalaq, ayat 3)
Tanggal 4
Dilahirkannya Nabi Isa ALAIHI SALAM Yang berpuasa pada hari ini, Allah akan menjauhkan dia dari ketakutan dan kemiskinan di akhirat Dzikir yang dianjurkan : YAA HAYYUU YAA QOYYUUM LAA ILAA HA ILLAA ANTA 1000x
Tanggal 5
Dilahirkan Nabi Musa ALAIHI SALAM Yang berpuasa pada hari ini selamat dari kemunafikan dan aman dari siksa Kubur Dzikir yang dianjurkan ; ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA NURIL ANWAR WASIRRIL ASROR, WATIR YAAQILAGHYAR, WAMIFTAAHIL BAABIL YASAR, SAYYIDINAA MUHAMMADINIL MUKHTAR, WA ‘AAHIL ATH HAAR, WA ASH HAABIHIL AHYAR ‘ADADA NI’AMILLAAHI WA IFDHOOLIH (1000X)
Tanggal 6
Allah membukakan kebaikan kepada para Nabinya Yang berpuasa pada hari ini akan di lihat Allah dengan penglihatan Rahmat dan tidak di siksa selamanya Dzikir yang dianjurkan: LAA ILAA HA ILLALLAHU WAHDAHU LAA SYARIIKALAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU YUHYII WA YUMIIT, WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI IN QODIIR (1000X)
Tanggal 7
Hari ini ditutupnya semua pintu Neraka sampai tanggal 10 Yang berpuasa pada hari ini, akan ditutup Allah 30 pintu kesusahan dan di buka 30 pintu kesenangan Dzikir yang dianjurkan : RABBANAA AATINAA FID DUNYAA HASANAH, WA FIL AAKHIROTI HASANAH, WA QINAA ‘ADZAABAN NAAR, WA ADKHILNAL JANNATA MA’AL ABROOR YAA ‘AZIIZ, YA GHOFFAAR, YAA ALLAH, YAA RABBAL ‘ALAMIIN (1000X)

Hari TARWIYAH Yang berpuasa pada hari ini, ganjarannya sangat besar, tidak ada yang mengetahui Selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala Dzikir yang dianjurkan : ASTAGHFIRULLAH HAL ADZIIM AL LADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QOYYUUM WA ATUUBU ILAIH (1000X)
Tanggal 9
Hari Arafah
1) Nabi Ibrahim ALAIHI SALAM mengurbankan putranya (Nabi Ismail ALAIHI SALAM)
2) Nabi Adam ALAIHI SALAM bertemu dengan siti Hawa di Jabal Rohmah
3) Nabi Musa ALAIHI SALAMdi buka Hijab Kalaamullah
4) Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam di turunkannya wahyu penutup Yaitu surat Al Maidah : 3 ,
Di Haramkan bagimu (memakan) Bangkai , darah (yg keluar dari tubuh), daging babi, dan (daging) hewan yang di sembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang di pukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. dan (diharamkan pula) yang di sembelih unuk berhala. Dan (diharamkan Pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), karena itu perbuatan Fasik. Pada hari ini orang orang kafir telah berputus asa untuk (mengalahkan) agamamu.Sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka. tetapi takutlah kepadaKu.
Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu dan telah Aku cukupkan nikmatKu bagimu, dan tela aku Ridhoi islam sebagai agamamu. tetapi barang siapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sunggu Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Orang yang berpuasa pada hari ini, pahalanya, menghapuskan dosa 1 tahun yang telah lalu dan 1 tahun yang akan datang Dzikir yang dianjurkan : RABBIGHFIRLII WARHAMNII WATUB ALAYYA (1000X)
Tanggal 10
Hari Qurban Nabi Ibrahim ALAIHI SALAM dengan Nabi Ismail ALAIHI SALAM yang menyembelih Qurban. Pada hari ini orang yang memberi sedekah apa saja, kelak bangkitnya dari kubur aman dari huru hara Qiamat dan timbangan amalnya lebih berat dari pada gunung UHUD.
Dzikir yang dianjurkan : INNAA ‘ATHOINAA KAL KAUTSAR,. FASHOLLII LIROBBIKA WANHAR. INNASYAA NI AKA HUWAL ABTAR (Surat Al Kautsar) 1000 X
Keterangan : DZIKIR yang dianjurkan bisa di mulai dari ba’da Ashar di tanggal sebelumnya, bisa dilakukan dengan memcicilnya setiap habis sholat 5 waktu 200 X, atau kalau masih tidak bisa juga se sanggupnya saja
Sumber : Majlis Al IHYA (Pimpinan Ust. Thamrin, BOGOR), KITAB DURRATUN NASIHIN
Ibu
Ada syurga dibalik mata mu
Yang beri aku kekuatan dalam kedamaian.
Ada cinta dibalik senyum mu
Yang selalu kau beri tulus untuk jadi kekuatan ku
Waktu yang berlalu memompa kekuatan mu untuk hadapi segala keegoisan ku.
Tetesan air mata, keringat, dan darah menjadi saksi bisu dalam perjuangan mu
Aku tahu engkau lelah,
Rapuhnya usia membuat rapuhnya kekuatan mu.
Tapi kau tetap berusaha menjadi mujahidah sejati bagi keluarga.
Wajah sendu mu tetap tak mampu menutupi paras cantik mu.... Ibu!!!!
Yang beri aku kekuatan dalam kedamaian.
Ada cinta dibalik senyum mu
Yang selalu kau beri tulus untuk jadi kekuatan ku

Tetesan air mata, keringat, dan darah menjadi saksi bisu dalam perjuangan mu
Aku tahu engkau lelah,
Rapuhnya usia membuat rapuhnya kekuatan mu.
Tapi kau tetap berusaha menjadi mujahidah sejati bagi keluarga.
Wajah sendu mu tetap tak mampu menutupi paras cantik mu.... Ibu!!!!
Titip Doa untuk mereka
Jika masih ada kesempatan untuk ku berdoa terakhir kali nya
ku ingin Engkau Wahai Allah, Dzat Pemilik hidup dan mati ku.
Untuk beri kesempurnaan dalam ibadah mereka.
Terimalah perjalanan ibadah mereka yang terpatri dengan niat tulus hanya untukMu
Jika aku memang belum pantas menjadi seseorang yang baik,
izinkan aku sekejap menjadi anak yang soleh di mata Mu
agar Engkau mau menerima doa dari seorang anak untuk orang tua nya.
Jangan Engkau tutup doa mereka karena harus menanggung dosa yang telah aku perbuat.
Jangan Engkau hina mereka karena memiliki anak yang penuh kehinaan ini.
Cintailah mereka Tuhan..
Tataplah mereka dengan penuh cinta,
Terimalah setiap titik keringat, setiap hembusan nafas, dan setiap tetes air mata mereka.
Rangkumlah mereka tuk dapatkan penerimaan yang baik dari kota suciMu.
Ku titipkan mereka padaMu
Karena ku yakin Engkau lah yang pantas tempat ku sandarkan segalanya.
Ku pasrahkan segala yang ada
Kini aku mampu tenang tuk berada jauh dari mereka
karena dimana pun mereka berada,
Engkau selalu ada tuk satukan hati kami.
Terima kasih Ya Rahiim
ku ingin Engkau Wahai Allah, Dzat Pemilik hidup dan mati ku.
Untuk beri kesempurnaan dalam ibadah mereka.
Terimalah perjalanan ibadah mereka yang terpatri dengan niat tulus hanya untukMu
Jika aku memang belum pantas menjadi seseorang yang baik,
izinkan aku sekejap menjadi anak yang soleh di mata Mu
agar Engkau mau menerima doa dari seorang anak untuk orang tua nya.
Jangan Engkau tutup doa mereka karena harus menanggung dosa yang telah aku perbuat.
Jangan Engkau hina mereka karena memiliki anak yang penuh kehinaan ini.
Cintailah mereka Tuhan..
Tataplah mereka dengan penuh cinta,
Terimalah setiap titik keringat, setiap hembusan nafas, dan setiap tetes air mata mereka.
Rangkumlah mereka tuk dapatkan penerimaan yang baik dari kota suciMu.
Ku titipkan mereka padaMu
Karena ku yakin Engkau lah yang pantas tempat ku sandarkan segalanya.
Ku pasrahkan segala yang ada
Kini aku mampu tenang tuk berada jauh dari mereka
karena dimana pun mereka berada,
Engkau selalu ada tuk satukan hati kami.
Terima kasih Ya Rahiim
Jumat, 05 November 2010
Hujan
Pernahkah kalian menyadari
atau memang enggan tuk menyadari
Pernahkah kalian merenung
ataukah memang tak ada waktu tuk merenung
Ada jutaan manusia di luar rumahmu
yang siap dan tidak siap dilindas keserakahan dunia.
Saat hujan lebat, masih ada yang berusaha berjualan berpayungkan kelaparan, berselimutkan kemiskinan.
sedang disini kita duduk bersantai dengan segelas teh hangat.
Pernahkah kalian sadari itu?
Saat hujan lebat
ada orang yang masih berusaha untuk keluar rumah
mereka tapaki jalan becek demi mengais rezeki
Tak beralaskan sesuatu apapun
mereka siap menjalankan aktifitas
Berjualan, Pemulung, bahkan pengemis sekalipun.
Tak gusar mereka hadapi dunia meski hujan lebat.
Mereka tetap teguh dan bersyukur.
Sedang kita.... tatap diri kita!!
Selalu mengeluh tatkala hujan
seperti semua akhir dari segalanya.
Menggerutu kebasahan, kemacetan, kedinginan.
Meski telah berteduh di mobil kesayangan.
Sedang d luar sana... hanya ada semangat dalam doa
Doa yang menyembuhkan mereka dari penyakit.
Penyakit yang hanya dimiliki oleh manusia serakah
yang enggan untuk menerimadan bersyukur,
meski hanya dengan mengucap
" ALHAMDULILLAH....."!!!!
atau memang enggan tuk menyadari
Pernahkah kalian merenung
ataukah memang tak ada waktu tuk merenung
Ada jutaan manusia di luar rumahmu
yang siap dan tidak siap dilindas keserakahan dunia.

Saat hujan lebat, masih ada yang berusaha berjualan berpayungkan kelaparan, berselimutkan kemiskinan.
sedang disini kita duduk bersantai dengan segelas teh hangat.
Pernahkah kalian sadari itu?
Saat hujan lebat
ada orang yang masih berusaha untuk keluar rumah
mereka tapaki jalan becek demi mengais rezeki
Tak beralaskan sesuatu apapun
mereka siap menjalankan aktifitas
Berjualan, Pemulung, bahkan pengemis sekalipun.
Tak gusar mereka hadapi dunia meski hujan lebat.
Mereka tetap teguh dan bersyukur.
Sedang kita.... tatap diri kita!!
Selalu mengeluh tatkala hujan
seperti semua akhir dari segalanya.
Menggerutu kebasahan, kemacetan, kedinginan.
Meski telah berteduh di mobil kesayangan.
Sedang d luar sana... hanya ada semangat dalam doa
Doa yang menyembuhkan mereka dari penyakit.
Penyakit yang hanya dimiliki oleh manusia serakah
yang enggan untuk menerimadan bersyukur,
meski hanya dengan mengucap
" ALHAMDULILLAH....."!!!!
Uwais Al Qarni
Nama Uwais al-Qarani memainkan peranan penting dalam biografi mistikal
nabi.
"Sesungguhnya aku merasakan nafas ar-Rahman, nafas dari Yang Maha
Pengasih, mengalir kepadaku dari Yaman!”
Demikian sabda Nabi SAW
tentang diri Uwais, yang kemudian dalam tradisi tasawuf menjadi contoh
bagi mereka yang memasuki tasawuf tanpa dituntun oleh sang guru yang
hidup.
Para sufi yang mengaku dirinya telah menempuh jalan tanpa pemba’iatan
formal kemudian disebut dengan istilah Uwaisi. Mereka ini dibimbing
langsung oleh Allah di jalan tasawuf, atau telah ditasbihkan oleh wali
nabi yang misterius, Khidhir.
Uwais yang bernama lengkap Uwais bin Amir
al-Qarani berasal dari Qaran, sebuah desa terpencil di dekat Nejed.
Tidak diketahui kapan beliau dilahirkan. Ia kilahirkan oleh keluarga
yang taat beribadah. Ia tidak pernah mengenyam pendidikan kecuali dari
kedua orang tuanya yang sangat ditaatinya.
Untuk membantu meringankan beban orang tuanya, ia bekerja sebagai
penggembala dan pemelihara ternak upahan. Dalam kehidupan kesehariannya
ia lebih banyak menyendiri dan bergaul hanya dengan sesama penggembala
di sekitarnya.
Oleh karenanya, ia tidak dikenal oleh kebanyakan orang
disekitarnya, kecuali para tuan pemilik ternak dan sesamanya, para
penggembala. Hidupnya amat sangat sederhana. Pakaian yang dimiliki
hanya yang melekat di tubuhnya. Setiap harinya ia lalui dengan
berlapar-lapar ria. Ia hanya makan buah kurma dan minum air putih, dan
tidak pernah memakan makan yang dimasak atau diolah. Oleh karenanya, ia
merasakan betul derita orang-orang kecil disekitarnya. Tidak cukup
dengan empatinya yang sedemikian, rasa takutnya kepada Allah
mendorongnya untuk selalu berdoa kedapa Allah : “Ya Allah, janganlah
Engkau menyiksaku, karena ada yang mati karena kelaparan, dan jangan
Engaku menyiksaku karena ada yang kedinginan.” Ketaatan dan
kecintaannya kepada Allah, juga termanifestasi dalam kecintaannya dan
ketaatannya kepada Rasulullah dan kepada kedua orang tuanya, sangat
luar biasa.
Di siang hari, ia bekerja keras, dan dimalam hari, ia asik bermunajat
kepada Allah swt. Hati dan lisannya tidak pernah lengah dari berdzikir
dan bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, meskipun ia sedang bekerja. Ala
kulli hal, ia selalu berada bersama Tuhan, dalam pengabdian kepada-Nya.
Rasulullah saw menuturkan keistimewaan Uwais di hadapan Allah kepada
Umar dan Ali bahwa dihari kiamat nanti, disaat semua orang dibangkitkan
kembali, Uwais akan memberikan syafaat kepada sejumlah besar umatnya,
sebanyak jumlah domba yang dimiliki Rabbiah dan Mudhar (keduanya
dikenal karena mempunyai domba yang banyak). Karena itu, Rasulullah
menyarankan kepada mereka berdua agar menemuinya, menyampaikan salam
dari Rasulullah, dan meminta keduanya untuk mendoakan keduanya, yang
digambarkan bahhwa Uwais memiliki tinggi badan yang sedang dan berambut
lebat, dan memiliki tanda putih sebesar dirham pada bahu kiri dan
telapak tangannya. Sejak Rasulullah menyarankan keduanya untuk
menemuinya, sejak itu pula keduanya selalu penasaran ingin segera
bertemu dengan Uwais.
Setiap kali Umar maupun Ali bertemu dengan rombongan orang-orng Yaman,
ia selalu berusaha mencaru tahu dimana keberadaan Uwais dari rombongan
yang ditemuinya. Namun, keduanya selalu gagal mendapatkan informasi
tentang Uwais. Barulah setalah Umar diangkat menjadi khalifah,
informasi tentang Uwais keduanya perolih dari serombongan orang Yaman,
“Ia tampak gila, tinggal sendiri dan tidak brgaul dengan masyarakat. Ia
tidak makan apa yang dimakan oleh kebanyakan orang, dan tidak tampak
susan atau senang. Ketika orang-orang tersenyum ia menangis, dan ketika
orang-orang menangis ia tersenyum”. Demikian kata rombongan orang-orang
Yaman tersebut. Mendengar cerita orang-orang Yaman tersebut, Umar dan
Ali segera berangkat menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang-orang
Yaman tadi. Akhirnya, keduanya bertemu dengan Uwais di suatu tempat
terpencul. Abi Naim al-Afshani menuturkan dialog yang kemudian terjadi
antara Umar dan Ali dengan Uwai al-Qarani sebagai berikut: Umar : Apa
yang anda kerjakan disini ? Uwais : Saya bekerja sebagai penggembala
Umar : Siapa
nama Anda? Uwais : Aku adalah hamba Allah Umar : Kita semua adalah
hamba Allah, akan tetapi izinkan kami untuk mengetahui anda lebih dekat
lagi Uwais : Silahkan saja. Umar dan Ali : Setelah kami perhatikan,
andalah orang yang pernah diceritakan oleh Rasulullah SAW kepada kami.
Doakan kami dan berilah kami nasehat agar kami beroleh kebahagiaan
dunia dan di akherat kelak. Uwais : Saya tidak pernah mendoakan
seseorang secara khusus.
Setiap hari saya selalu berdoa untuk seluruh umat Islam. Lantas siapa
sebenarnya anda berdua. Ali : Beliau adalah Umar bin Khattab, Amirul
Mu’minin, dan saya adalah Ali bin Abi Thalib. Kami berdua disuruh oleh
Rasulullah SAW untuk menemui anda dan menyampaikan salam beliau untuk
anda. Umar : Berilah kami nasehat wahai hamba Allah Uwais : Carilah
rahmat Allah dengan jalan ta’at dan penuh harap dan bertawaqal kepada
Allah. Umar :Terimakasih atas nasehat anda yang sangat berharga ini.
Sebagai tanda terima kasih kami, kami berharap anda mau menerima
seperangkat pakaian dan uang untuk anda pakai. Uwais : Terimakasih
wahai Amirul mu’minin. Saya sama sekali tidak bermaksud menolak
pemberian tuan, tetapi saya tidak membutuhkan apa yang anda berikan
itu. Upah yang saya terima adalah 4 dirham itu sudah lebih dari cukup.
Lebihnya saya berikan kepada ibuku. Setiap hari saya cukup makan buah
kurma dan minum air putih, dan tidak pernah makan makan yang di masak.
Kurasa hidupku tidak akan sampai petang hari dan kalau petang, kurasa
tidak akan sampai pada pagi hari.
Hatiku selalu mengingat Allah dan
sangat kecewa bila sampai tidak mengingat-Nya. Ketika orang-orang Qaran
mulai mengetahui keduduka spiritualnya yang demikian tinggi di mata
Rasulullah saw, mereka kemudian berusaha untuk menemui dan
memuliakannya. Akan tetapi, Uwais yang sehari-harinya hidup penuh
dengan kesunyian ini, diam-diam meninggalkan mereka dan pergi menuju
Kufah, melanjutkan hidupnya yang sendiri. Ia memilih untuk hidup dalam
kesunyian, hati terbatas untuk yang selain Dia. Tentu saja, “kesunyian”
disini tidak identik dengan kesendirian (pengasingan diri).
Hakekat kesendirian ini terletak pada kecintaanya kepada Tuhan. Siapa
yang mencintai Tuhan, tidak akan terganggu oleh apapun, meskipun ia
hidup ditengah-tengah keramaian. Alaisa Allah-u bi Kafin abdahu?
Setelah seorang sufi bernama Harim bin Hayyam berusaha untuk mencari
Uwais setelah tadak menemukannya di Qaran. Kemudian ia menuju Basrah.
Di tengah perjalanan menuju Basrah, inilah, ia menemukan Uwais yang
mengenakan jubah berbulu domba sedang berwudhu di tepi sungai Eufrat.
Begitu Uwais beranjak naik menuju tepian sungai sambil merapikan
jenggotnya. Harim mendekat dan memberi salam kepadanya. Uwais :
menjawab: “ Wa alaikum salam”, wahai Harim bin Hayyan. Harim terkejut
ketika Uwais menyebut namanya. “Bagaimana engakau mengetahui nama saya
Harim bin Hayyan?’ tanya Harim. “Roku telah mengenal rohmmu”, demikian
jawan Uwais. Uwais : kemudian menasehati Harim untuk selalu menjaga
hatinya. Dalam arti mengarahkannya untuk selalu dalam ketaatan
kepada-Nya melalui mujahadah, atau mengarahkan diri “dirinya “ untuk
mendengar dan mentaati kata hatinya. Meski Uwais menjalani hidupnya
dalam kesendirian dan kesunyian, tetapi pada saat-saat tertentu ia ikut
berpartisipasi dalam kegiatan jihad untuk membela dan mempertahankan
agama Allah. Ketika terjadi perang Shiffin antara golongan Ali melawan
Muawiyah, Uwais berdiri di golongan Ali. Saat orang islam membebaskan
Romawi, Uwais ikut dalam barisan tentara Islam. Saat kembali dari
pembebasan tersebut, Uwais terserang penyakit dan meninggal saat itu
juga. (t.39 H).
Demikianlah sekelumit tentang Uais al-Qarani, kemudian
hri namanya banyak di puji oleh masyarakat. Yunus Emre misalnya
memujinya dalam satu sajak syairnya : Kawan tercinta kekasih Allah; Di
tanah Yaman, Uwais al-Qarani. Dia tidak berbohong ; dan tidak makan
makan haram Di tanah Yaman, Uwais al-Qarani Di pagi hari ia bangun dan
mulai bekerja, Dia membaca dalam dzikir seribu satu malam Allah; Dengan
kata Allahu Akbar dia menghela unta-unta Di tanah Yaman, Uwais alQarani
Negeri Yaman “negeri di sebelah
kanan “, negeri asal angin sepoi-sepoi selatan yang dinamakan nafas
ar-rahman, Nafas dari Yang Maha Pengasih, yang mencapai Nabi dengan
membawa bau harum dari ketaatan Uwais al-Qarani, sebagaimana angin
sepoi-sepoi sebelumnya yang mendatangkan keharuman yang menyembuhkan
dari kemeja Yusuf kepada ayahnya yang buta. Ya’kub (QS, 12: 95), telah
menjadi simbul dari Timur yang penuh dengan cahaya, tempat dimana
cahaya muncul, yang dalam karya Suhrawadi menggambarkan rumah
keruhanian yang sejati. “Negeri di sebelah kanan “ itu adalah tanah air
Uwais al-Qarani yanag memeluk Islam tanpa pernah betemu dengan nabi.
Hikmah Yamaniyyah, “Kebijaksanaan Yaman,” dan Hikmah
Yamaniyyah,”filosofi Yanani”, bertentangan, sebagaimana makrifat
intuitif dan pendekatan intelektual, sebagaimana Timur dan Barat.
Doa
dan Dzikir Satu hal yang perlu digarisbawahi dari diri Uwais al-Qarani,
kemudian menjadi landasan dalam tareqat-tareqat sufi, selain baktinya
yang luar biasa terhadap kedua orang tuanya dan sikap zuhudnya, adalah
doa dan dzikirnya. Uwais tidak pernah berdoa khusus untuk seseorang,
tetapi selalu berdoa untuk seluruh umat kaum muslim. Uwais juga tidak
pernah lengah dalam berdzikir meskipun sedang sibuk bekerja, mengawasi
dan menggiring ternak-ternaknya. Doa dan dzikir bagaikan dua sisi mata
uang yang tidak dapat dipisahkan.
Hakekatnya adalah satu. Sebab, jelas
doa adalah salah satu bentuk dari dzikir, dan dzikir kepada–Ku hingga
ia tidak sempat bermohon (sesuatu) kepada-Ku, maka Aku akan
mengaruniakan kepadanya sesuatu yang terbaik dari yang diminta orang
yang berdoa kepada-Ku”. Uwais selalu bedoa untuk seluruh muslimin. Doa
untuk kaum muslim adalah salah satu bentuk perwujudan dari kepedulian
terhadap “urusan kaum muslim”. Rasulullah saw. Pernah memperingatkan
dengan keras: Siapa yang tidap peduli dengan urusan kaum muslim, maka
ia tidak termasuk umatku.”
Dalam hal ini, Rasulullah saw menyatakan
bahwa permohonan yang paling cepat dikabulkan adalah doa seseorang
untuk saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan dan
mendahulukan doa untuk selain dirinya. Dan Uwais lebih memilih untuk
medoakan seluruh saudaranya seiman. Suatu ketika Hasan bin Ali
terbangun tengah malam dan melihat ibunya, Fatimah az-Zahra, sedang
khusu’ berdoa. Hasan yang pensasaran ingin tahu apa yang diminta ibunya
dalam doanya berusaha untuk menguping. Namun Hasan agak sedikit kecewa,
karena dari awal hingga akhir doanya, ibunya, hanya meminta pengampunan
dan kebahagian hidup untuk seluruh kaum muslimin di dunia dan di
akhirat kelak. Selesai berdoa, segera Hasan bertanya kepada ibunya
perihal doanya yang sama sekali tidak menyisakan doanya untuk dirinya
sendiri. Ibunya tersenyum, lalu menjawab bahwa apapun yang kita
panjatkan untuk kebahagiaan hidup kaum muslim, hakekatnya, permohonan
itu akan kembali kepada kita. Sebab para malaikat yang menyaksikan doa
tersebut akan berkata “Semoga Allah mengabulkanmu dua kali lipat.”
Dari
prinsip tersebut, para sufi kemudian menarik suatu prinsip yang lebih
umum yang padanya bertumpu seluruh rahasia kebahagiaan.
Apa yang kita
cari dalam kehidupan ini, harus kita berikan kepad orang lain. Jika
kebajikan yang kita cari, berikanlah; jika kebaikan, berikanlah; jika
pelayanan, berikanlah. Bagi para sufi, dunia adalah kubah, dan perilaku
seseorang adalah gema dari pelaku yang lain. Secuil apapun kebaikan
yang kita lakukan, ia akan kembali. Jika bukan dari seseorang, ia akan
datang dari orang lain. Itulah gemanya. Kita tidak mengetahui dari mana
sisi kebaikan itu akan datang, tetapi ia akan datang beratus kali lipat
dibanding yang kita berikan. Demikianlah, berdoa untuk kaum mulim akan
bergema di dalam diri yang tentu saja akan berdampak besar dan positif
dalam membangun dan meningkatkan kualitas kehidupan spiritual
seseorang.
Paling tidak, doa ini akan memupus ego di dalam diri yang
merupakan musuh terbesar, juga sekalihgus akan melahirkan dan
menanamkan komitmen dalam diri “rasa Cinta”dan “prasangka baik”terhadap
mereka, yang merupakan pilar lain dari ajaran sufi, sebagai manifestasi
cinta dan pengabdian kepada Allah swt. Uwais tidak pernah lengah untuk
berdzikir, mengingat dan mnyebut-nyebut nama Allah meskipun ia sedang
sibuk mengurus binatang ternaknya. Dzikir dalam pengertiannya, yang
umum mencakup ucapan segala macam ketaatan kepada Allah swt.
Namun yang dilakukan Uwais disini adlah berdzikir dengan menyebut
nama-nama Allah dan meningat Allah, juga termasuk sifat-sifat Allah.
Ibn Qayyim al-Jauziyyah ketika memaparkan berbagai macam faedah dzikir
dalm kitabnya “al-wabil ash-shayyab min al-kalim at-thayyib”
menyebutkan bahwa yang paling utama pada setiap orang yang bramal
adalah yang paling banyak berdzikir kepad Allah swt. Ahli shaum yang
paling utama adalah yang paling banyak dzikirnya; pemberi sedekah yang
paling baik adalah yang paling banyak dzikirnya; ahli haji yang paling
utama adalah yang paling banyak berdzikir kepada Allah swt; dan
seterusnya, yang mencakup segala aktifitas dan keadaan. Syaikh Alawi
dalam “al-Qawl al-Mu’tamad,” menyebutkan bahwa mulianya suatu nama
adalah kerena kemuliaan pemilik nama itu, sebeb nama itu mengandung
kesan sipemiliknya dalam lipat tersembunyi esensi rahasianya dan
maknanya. Berdzikir dan mengulang-ulang Asma Allah, Sang Pemilik
kemuliaan, dengan demikian, tak diragukan lagi akan memberikan sugesti,
efek, dan pengaruh yang sangat besar. Al-Ghazali menyatakan bahwa yang
diperoleh seorang hamba dari nama Allah adalah ta’alluh (penuhanan),
yang berarti bahwa hati dan niatnya tenggelan dalam Tuhan, sehingga
yang dilihat-Nya hanyalah Dia. Dan hal ini, dalam pandangan Ibn Arabi,
berarti sang hamba tersebut menyerap nama Allah, yang kemudian
merubahnya dengan ontologis.
Demikianlah, setiap kali kita menyerap
asma Allah lewat dzikir kepada-Nya, esensi kemanusiaan kita berubah.
Kita mengalami tranformasi. Yanag apada akhirnya akan membuahkan akhlak
al-karimah yang merupakan tujuan pengutusan rasulullah Muhammad saw.
Dilihat dari sudut panang psikologis sufistik, pertama-tama dzikir akan
memberi kesan pada ruh seseorang, membentuknya membangun berbagai
kualitas kebaikan, dan kekuatan inspirasi yang disugestikan oleh
nama-nama itu.
Dan mekanisme batiniah seseorang menjadi semakin hidup dari pengulangan
dzikir itu, yang kemudian mekanisme ini berkembang pada pengulangan
nama-nama secara otomatis. Jadi jika seseorang telah mengilang
dzikirnya selama satu jam, misalnya, maka sepanjang siang dan malam
dzikir tersebut akan terus berlanjut terulang, karena jiwanya
mengulangi terus menerus. Pengulangan dzikir ini, juga akan terefleksi
pada ruh semesta, dan mekanisme universal kemudian mengulanginya secara
otomatis. Dengan kata lain, apa yang didzikirkan manusia dengan
menyebutnya berulang-ulang. Tuhan kemudian mulai mengulanginya, hingga
termaterialisasi dan menjadi suatu realita di semua tingkat eksistensi.
Wallahu a’lam bis-shawab.
Langganan:
Postingan (Atom)