Kamis, 25 November 2010

Nasehat Al-Habib Umar bin Segaf Assegaf

Pencetak para quthb. Barangkali demikianlah gelar yang pantas disematkan kepada Al-Habib Umar bin Segaf Assegaf. Bayangkan saja, dengan tangan dinginnya Al-Habib Umar bin Segaf berhasil mendidik dan mencetak ulama-ulama besar dan bahkan para wali quthb. Diantaranya adalah Al-Habib Hasan bin Sholeh Albahr, Al-Habib Ahmad bin Umar bin Sumaith dan Al-Habib Mumammad bin Abdullah bin Qithban.

Berikut adalah wasiat yang ia tulis untuk kedua muridnya yang notabene masih kakak beradik yang pernah “mondok” kepadanya, yaitu Al-Habib Thahir dan Al-Habib Abdullah bin Husein bin Thahir.

Sesungguhnya seseorang akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar di dunia dan akhirat apabila ia melakukan tiga hal. Pertama, menghindari pergaulan dengan orang-orang yang tidak berilmu. Kedua, meninggalkan majelis-majelis yang tidak bermanfaat dan cenderung membuang waktu dengan percuma. Ketiga, tidak terpengaruh dan terbawa dengan gaya hidup orang-orang zaman sekarang yang telah meninggalkan Al-Qur’an.

Maka, mengasingkan diri (uzlah) dari pergaulan awam adalah solusi yang paling tepat bagi siapa saja yang ingin selamat dari kerusakan zaman, disertai dengan niat yang baik dan ikhlas.

Sesungguhnya membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan khusuk dan tadabbur (menghayati maknanya) sambil menggali rahasia-rahasianya yang penuh dengan cahaya ilmu pengetahuan adalah hiburan yang hakiki disamping sebagai simpanan pahala yang melimpah tentunya. Demikian juga dengan mempelajari hadits-hadits Nabi SAW serta kalam-kalam para ulama salaf yang telah sampai pada maqam “yaqin”. Semua itu akan mempertebal iman kita dan menghapus segala keraguan, prasangka-prasangka buruk dan kebimbangan kita akan kebenaran Allah, serta akan mengantarkan kita untuk lebih dekat kepada Allah SWT.

Setiap umat Islam diwajibkan menuntut ilmu dalam situasi dan kondisi apapun. Adapun mengajarkan ilmu dan berdakwah, itu hanya diwajibkan kepada orang-orang yang telah berkompeten segi keilmuannya dan sesuai kapasitasnya masing-masing. Dan mereka akan mendapatkan keutamaan dan pahala yang besar dengan syarat mereka harus melakukan empat hal. Pertama, selalu berusaha untuk ikhlas demi Allah. Kedua, menghormati orang yang belajar kepadanya dan beranggapan bahwa ia merupakan karunia dan amanat dari Allah SWT. Ketiga, senantiasa mensyukuri ilmunya sebagai nikmat istimewa yang dikaruniakan kepadanya. Keempat, selalu berharap kepada Allah agar “profesi”-nya sebagai pengajar kelak menjadi bukti kebaikannya dan menyebabkan ia mendapatkan ridho-Nya.

Sesungguhnya seseorang yang menghiasi lahiriyahnya dengan taqwa dan meneguhkan hatinya dengan sidq (iman yang kokoh) kepada Allah, kemudian ia selamat dari sikap ujub (bangga diri atas semua amalnya) dan membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran nafsu, maka niscaya ia akan berhasil sampai ke tujuan, yakni memperoleh segala kemurahan Allah. Dan ketahuilah, tingkatan tersebut pada hakekatnya takkan mampu diraih seorang pun kecuali dengan kemurahan dan taufik Allah SWT. Adapun manusia harus berdoa dan berusaha dengan memperbanyak sholat, bacaan Al-Qur’an, istighfar serta dzikir-dzikir yang lain disertai rasa takut (khosyah) dan pengagungan (ta’dhim).

Maka bertaqwalah kepada Allah baik dikala kamu sendirian maupun diantara khalayak ramai. Amalkanlah semua ajaran yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an, hadits-hadits nabi SAW serta kitab-kitab para salaf soleh. Dan beristiqomahlah di dalam berusaha mendapatkan ridho Allah. Ambil dan kerjakanlah amalan-amalan kesunnahan nabi yang sekiranya nantinya kamu mampu untuk beristiqomah mengerjakannya, disertai dengan niat ikhlas, kehadiran hati dan prasangka baik.

Sesungguhnya Nur Ilahi akan kita dapatkan apabila kita beristiqomah membaca Al-Qur’an disertai sikap hormat dan adab yang baik, menghayati makna-maknanya, dan merasakan kehadiran Allah di hadapan kita. Bacalah wirid-wirid yang sekiranya kamu mampu beristiqomah membacanya. Seperti hizb Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad, hizb imam Nawawi, dan hizb Albahr. Perbanyaklah melantunkan shalawat kepada nabi besar SAW serta mengucapkan istighfar.

Sesungguhnya sumber dari segala kebaikan adalah prasangka baik kepada Allah SWT dan makhluk-Nya. Maka berinteraksilah dengan makhluk Allah dengan akhlak yang baik. Berikan semua hak-hak mereka tanpa ada perasaan terpaksa. Sesungguhnya masing-masing dari mereka telah mendapatkan keistimewaan dari Allah SWT. Dan sumber dari segala kesialan adalah kebodohan. Maka bersyukurlah kepada Allah apabila kita dikeluarkan dari jurang kebodohan. namun janganlah menganggap diri kita lebih pintar dari siapa saja. Karena sesungguhnya Allah akan merahmati hamba-hamba-Nya yang taat dengan rahmat-Nya

Sesungguhnya urusan dunia dan akhiratmu tergantung baik tidaknya agamamu. Maka ambillah sedikit saja dari dunia dengan niat yang baik, niscaya itu akan membantumu untuk sampai kepada Allah. Berdakwahlah dan ajaklah manusia menuju jalan Allah dengan sikap bijak dan ucapan-ucapan yang bagus ( kalimat ini adalah izin dan perintah dari Al-Habib Umar kepada Al-Habib Thahir dan Al-Habib Abdullah untuk menyebarkan ilmu dan berdakwah). Mintalah kepada Allah agar selalu mendapatkan hidayah. Sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang ia kehendaki.

sepi

Saat kau tak di sisi ku
Langkah yang sulit semakin berat terasa

Aku hanya ingin belajar menjadi wanita tangguh
Tak perdulikan keping hati yang berserakan dalam kalbu.

tapi, saat aku lengah sedikit saja
rasa ini semakin kuat menyakiti

Ku kira semakin lama kita berpisah,
semakin mudah ku tapaki jalan ini sendiri
tapi ternyata aku salah
Rasa ini semakin rumit,
semakin sulit

Hampir meledak asaku tuk berharap.
tanpa senyuman mu
aku serasa kehilangan petunjuk

tapi selalu saja, kesepian ini enyah pergi dari ku
meski telah menjadi bagian dari hidupku
tetap saja sepi ini menyakiti.

aku harus apa??
haruskah ku gali kubur ku sendiri?!

Senin, 22 November 2010

Manusia dan binatang

Perumpamaan mukmin yang mendakwahi orang-orang durhaka adalah seperti penggembala yang menyeru binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu, dan buta, sebab itulah mereka tidak pernah mengerti (QS. Al Baqarah, 2:171).


Pengantar 

Saya duduk termenung. Pandangi jalanan berdebu di bawah terik matahari. Kulihat manusia berlalu lalang. Keluar masuk dari bangunan. Saat malam tiba, manusia memasuki rumahnya. Ketika pagi menjelang, mereka keluar dari tempat tidurnya.
Sama dengan ayam, kambing, bebek, dan hewan lainnya; manusia pun suka makan, minum, dan tidur. Ada orang berkata bahwa manusia punya kelebihan, yakni akal pikiran. Namun, saya lihat kepribadian mereka tak ubahnya seperti binatang. Jika banyak manusia membanggakan kelebihan akalnya, mengapa manusia memposisikan diri sebagai binatang?
Lihatlah binatang yang gemar melakukan seks bebas, berebut makanan, makan, dan tidur. Apa sich yang membedakan kita dengan hewan? Apa yang harus kita lakukan supaya kita beda dengan binatang?


Binatang dan Manusia: Tercipta dari Tanah 

Semua binatang bumi dapat dipastikan berasal dari tanah. Sama dengan kita sebagai manusia tercipta dari tanah. Saya melihat seekor kambing asyik menyantap rerumputan hijau. Banyak sekali makanan kambing yang juga menjadi makanan kesukaan saya seperti lalap-lalapan. Saya pun berkata dalam hati: “Hai kambing, kamu sama dengan saya tercipta dari tanah. Makanan kamu dengan saya tak jauh beda. Semoga saya menjadi hamba Allah yang taat dan selalu mensyukuri nikmat.”
Saya pun menghampiri seekor ayam jantan. Dilihatnya ia asyik mematuk makanan seperti beras, jagung, nasi, roti, dan biji-bijian. Subhanallah, makanan ayam semuanya makanan kegemaran saya. Memang betul, bahan baku ayam sama dengan saya, yakni tercipta dari tanah liat. Banyak anatomi tubuh ayam sama dengan anatomi tubuh saya, punya 2 biji mata, dua kaki, punya usus, jantung, dan aliran darah. Subhanallah. Tidak patut kita tinggi hati di hadapan makhluk Allah SWT, melainkan kita harus menyayangi mereka dengan cara tidak menggangu dan tidak menyembelihnya kecuali hanya sekedar untuk makan, selain itu maka tindakan kita merupakan tindakan hina dan terkutuk (seperti membantai hewan, dsb).

Ingatkah anda dengan akhlak Nabi Sulaiman as dan pasukannya saat hendak melewati barisan semut yang menyeberangi jalan? Nabi Sulaiman as sangat menghormati semut-semut dan sama sekali tidak ingin menzalimi mereka. Sepatutnya kita tidak tinggi hati di hadapan mereka melainkan menjaga keamanan mereka, sebab kita merupakan khalifah (pemimpin) di muka bumi, yang berarti kita bertanggungjawab penuh atas keselamatan kenyamanan makhluk-makhluk Allah SWT di muka bumi.

Manusia dan Binatang 
    Saya suka makan maka binatang pun semuanya suka makan. Saya biasa tidur maka binatang pun suka tidur. Saya sayang pada anak maka binatang pun sayang sama anaknya.Saya mencari makan maka binatang pun gemar mencari makan. Bagaimana supaya saya berbeda dari binatang? Konon ada manusia lihai membuat gedung, namun mengapa karakternya seperti binatang? Melakukan seks di luar nikah, memfitnah dan membunuh sesama, dan ucapan penuh sumpah serapah? Jika kita sebagai manusia maka mulai sekarang patut berfikir, bagaimana caranya supaya saya berbeda dengan binatang. Lihatlah seekor anjing yang kenyang makan. Matanya menatap kosong dan beberapa kali mulutnya menguap di kolong kendaraan yang sedang parkir. Apa bedanya manusia dengan binatang? Apa yang harus kita lakukan supaya derajat kita “agak” tinggi dibandingkan binatang sebab fitrah manusia sebenarnya jauh lebih mulia dibandingkan binatang. Buktinya nenek moyang kita Nabi Adam as pernah dijadikan tempat sujud para malaikat di surga.


Kebun Binatang: Hikmah Tafakur

Ketika jalan-jalan ke kebun binatang (bonbin). Saya bertemu dengan seekor monyet. Saya pun bertatapan mata dengan monyet yang sedang membawa pisang.

Saya lihat ia membuka daun pisang layaknya seorang manusia dan kemudian memakannya. Saya lihat masing-masing jari tangannya berjumlah 5 jari. Kukunya pun bersih seperti kuku di tanganku. Entah, saya tersenyum padanya dan ia pun tersenyum!!! Subhanallah, tak sepatutnya saya tersindir sebab monyet pun sama dengan saya, makhluk ciptaan Allah SWT. Sebenarnya bukan hanya monyet yang mirip dengan manusia, hampir semua binatang pun memiliki kemiripan dengan manusia. Seekor kucing yang hamil tua, perutnya buncit dan sulit berjalan. Ketika kucing melahirkan, bukan main menyakitkan dan melelahkannya proses persalinan kucing. Beberapa saat setelah melahirkan, kelihatan perut kucing yang tampak membuat ngilu, sebab perutnya masih kendor. Bukankah hal itu tak beda dengan persalinan manusia? Subhanallah. Katika menyaksikan binatang-binatang seperti itu, tak sepatutnya kita mengingkari kodrat kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, Dialah Pencipta makhluk-makhluk di alam semesta. Guna mengakui kodrat kita sebagai manusia yang diciptakan dari tanah maka sepatutnya kita mengabdi pada Allah SWT dan beramal salih untuk mengagungkan Asma-Nya, maka diri ini akan merasakan kemuliaan sebagai makhluk Allah Yang Maha Mulia sehingga kita akan merasakan mulianya hidup kita dan berharganya diri kita di sisi Allah Yang Maha Pencipta. Alhamdulillah.

Inginkah Kita Berbeda dari Binatang?

Kita sadar bahwa kedatangan ajal makin mendekati kita. Sepatutnya segera mengetahui pembeda kita dari binatang dan segera melakukan apa saja yang dipandang perlu menaikkan derajat tersebut sebelum pintu taubat tertutup. Senjata untuk membedakan kita dari binatang adalah giat ibadah dan beramal salih. Melalui ibadah, kita lebih sering ruku dan sujud pada Allah SWT.

Pun giat beramal salih, maka dengan hal itu kita akan menapaki derajat jauh lebih tinggi daripada binatang. Nafsu kebinatangan segera hilang dalam diri seseorang manakala ia mulai menyantuni fakir miskin, anak yatim, menolong sesama, membahagiakan sesama, dan lebih mementingkan umat daripada dirinya sendiri. Itulah yang membedakan manusia dengan binatang. Jika tidak mampu melakukan demikian maka manusia tak ubahnya seperti binatang bahkan lebih rendah daripada binatang! Mahasuci Allah yang telah menciptakan makhluk-makhluk bumi beraneka rupa dan bentuk yang tiada satu pun makhluk bercampur aduk dengan makhluk lainnya. Allah SWT menciptakan bangsa kucing, bangsa semut, bangsa lebah, bangsa kambing, bangsa kera dan bangsa manusia. kesemuanya inibagi manusia yang mau berfikirbenar-benar menjadi ayat untuk segera memposisikan diri sebagai manusia bukan malahan meniru cara hidup binatang!

Nasihat bagi Manusia 

Pencipta semua makhluk yang ada di bumi dan langit adalah Allah Penguasa Tunggal alam semesta. Tidak ada Tuhan kecuali Allah. Kita diciptakan Allah SWT tiada lain hanya untuk ibadah. Mengabdi pada Allah Yang Maha Pemberi rezeki. Ruku dan sujud pada-Nya. Menghabiskan sisa-sisa hidup hanya untuk berbuat kebajikan pada sesama dan menumpas segala kezaliman. Menyayangi makhluk bumi dan menjadikan syaitan sebagai musuh abadi. Kita mempunyai mata, telinga, dan hati sebagai fasilitas unggulan guna mengabdikan segala potensi hanya untuk menegakkan kalimat Illahi. Kita adalah manusia yang bertanggungjawab menjaga keamanan bumi dari tangan manusia terlaknat penyembah syaitani. Inilah makna bahwa kita berbeda dengan binatang sebab tingkat amanah kita teramat tinggi dan berat untuk dipikul sebangsa makhluk bumi.

Penutup

Hidup kita di bumi berdampingan dengan makhluk penghuni bumi. Kambing punya hak hidup di bumi. Bebek punya hak hidup di bumi. Gajah punya hak menempati bumi. Lebah memiliki legitimasi Allah SWT sebagai penghuni bumi. Dan semut pun berhak tinggal di muka bumi. Kita sebagai manusia, selain berhak menempati bumi, juga berkewajiban memimpin bumi ini. Mukmin sepatutnya mengayomi, melindungi, dan menjaga hak-hak makhluk penghuni bumi. Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk mengenyahkan syaitan yang tak mempunyai hak apapun berpijak di muka bumi. Amin ya Rabbal `alamin. Pada dasarnya Allah menciptakan manusia itu adalah sebagai mahluk yang paling berharga dan mulia di permukaan bumi ini. Namun tidak sedikit, manusia sendirilah yang merusak kehormatan dan harga dirinya, dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang amoral, yang tidak sesuai dengan norma-norma agama.

Karena itu, kemuliaan yang terdapat dalam diri manusia ini haruslah selalu dijaga dari pada hal-hal yang dapat merusaknya, baik yang berupa sikap dan perbuatan yang dilakukan oleh diri sendiri, maupun yang dilakukan oleh orang lain terhadap pribadinya. Bahkan, Islam memberikan tuntunan, kalaupun harus dengan mengeluarkan harta demi menjaga kehormatan atau harga diri, hal itu boleh untuk dilakukan. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi: “Peliharalah untuk menjaga diri kamu dengan harta kamu” (HR. Ad-Dailami) Karena itu, dalam prespektif Islam, harga diri itu lebih berharga dan mulia dari pada harta benda. Namun yang terlihat sekarang, terkadang manusia rela menjatuhkan harga dirinya demi memperoleh keuntungan harta benda. Selain itu juga, seringkali manusia melakukan perbuatan-perbuatan kekerasan denganberdalih membela harga diri. Padahal untuk menjaga kehormatan atau harga diri menurut ajaran Islam, bukanlah dengan pertengkaran atau kekerasan. Sebab adanya kekerasan justru menghancurkan harga diri. Selain itu, tidak jarang balasan yang timbul akibat dari sikap kekerasan seringkali berlebihan dan tidak terkontrol. Sehingga akibatnya, justru menjatuhkan martabat kemanusiaannya.

Dalam pandangan Islam, manusia itu berharga karena kemuliaannya, sedang kemuliaan seseorang itu bersumber dari kesabaran dan kebijaksanaannya. Sebagaimana disebutkan di dalam QS. Al A’raaf ayat 199: “Jadilah Engkau Pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang baik, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh” Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa, sikap sabar dengan selalu memberikan maaf inilah ajaran yang dituntunkan oleh Allah Swt. kepada hambanya yang beriman.
Karena itu, setiap pribadi muslim, hendaknya tidak terpengaruh dengan melakukan pembalasan, ketika ada orang lain yang bersikap atau berbuat tidak baik kepadanya. Sementara itu, jika diperhatikan kembali, ada yang menarik dari susunan kalimat ayat diatas. Disebutkan bahwa, Allah menganjurkan bagi setiap muslim untuk memberikan maaf dengan tujuan agar mereka berbuat baik, dalam artian, tidak melayani perbuatan bodoh mereka. Sebab jika perbuatan bodoh mereka kita balas, maka mereka akan melakukan perbuatan yang lebih bodoh lagi dari pada perbuatan mereka yang pertama. Selain itu juga, jika kita tidak membalas perbuatannya, maka mereka akan merasa cukup dengan perbuatan yang pertama, karena telah membuat kita tidak bisa berbuat apa-apa. Sehingga secara tidak langsung, kita sudah membuat orang lain berbuat baik, karena mereka tidak melakukan perbuatan buruk yang kedua dengan sebab sikap kita yang telah memaafkan dan tidak membalas perbuatan mereka yang pertama. Sikap memberikan maaf ini pulalah yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Sebagaimana telah diriwayatkan ketika beliau diludahi oleh salah seorang yang kafir, setiap kali melewati suatu jalan.

Hingga suatu ketika orang kafir tersebut sakit, dan Rasul menjenguknya. Seketika itu juga orang kafir tersebut merasa kagum dan takjub terhadap sikap terpuji yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. ini, hingga mendorong dia mengucapkan Dua Kalimat Syahadat dihadapan Rasulullah. Dari kisah diatas sebenarnya, jika Rasulullah menginginkan membalas perbuatan orang kafir tersebut mudah saja beliau lakukan, tetapi hal itu tidak dilakukannya, namun justru memaafkannya. Bahkan lebih dari itu, beliau juga membalas dengan perbuatan yang baik dengan menjenguknya ketika dia sakit. Sehingga membuat orang kafir tersebut tersentuh dan tergerak untuk melakukan perbuatan yang baik juga. Selain itu, tercatat juga dengan tinta emas dalam sejarah Islam, di saat banyak orang kafir Mekah berusaha mencelakakan dan menyakiti beliau karena agama yang disebarkannya, maka Rasulullah Saw. beralih pergi ke kota Thaif untuk berdakwah di sana, dengan harapan penduduk kota tersebut mau beriman kapada agama yang dibawanya.

Namun tatkala sampai di kota Thaif, yang beliau dapatkan bukanlah sambutan hangat atas dakwahnya, tetapi justru tidak jauh beda dengan yang terjadi di Mekah, yang didapatkannya adalah lemparan-lemparan batu yang membuat darah suci dari insan termulia ini mengucur keluar membasahi sampai kakinya. Sementara itu terjadi, malaikat jibril datang menawarkan kepada Nabi, agar memerintahkan kepadanya untuk mengadzab mereka, namun beliau menolak. Dan justru beliau mendoakan penduduk Thaif agar mendapat petunjuk, dengan doa yang masih tetap melegenda sampai sekarang:
“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengerti”

Inilah contoh sikap yang diajarkan dalam ajaran Islam, bahkan Allah Swt juga memuji hambanya yang memiliki sifat demikian. sebagaimana yang terdapat di dalam QS. Al-Furqon: 63:
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”

Dengan demikian, segala bentuk kekerasan yang dilakukan, walaupun dengan dalih membela harga diri, jelaslah bukan merupakan cara yang benar. Ketika orang lain malakukan kesalahan, dan dibalas dengan kesalahan, maka tidak ada beda antara keduanya, dan tentunya cara demikian bukanlah ajaran Islam dan sangat dibenci oleh Allah Swt. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi:
“Laki-laki yang paling dibenci oleh Allah Swt. adalah laki-laki yang keras” (HR. Bukhori Muslim)

Rabu, 10 November 2010

Habib Alwi Bahsin


    Habib Alwi Bahsin dilahirkan pada bulan Muharram 1326 H / Maret 1908 M. Ayah beliau bernama Habib Ahmad bin Muhammad Bahsin, ibunya bernama Syarifah Syifa' binti Abdurrahman.Sejak kecil beliau dididik dalam keluarga islami. Pendidikan pertamanya di Arabian School, di samping belajar kepada ayah dan paman beliau,Habib Ali bin Muhammad Bahsin.Dalam menunutut ilmu,Habib Alwi bersungguh sungguh dan tidak pernah merasa puas. Banyak ulama yang tercatat sebagai guru beliau, antara lain, Habib Ahmad bin Hamid Al-Kaff, Syekh Abu Bakar bin Hasan Basyaib,KH. Abdullah Azhari dan Habib Husein bin Abu Bakar Syekh Abu Bakar.

     Sejak berusia 15 tahun, Habib Alwi telah diizinkan oleh guru-gurunya untuk mengajar. Sistem pengajaran yang beliau terapkan kebanyakan berupa diskusi dan praktek, terutama dalam hal fiqih. Tidak berhenti ampai disitu, pendidikan Habib Alwi terus berlanjut, hingga beliau banyak mendapatkan ijazah dari berbagai Habib yang masyhur, di antaranya Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang), Habib Salim bin Jindan (Jakarta), Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid (Tanggul) dan Habib Salim bin Alwi Al-Khirid (Makkah).

     Habib Alwi terkenal sebagai seorang ulama yang tegas dan berani dalam menjalankan Amar makruf Nahi Munkar. Madrasah yang didirikannya pada zaman penjajahan jepang sempat ditutup karena beliau menentang Jepang untuk menyembah matahari setiap pagi hari. Namun setelah Jepang meninggalkan Indonesia, 1945, madrasah tersebut beliau buka kembali dan dinamai Madrasah Al-Kautsar, terletak di Kampung Munawar 13 Ulu

     Kegigihan Habi Alwi dalam berdakwah terlihat tatkala beliau ke pelosok daerah seperti Tanjung Agung dan Talang Padang. Dengan berbekal sampan dan lampu petromaks, beliau dan beberapa temannya menunggu perahu motor yang lewat untuk mengikatkan ampan pada perahu tersebut, sehingga perjalanan menjadi lebih cepat. Demikian pula ketika mereka akan kembali ke kota. Sesampainya di daerah tersebut, mereka membersihkan mushala dan mengajak penduduk untuk shalat berjamaah atau menghadiri majlis taklim. Habib Alwi mencurahkan perhatian yang luar biasa kepada kaum muslimin, terutama faqir miskin dan yatim piatu. Hal ini diwujudkan dengan mendirikan panti asuhan Darul Aitam, pada 8 Desember 1971 M (29 Syawal 1391 H). Di tanah wakaf H.Syukur bin Ahmad Bustam, 14 Ulu, Palembang, yang juga merupakan gagasan gurunya, Habib Abdurrahman bin Syekh Al-Idrus. 
  
Selain mendirikan Darul Aitam, beliau juga membangun Madrasah Al-Munawariyah yang terletak di Lr.Sederhana 13 Ulu. Aktivitas yayasan dan madrasah tersebut hinggga kini masih berjalan. Pada tahun 1395 H, Habib Alwi mempelopori kuliah subuh di masjid dan musholla. Antara lain yang masih berjalan di Masjid Darul Muttaqin 8 Ilir, Palembang, setiap minggu pagi.

   Sudah menjadi kebiasaan para habib untuk melazimkan berziarah kepada para sholihin. Demikian pula Habib Alwi, sering berziarah ke makam kakeknya, Habib Muhammad bin Ahmad Bahsin, di Jebus, Pulau Bangka. Konon kakek beliau dengan ilmunya dapat menaklukan dukun-dukun santet yang terkenal hebat di daerah tersebut. Habib Alwi memiliki persahabatan yang istimewa dengan Habib Ali bin Husein Al-Aththas (Bungur). Hal ini terlihat tatkala Habib Ali wafat. Sebelum wafat, beliau berwasiat agar yang memandikan jenazahnya adalah Habib Alwi Bahsin. Maka dipenuhilah keinginan beliau dengan memberangkatkan Habib Alwi dari Palembang untuk memandikan jenazahnya. Demikian pula semasa hidupnya, Habib Ali bin Husein Al-Aththas selalu berpesan kepada jemaah yang hendak pulang atau berziarah ke Palembang, agar memintakan doa' kepada Habib Alwi Bahsin untuk beliau. Pada tahun 1398 H, Habib Alwi menunaikan ibadah haji. Setibanya di Jeddah, karena kecintaan yang begitu mendalam kepada datuknya, Rasulullah saw, beliau dan rombongan langsung menuju Madinah. Perjalanan dari Jeddah ke Madinah yang biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama, dengan izin Allah swt menjadi begitu singkat, sehingga membuat sopir mobil yang ditumpanginya takjub. Saat di Madinah, Habib Alwi tidak mau menginap di hotel yang telah disediakan di lantai atas. "Bagaimana mungkin aku berada di atas, sedangkan Rasulullah saw berada di bawah. Aku takut tidak mengamalkan akhlaq yang telah diajarkan oleh Nabi saw." Katanya. Dan sewaktu berziarah ke makam Nabi saw, dengan melepas gigi palsunya, beliau menyatakan tidak menyukai kedustaan seperti halnya gigi palsu itu.

       Habib Alwi berpulang ke Rahmatullah pada waktu fajar hari selasa, 22 Januari 1985 M ( 1 Jumadil awal 1405 H ). Beliau berwasiat agar kita selalu berpegang teguh pada madzhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah, dengan mengikuti jejak langkah salaf as-sholihin, para ulama Sholeh terdahulu.

SAYYIDINA AL-IMAM AL-QUTB AL-GHAUTS AS-SYEKH ABDURRAHMAN AS-SEGAFF R.A

Beliau masyhur dengan sebutan As-Segaff. Beliau merupakan salah satu pemuka sadah Ba`alawi Qutb Al-Aulia yang lahir pada tahun 739 H di Tarim, Hadhramaut. Ibunya bernama Aisyah binti Abi Bakar ibnu Ahmad Al-Faqih Al-Muqaddam. 

Guru guru beliau 
     As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff banyak mempelajari kitab Syari’ah dan hakekat, sehingga diriwayatkan bahwa beliau telah menguasai sekaligus hafal di luar kepala, lebih kurang 50 jilid buku dalam ilmu Syariah, itu pun belum termasuk tasawuf, tauhid dan prinsip ilmu yang lain. As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra selama masa belajarnya telah dibina oleh tokoh-tokoh terkemuka di zamannya, beberapa di antara guru-guru beliau adalah : 
1. Al-‘Alim Al-Allamah Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra. Melalui guru beliau ini, As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff mempelajari kitab karya Al-Imamain Al-Azimain Bil Maqomil ‘Ali Muhammad Al-Ghazali dan Imam Mazhab Bil It-Tifaq As-Syĕkh Abu Ishak, serta kitab Al-Wajiz dan Al-Muhazib serta kitab karya Al-Imam As-Syayrodzy. 
2. As-Syĕkh Ali bin Salim. 
3. As-Syĕkh Al-Arib Al-Mualim Ahmad bin Muhammad Al-Khatib. Semasa kecil beliau mempelajari dan menghafal Al-Qur`an Al-Karim kepada guru beliau ini. 
4. Al-Imam Ali bin Sa`id Basulaib. 
5. Al-Imam Abu Bakar bin Isa Bayazid, yang tinggal di Wadi Amad. 
6. As-Syĕkh Al-Imam Umar bin Sa`id Bajabir. 
7. Al-Arif Billah Ta`ala Mazahim bin Ahmad Bajabir Shohib Barum. 
8. Al-Imam Al-Wali Abdullah bin Thohir Ad-Du`ani. 
9. Al-Imam Al-Faqih Muhammad bin Sa`ad Basyakil Shohib Al-Fiil. Melalui guru beliau ini, As-Syĕkh Abdurrahman mempelajari kitab Al-Ihya, Ar-Risalah dan Al-Ma`arif serta Al-Awarif. 
10. Al-Imam As-Syĕkh Al-Islam Muhammad bin Abu Bakar Ba Ibad. 
11. As-Syĕkh Al-Qodhi Muhammad bin Sa`id Kabn. 

   Beliau tinggal di kota ‘Adn. Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff mendalami ilmu Nahwu dan Shorof juga ilmu bahasa yang lain seperti Mantiq dan lain-lain kepada guru beliau ini.

Murid murid beliau 
   Banyak di antara murid-murid beliau di kemudian hari menjadi ulama yang termasyhur, termasuk di dalamnya adalah anak-anak dan keponakan beliau serta anak dari guru beliau sendiri. Beberapa di antaranya adalah: 
1. Al-Imam Al-Qutb Al-Ghauts As-Syĕkh Al-Kabir AbuBakar bin As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Al-Masyhur bis “Sakran” dan saudaranya. 
2. Al-Imam Al-Qutb Al-Ghauts As-Syĕkh Al-Kabir Umar bin As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Al-Masyhur bil “Mahdhor”. 
3. Al-Arif Billah Abu Bakar bin Alwi As-Syaibaih, dan saudaranya. 
4. Al-Imam Asy-Syahir Muhammad bin Alwi. 
5. Al-Arif Billah Muhammad bin Hasan Asy-Syahir Bi Jamalullail.
6. Al-Imam Al-Kabir Muhammad Shohib Aidid bin Ali.
7. Al-Arif Billah Ahmad bin Umar Shohib Al-Mushof . 
8. An-Nur Al-Muta`ajjat Al-Imam Sa`ad bin Ali Madhaq.
9. As-Syĕkh Muhammad bin Abdurrahman bin As-Syĕkh Muhammad bin Abdurrahman bin Al-Imam As-Syeikh Ali bin Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohibul Wa’al Al-Khotib Al-Anshory, dan anak beliau, penulis kitab “Al-Jauhar As-Syafaf” yaitu : 
10. As-Syĕkh Abdurrahman bin Muhammad Al-Khotib. 
11. As-Syĕkh Abdurrahim bin Ali Al-Khotib. 12. Syĕkh Ali bin Muhammad Al-Khotib. 
dan banyak lagi

Anak anak beliau 
   Beliau mempunyai delapan orang anak laki-laki dan enam orang anak perempuan, yang merupakan anak-anak yang soleh dan solehah. Setiap anak laki-laki beliau membaca tahlil sebanyak 70.000 kali dan anak perempuan beliau membaca tahlil sebanyak 35.000 kali, yang pahalanya dihadiahkan kepada Imam As-Segaff. Beliau selalu menginfaqkan harta beliau bagi anak-anaknya untuk mereka gunakan di jalan Allah SWT. Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff mendirikan 10 buah masjid dan anak-anak beliau mendirikan 3 masjid. Selain itu beliau juga memberikan wakaf bagi setiap masjid. Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra juga mempunyai banyak kebun kurma di Tarim dan di kota Al-Masfalah dan beliau mem-bacakan surat Yasin bagi setiap pohon kurmanya. 

Anak beliau yang perempuan adalah : 
1. As-sayyidah Asy-Syarifah Maryam. Saudari sekandung dari As-Syĕkh Abu Bakar As-Sakran, ibu dari Abu Bakar Al-Jufri bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam. 
2. As-sayyidah Asy-Syarifah Fatimah. Saudari sekandung dari Syeikh, ibu dari Muhammad bin Ahmad bin Hasan Al-Wara`. 
3. As-Sayyidah Asy-Syarifah Bahiyah. Saudari kandung dari Hasan bin Abdurrahman As-Segaff. 
4. As-sayyidah Asy-Syarifah Asma`. Saudari kandung dari Husein bin Abdurrahman As-Segaff. 
5. As-sayyidah Asy-Syarifah Aisyah. Ibu dari Abdurrahman Kheilah bin Abdullah bin Alwi Maula Ad-Dawiylayh, ibunda beliau (isteri As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff) berasal dari Bani Haritsah. 
6. As-sayyidah Asy-Syarifah Alwiyah As-Saumul Kubro. Ibu dari Maryam binti Umar Syanah, saudara dari Abu Bakar Al-Jufri. Ibunda beliau (isteri As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff) berasal dari ‘Inat.
7. As-sayyidah Asy-Syarifah Alwiyah Al-Qarah As-Sughro. As-Syarifah ‘Alwiyah adalah isteri Muhammad Ar-Rakhilaih bin Umar bin Ali Ba’Umar. Ibunda beliau (isteri As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff) dari Ãl Hamiysi’ As-Syanhajy. 

Adapun anak-anak beliau yang laki-laki adalah : 
1. Ay-Syĕkh Ahmad. Wafat di Tarim tahun 829 H.
2. As-Syĕkh Muhammad. Wafat di Tarim tahun 820 H. 
3. As-Syĕkh Abu Bakar As-Sakran. Wafat di Tarim tahun 821 H. 
4. As-Syĕkh Umar Al-Mahdhor. Wafat di Tarim tahun 833 H. 
5. As-Sayyid Ali. Wafat tahun 840 H. Ibunda beliau adalah seorang wanita sholeh dari kabilah arab Al-Basyiban yang berasal dari Seiwun. 
6. As-Sayyid Alwi. Wafat di Tarim pada tahun 826 H. 
7. As-Sayyid Abdullah. Wafat di Tarim tahun 857 H. 
8. As-Syĕkh Syeikh. Wafat di Tarim tahun 837 H. Ibunda mereka (Alwi, Abdullah dan Syeikh) ini bernama Fatimah Aisyah bin Yahya Qatiyn. 
9. As-Sayyid Aqil. Wafat di Tarim tahun 871 H. 
10. As-Sayyid Ja`far. Wafat tahun 829 H.
11. As-Sayyid Ad-Dza iq Hasan. Wafat tahun 830 H. Ibunda mereka bernama Maryam binti Salim Al-Hudailiyah. Berasal dari daerah Asy-Syanahizah. 
12. As-Sayyid Ibrahim. Wafat di Tarim tahun 875 H. Ibunda beliau bernama Uwaisyah binti Ali Balhaj. 
13. As-Sayyid Husein. Wafat di Tarim tahun 892 H. Ibunda beliau bernama Asma` Fulana binti Ba Ubayd 

Keagungan dan kemuliaan beliau
Maqam beliau Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra adalah seorang wali yang bermaqam Qutb Al-Ghauts, satu derajat kewalian tertinggi. Beberapa riwayat yang berkaitan dengan masalah maqam ini akan kami kemukakan sebagian. As-Syĕkh Al-Jalil Al-‘Arif Muhammad bin Hasan Al-Mu’allim Ra berkata : “Telah datang kepadaku suatu sosok ghaib yang berkata, ’As-Syĕkh Abdurrahman adalah seorang Wali Qutb’. 
   Aku pun lalu berta’awwuz karena aku khawatir hal ini berasal dari syaithan, kemudian aku terdiam sesaat, setelah itu ia mendatangi diriku lagi dan berkata seperti tadi, lalu aku membaca ta’awwuz lagi, dan pada waktu ketiga kalinya ia mendatangi diriku kembali, ia berkata; ”Apakah engkau tidak mau membenarkan perkataanku bahwa As-Syĕkh Abdurrahman adalah seorang Qutb?” Riwayat yang lain berasal dari anak beliau sendiri yaitu; As-Syĕkh Al-Wali Badruddin Hasan bin As-Syĕkh Abdurrahman R.Anhuma, beliau berkata : 
   “Sekali waktu aku duduk berdua bersama ayahku di Masjid beliau pada tahun 814 H, beliau berbicara panjang lebar kepadaku dan di tengah perbincangannya, ayahandaku berkata kepadaku beliau telah memakai Qamiys Qutb selama dua puluh dua tahun dan selama itu beliau tidak pernah makan kecuali minum air dingin.” 

Masjid As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra
   Didirikan oleh beliau pada th 768 H. Banyak diambil dari kesaksian para Wali bahwa Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff telah mencapai martabat Quthbiyyah. Dan telah menjadi ijma` sari seluruh wali, bahwasanya seluruh wali di masa itu berada di bawah panji beliau tanpa terkecuali. Salah seorang saudara Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra bercerita : “Sungguh telah terjadi perselisihan antara diriku dan saudaraku, Abdurrahman As-Segaff. Sebenarnya perselisihan ini awalnya bermula hanya pada masalah harga dagangan kurma, hingga kemudian menimbulkan pemikiran pada diriku mengapa saudaraku itu bisa lebih tinggi derajatnya dari pada diriku? Aku berpuasa seperti dia berpuasa. Sholatnya pun sama dengan sholatku dan ayahanda kami juga satu. Selain itu tamuku juga lebih banyak dari tamunya. Akhirnya pada satu malam aku bermimpi, aku melihat suatu sosok yang bercahaya dan berkata kepadaku: “Apakah engkau berpikir derajatmu sama dengan saudaramu Abdurrahman?” aku pun menjawab, “Benar” kemudian cahaya tersebut berkata kepadaku, “Jalanlah bersamaku.”

     ‘Maka ia membawaku kepada saudaraku Abdurrahman. Dalam mimpiku itu aku mendapati seluruh tubuhnya diselimuti oleh cahaya, dan di setiap sendi tubuhnya tertulis dengan cahaya, surah Al-Ikhlas dan kalimat tauhid: Laa Ilaaha Illallah Muhammadar Rasulullah. Kemudian sosok bercahaya tersebut berkata kepadaku, “Jika engkau telah mencapai derajat seperti ini maka bolehlah engkau mengatakan dirimu lebih ataupun sama dengan saudaramu Abdurrahman.” Maka semenjak itu aku pun memandang saudaraku Abdurrahman lebih tinggi derajatnya daripada diriku.’” Para Wali Al-‘Arifin dan para ulama Al-Muhaqiqin menjuluki beliau dengan As-Segaff. Untuk menutupi keagungan hal beliau atas ahli zaman di kala itu sebagai kata isyarat yang makna seutuhnya hanya dimengerti oleh kaum Khawas dikarenakan beliau sendiri sangatlah membenci kemasyhuran. 
     Dengan segala kemuliaan yang telah Allah berikan kepada beliau, telah membuat dirinya tersohor kesegala penjuru negeri. As-Segaff yang dalam arti lughoh adalah bermakna “di atas” adalah mengandung pengertian kedudukan beliau adalah “di atas” seluruh para wali pada zaman itu secara keseluruhan tanpa terkecuali. Hal ini menyatakan bahwa maqom beliau adalah Qutb Al-Ghauts. Dan lazimnya setiap wali yang bermaqom seperti itu dalam perumpamaannya adalah bagaikan atap rumah yang menaungi para penghuni rumah, dalam hal ini rumah yang dimaksud adalah “wilayah” dan konteks yang dimaksud adalah apa yang disebut oleh kaum Sufi dengan “Tashrif Dairatul wilayah.” Atau semacam kedudukan rantai komando tapi dalam dunia kewalian. Pernah diriwayatkan oleh beberapa murid dari Al-Imam As-Segaff, sekali waktu para Wali di suatu daerah menyerahkan “tashrif wilayah” mereka kepada beliau, dengan membaiat beliau sebagai pemimpin mereka, kejadian ini mengisyaratkan bahwa para wali tadi menyerahkan kepemimpinan kewalian mereka kepada Al-Imam As-Segaff, dalam seluruh perkara kewalian pada saat seperti ini Al-Imam As-Segaff berlaku sebagai Ghust Al-Wali bagi mereka, kedudukan tinggi yang tidak bisa dianggap main-main, mengingat “Ghaust” lazimnya berlaku bagi kaum Awam, bisa dibayangkan bagaimana Ghaust bagi para Wali? Muhammad bin Hasan bin Abu Bakar berkata, “Ketika aku sedang tidur, aku mendengar suara dalam mimpiku yang berkata, Permata-permata adalah Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali dan anak beliau Sayyidina Alwi Al-Ghuyur dan anak beliau Ali dan anak beliau Muhammad bin Ali Maula Ad-Dawiylaih. Kemudian aku bertanya, ‘Lalu bagaimana dengan Abdurrahman As-Segaff’ dan suara itu menjawab, ‘Ia adalah permata dari segala permata.’” 
    Majelis beliau Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff mempunyai majlis yang masyhur dan selalu dihadiri para Wali dan para Rijal Al-Ghaib dari segala penjuru dunia. Ada satu riwayat yang bercerita bahwa beliau sekali waktu pernah didatangi seorang lelaki asing di tengah Majlis beliau yang tiba-tiba berkata kepada beliau :

     “Kenapa engkau membuka rahasia hakekat kepada khalayak ramai?” kemudian dijawab oleh beliau, Lalu bertanya murid beliau yang bernama Al-Imam Al-Wali Abu Bakar bin Alwi As-Syaibah, ”Bagaimanakah ciri laki-laki tersebut?”. Al-Imam As-Segaff lalu memberikan ciri laki-laki yang berbicara kepada beliau itu yang kemudian dijawab kembali oleh Al-Imam Abu Bakar Asy-Syaibah, “Hazihi shifatul ghozali yujizuka bitakallamu `alan naas.” (Ini adalah Al-Imam Al-Ghozali dan banyak yang telah menyaksikan bahwa yang belajar pada beliau adalah para ahli al-kasyaf yaitu para Wali Allah dan Arrijalul Ghoib.) Al-Arif Billah Muhammad bin Ali Azzubaidi meriwayatkan: “Aku telah menyaksikan sendiri bahwa As-Syĕkh Abdul Qodir Al-Jaelani telah membaca Al-Miatain di hadapan Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff. Dan aku telah menyaksikan sendiri Al-Imam Al-Ghozali membaca kitabnya yang terkenal yaitu kitab Al-Ihya di depan Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff.”  
    Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff, pada awalnya kurang menyukai majlis Sima`. Kemudian karena selalu menghadiri majlis Sima` maka akhirnya beliau mencintai majlis tersebut. Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra, bila tengah mendapatkan waridan, maka akan terlihatlah hāl beliau yang luar biasa di tengah khalayak ramai, sehingga terlihatlah dengan jelas kemuliaan beliau di sisi Allah SWT, terkadang para hadirin yang kala itu mendengarkan perkataan beliau pun, juga akan mendapatkan haibah yang agung karena mendengarkan perkataan beliau.
        Sekali waktu, tatkala seorang saudara beliau yang bernama As-Syĕkh Ali meninggal dunia, Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff merasakan kesedihan yang mendalam hingga beliau meninggalkan majlis sima` ini sampai beberapa waktu. Kemudian ketika beliau kembali mengadakan majlis sima`, beliau berkata mengenai hal itu, “Kami menginginkan meninggalkan hal tersebut, tetapi sima` tidak meninggalkan kami.”

Hadhrah As-Segaff
    Dalam setiap kesempatan di Majlis beliau, setelah sholat Isya pada setiap malam Kamis dan Senin, biasanya dibacakan beberapa Nasyid kaum sufi yang diiringi dengan beberapa alat musik seperti rebana dan seruling. Hal ini kemudian dilanjutkan oleh Sayyidina As-Syĕkh Al-Kabir Ahmad bin Husein Al-‘Aidrus dengan mengajak beberapa ahli pembaca Nasyid dari Mesir dan ‘Iraf. Dan ritual atau kebiasaan ini masih berlangsung hingga sekarang terhitung sudah berjalan selama lebih kurang 600 tahun Alat musik seruling peninggalan dari zaman Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff Ra yang masih digunakan sampai sekarang.  

Pembacaan Hadhrah di Masjid
     Perkataaan para Wali Allah mengenai beliau As-Syaikhah Al-‘Arifah As-Sayyidah Sulthanah binti Ali Az-Zubaidy R.Anha mengisahkan : “Bilamana As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff hendak datang ke tempat kami maka aku akan melihat, sesaat sebelum kedatangan beliau, tempat kami dan sekitarnya ditumbuhi oleh rumput yang menghijau seolah-olah tanaman tersebut tumbuh di tempat subur yang banyak airnya, kemudian setelah itu aku mendengar suara: 
    “Telah datang kepada kalian seorang sulthan anak dari seorang sulthan.” Tubuh dari Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff selalu mengeluarkan aroma yang sangat harum walau tanpa diberi wewangian, maka bilamana beliau masuk ke satu rumah, maka orang pun akan tahu bahwa rumah tersebut pernah disinggahi oleh Sayyidina Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff karena bau wangi yang masih melekat pada rumah tersebut. Begitu juga bila beliau berjalan, maka orang-orang pun akan tahu bahwa jalan tersebut pernah dilalui oleh Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff, karena masih terciumnya aroma wangi dari Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff. Mengisyaratkan hal ini, murid beliau yaitu As-Syĕkh Abdurrahman Al-Khotib berkata di dalam syi`irnya : Lidah Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff tidak pernah putus di dalam zikrullah. 
     Begitu juga hati beliau yang selalu mengingat Allah dalam siang maupun malam. Banyak murid-murid beliau yang mendengar suara zikir yang berasal dari hati beliau, terdengar hingga keluar oleh orang banyak. Dan semua ulama dan wali besar di zaman itu telah menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri, bahwa dari setiap sendi-sendi tubuh Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff hingga rambut dan kulit beliau, sering kali terdengar suara dalam berzikir kepada Allah SWT.  

Kisah-kisah kekeramatan As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff  
     Mengenai kekeramatan Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff, seorang murid beliau yang bernama As-Syĕkh Abdurrahman bin Muhammad Al-Khotib telah banyak menceritakan di dalam kitab Al-Jauhar As-Syafaf sebanyak lebih kurang 100 hikayat mengenai kekeramatan dan ahwal beliau yang sangat luar biasa. Di dalam bukunya tersebut As-Syĕkh Abdurrahman Al-Khotib berkata : “Bilamana beliau mendoakan seorang gadis maka gadis itu pun akan menikah, dan bilamana beliau mendoakan bagi perempuan yang mandul maka perempuan yang mandul itu pasti melahirkan seorang anak. 
    Dan bilamana Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff mendoakan seorang yang miskin itu dengan kekayaan, maka si miskin tersebut pasti dikayakan oleh Allah SWT, dan bilamana As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff berdoa untuk orang yang bermaksiat agar bertaubat, maka mereka pun akan bertaubat dan bilamana As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff mendoakan seorang yang bodoh agar menjadi pintar maka orang itu akan dibukakan hatinya oleh Allah SWT untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.”  

Sebagian kecil dari kisah kekeramatan Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff R.a adalah sebagai berikut : 

1. Sayyidina As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff ber- Tajazzu Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff, seringkali terlihat di banyak tempat dalam satu waktu yang bersamaan. Selain itu pernah disaksikan oleh banyak orang bahwa beliau menghilang sekejap dari baju beliau namun kemudian dalam sekejap itu pula beliau kembali lagi, sebelum baju beliau sempat jatuh ke tanah. Sekali waktu Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff berniat akan melakukan ibadah haji ke Masjidil Haram dan di dalam niatnya beliau bertekad untuk tinggal di sana selama-lamanya, semata-mata hanya untuk beribadat dan bertasbih memuji Allah SWT, dan tidak akan pulang lagi ke Hadhramaut. Tetapi di tengah perjalanan menuju ke Masjidil Haram, beliau bertemu dengan Rasulullah SAW bersama para sahabat dan beberapa Wali, termasuk di dalamnya adalah ayahanda beliau yaitu Sayyidina As-Syĕkh Muhammad Maula Ad-Dawilaih. Mereka semua meminta kepada Sayyidina Al-Imam As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff agar mengurungkan niat beliau tersebut dan pulang ke Hadhramaut. Mereka berkata: “Sesungguhnya maqommu lebih bermanfaat di Hadhramaut.” Maka beliau pun pulang tanpa pernah melakukan ibadah haji. Tetapi anehnya, banyak orang yang melihat beliau berada di Mekkah setiap tahunnya menunaikan ibadah haji. Sehingga banyak orang yang merasa bingung dan bertanya kepada beliau, “Apakah anda telah melakukan haji?”, dan beliau menjawab, “Kalau dalam keadaan zhohir tidak pernah.” 

2. Makanan yang tidak diketahui asalnya. Berkata murid beliau Sayyidina Al-Wali Muhammad bin Hasan Jamalullail: “Suatu ketika aku sedang berada di masjid Jami’ As-Syĕkh Abdurrahman As-Segaff, dan pada waktu itu aku dalam keadaan lapar. Beliau sendiri terlihat sedang duduk di tengah-tengah masjid, kemudian beliau memanggilku dan tiba-tiba di samping beliau terdapat makanan yang lezat yang membuatku terheran-heran, lalu aku bertanya kepada beliau, ‘Siapakah yang mengantarkan makanan ini?’ dan beliau menjawab, ‘Pelayan perempuan.’ Padahal tidak ada satu orang pun yang kulihat memasuki masjid, hingga aku memperhatikan sekeliling masjid sekali lagi, tapi memang tidak ada satu orang pun yang kulihat.” Kejadian ini mengingatkan kita seperti kejadian Siti Maryam ketika mendapatkan buah-buahan di Mihrabnya dan membingungkan Nabi Zakaria AS yang melihatnya. Kejadian ini adalah pembuktian benarnya sabda Baginda Rasul Allah SAW yang menjelaskan kemuliaan umatnya; bahwa Ulama umat Nabi Muhammad SAW menyamai derajat para Nabi Bani Israil . 

    Beliau wafat di kota Tarim pada hari Kamis, 23 Sya’ban tahun 819 H (1416 M). Ketika mereka hendak memalingkan wajah beliau ke kiblat, wajah tersebut berpaling sendiri ke kiblat. Jasad beliau disemayamkan pada pagi hari Jum’at, di pekuburan Zanbal,Tarim.

Habib Ahmad Bin Hamid Alkaff

   Beliau dikenal sebagai salah seorang ulama besar di Palembang. Banyak ulama dari berbagai penjuru Nusantara mengaji kepada beliau. Ada pendapat, Palembang bisa di ibaratkan sebagai Hadramaut tsani (markas para Habib dan Ulama besar). Sebab di Palembang memang banyak Habib dan Ulama besar, demikian pula makam-makam mereka. Salah seorang diantaranya adalah Habib Ahmad bin Hamid Al-Kaaf, yang juga dikenal sebagai wali masthur. Yaitu wali yang karamah-karamahnya tersembunyi, Padahal karamahnya cukup banyak.

   Salah satu karamahnya ialah ketika beliau menziarahi orang tua beliau (Habib Hamid Al-Kaff dan Hababah Fathimah AL-Jufri) di kampung Yusrain, 10 Ilir Palembang. Dalam perjalanan kebetulan turun hujan lebat dan deras. Untuk bebrapa saat beliau mengibaskan tangan beliau ke langit sambil berdoa. Ajaib, hujanpun reda.
  Nama beliau adalah Habib Ahmad bin Hamid Al-Kaff. Sampai di akhir hayat beliau tinggal di jalan K.H. Hasyim Asy’ari No. 1 Rt 01/I, 14 Ulu Palembang. Beliau lahir di Pekalongan Jawa Tengah dan dibesarkan di Palembang. Sejak kecil beliau diasuh oleh Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas.

  Uniknya, hampir setiap pagi buta, Habib Ahmad Al-Attas menjemput muridnya ke rumahnya untuk shalat subuh berjama’ah karena sangat menyaynginya. Saking akrabnya, ketika bermain-main di waktu kecil, Habib Ahmad bin Hamid Al-Kaff sering berlindung di bawah jubah Habib Ahmad Alatas. Ketika usia 7 tahun saat anak-anak lain duduk di kelas satu madrasah Ibtidaiyyah, Habib Ahmad belajar ke Tarim Hadramaut Yaman bersama sepupunya Habib Abdullah-yang akrab dipanggil Endung

   Di sana mereka berguru kepada Habib Ali Al-Habsyi. Ada sekitar 10 tahun beliau mengaji kepada sejumlah ulama besar di Tarim. Salah seorang guru beliau adalah Habib Ali Al-Habsyi, ulama besar penulis Maulid Simtuth Durar. Selama mengaji kepada Habib Ali Al-Habsyi , beliau mendapat pendidikan disiplin yang sangat keras. Misalnya sering hanya mendapatkan sarapan 3 butir kurma. Selain kepada Habib Ali , beliau juga belajar tasawuf kepada Habib Alwi bin Abdullah Shahab . sedangkan sepupu beliau Habib Endung belajar fiqih dan ilmu-ilmu alat seperti nahwu, sharaf dan balaghah. Sepulang dari Hadramaut pada usia 17 tahun . Habib Ahmad Al-Kaff menikah dengan Syarifah Aminah Binti Salim Al-Kaff . meski usianya belum genap 20 tahun namun beliau sudah mulai dikenal sebagai ulama yag menjalani kehidupan zuhud dan mubaligh yang membuka majlis ta’lim. Dua diantara murid beliau yakni Habib alwi bin Ahmad Bahsin dan Habib Syaikhan Al-gathmir belakangan dikenal pula sebagai ulama dan mubaligh.

   Selain di Palembang, Habib Ahmad juga berdakwah dan mengajar di beberapa daerah di tanah air, misalnya madrasah Al-Khairiyah Surabaya. Salah seorang murid beliau yang kemudian dikenal sebagai ulama adalah habib Salim bin ahmad bin Jindan ulama terkemuka di Jakarta, yang wafat pada tahun 1969


Empat Pertanyaan

Ketinggian ilmu dan kewalian Habib Ahmad al-Kaff diakui oleh Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad, ulama besar dan wali yang bermukim di Bogor. Diceritakan pada suatu hari seorang habib dari Palembang (Habib Ahmad bin Zen bin Syihab) dan rakan-rakannya menjenguk Habib Alwi, mengharap berkah dan hikmahnya. Mengetahui bahwa tamu-tamunya dari Palembang, dengan spontan Habib Alwi berkata, “Bukankah kalian mengenal Habib Ahmad bin Hamid al-Kaff ? Buat apa kalian jauh-jauh datang ke sini, sedangkan di kota kalian ada wali yang maqam kewaliannya tidak berbeda denganku ? Saya pernah bertemu dia di dalam mimpi”. Tentu saja rombongan dari Palembang tersebut kaget. 

    Maka Habib Alwi menceritakan perihal mimpinya. Suatu hari Habib Alwi berpikir keras bagaimana cara hijrah dari bogor untuk menghindari teror dari aparat penjajah belanda. Beliau kemudian bertawasul kepada Rasulullah SAW, dan malam harinya beliau bermimpi bertemu Rasulullah SAW memohon jalan keluar untuk masalah yang dihadapinya. Yang menarik, di sebelah Rasul duduk seorang laki-laki yang wajahnya bercahaya.  

   Maka Rasulullah SAW pun bersabda, “Sesungguhnya semua jalan keluar dari masalahmu ada di tangan cucuku di sebelahku ini”. Dialah Habib Habib Ahmad bin Hamid al-Kaff. Maka Habib Alwi pun menceritakan persoalan yang dihadapinya kepada Habib Ahmad al-Kaff- yang segera mengemukakan pemecahan/jalan keluarnya. 

   Sejak itulah Habib Alwi membanggakan Habib Ahmad al-Kaff. Sebagaimana para waliyullah yang lain, Habib Ahmad al-Kaff juga selalu mengamalkan ibada khusus. Setiap hari misalnya, Mursyid Tariqah Alawiyyah tersebut membaca shalawat lebih dari 100.000 kali. Selain itu beliau juga menulis sebuah kitab tentang tatacara menziarahi guru beliau Habib Ahmad Alatas. Beliau juga mewariskakn pesan spiritual yang disebut Pesan Pertanyaan yang empat, yaitu empat pertanyaan mengenai ke mana tujuan manusia setelah meninggal.  

   Lahirnya empat pertanyaan tersebut bermula ketika Habib Ahmad al-Kaff diajak oleh salah seorang anggota keluarga untuk menikmati gambus. Seketika itu beliau berkata, “Aku belum hendak bersenang-senang sebelum aku tahu apakah aku akan mengucapkan kalimat tauhid di akhir hayatku. Apakah aku akan selamat dari siksa kubur, apakah timbangan amalku akan lebih berat dari dosaku, apakah aku akan selamat dari jembatan shiratal mustaqim”. Itulah yang dimaksud dengan “empat pertanyaan” yang dipesankannya kepada para murid, keluarga dan keturunannya. 

   Habib Ahmad al-Kaff wafat di Palembang pada 25 Jumadil akhir 1275H/1955M. Jenazah beliau dimakamkan di komplek pemakaman Telaga 60, 14 Hulu Palembang. Beliau meninggalkan lima anak: Habib Hamid, Habib Abdullah, Habib Burhan, Habib Ali dan Syarifah Khadijah. Kini pengelolaan majelis taklimnya diteruskan keturunannya, Habib Ahmad Fikri bin Husein bin Helmi bin Hamid Al-Kaff, yang setiap minggu pagi membaca maulid Simtud Duror. Salah seorang cucu yang meneruskan dakwah kakeknya ialah Habib Ahmad bin Naufal bin Abdullah bin Ahmad Al-Kaff, pengasuh Pondok Pesantren Darul Habib, Sukabumi, Jawa barat.  

Biar

Bagaimana caranya aku harus mengungkapkan semua ini??
Bukan hal yang mudah untuk aku membuka diri,.
Bukan hal yang mudah untuk saling berbagi
Tak banyak yang tahu bagaimana aku menjalani setiap liku hidup ini.
Semua Aku pendam sendiri.

Ibarat besi, ia telah berkarat
Ibarat air, ia telah membeku.
Semua telah terjadi  seiring waktu,
tak ada waktu untuk membuka kembali semua kenangan itu.

Biar, aku sudah seperti ini.
Semua memang buat jiwa ku rentan.
tapi, tetap tak akan ada yang perduli.

Aku tersakiti oleh waktu,
dan aku pun akan tersembuhi dengan waktu.
Percayalah itu....!!

Hikmah Ibadah Haji

        Ibadah haji merupakan ibadah fisik, namun demikian banyak makna baik yang tersirat maupun yang tersurat yang bisa kita ambil dalam pelaksanaan ibadah haji tersebut. Sungguh sangat disayangkan jika kita dalam melaksanakan ibadah haji ini kita kehilangan hikmah atau pelajaran yang terkandung di dalamnya. Hanya capek dan lelah saja yang akan kita dapatkan jika kita tidak mampu mengambil hikmah dari perjalanan ibadah haji kita. Sungguh hanya perkerjaan yang sia-sia belaka. Hikmah ibadah haji disini memiliki maksud agar calon jamaah haji dapat mengetahui, memahami dan menghayati tujuan dan hakikat pelaksanaan ibadah haji, sehingga diharapkan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, karena semua ibadah yang kita lakukan pada dasarnya untuk membentuk manusia yang bertaqwa. 


Ada beberapa hikmah yang bisa kita petik dari ibadah haji kita antara lain:

Hikmah Ihram 


   Ihram memiliki pengertian “niat mulai mengerjakan ibadah haji atau umrah dan menjauhi segala larangan-larangan selama berihram”. Allah STW telah menetapkan beberapa larangan yang harus dipatuhi oleh jamaah haji selama berihram jika dilanggar maka ada konsekuensi yang harus kita terima jika dilanggar, yaitu dengan cara membayar Dam / Fidyah sesuai ketentuan syar’i. Dengan berihram ini berarti kita telah berikrar dan bertekad untuk tidak melanggar larangan-larangan ihram seperti memotong/ mencukur rambut, memotong pepohonan di Tanah Suci atau memakai pakaian berjahit. Padahal kesemuanya itu hal biasa dalam keseharian, bahkan kita disunahkan memotong kuku atau rambut untuk kebersihan kita, tetapi dalam kondisi berihram semuanya itu adalah dilarang!. 
     Apa hikmah yang bisa kita petik dari semuanya itu. Ini semua menunjukkan sikap kepatuhan dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Hal ini juga wujud dari ikrar syahadat kita bahwa Tidak ada Tuhan yang yang patut disembah selain Allah SWT. Ketaatan kita kepada-Nya adalah mutlak! tanpa adanya pengecualian. Dialah Sang Pencipta, Yang Berkuasa atas segala sesuatu, Apapun yang telah ditetapkan-Nya adalah ketentuan yang mutlak berlaku, kita hanya hambanya yang dhaif, lemah. Jamaah haji tidak boleh meremehkan larangan-larangan ihram ini, meskipun konsekuensi melanggar larangan ihram itu tidak seberapa berat, tetapi bukan itu esensinya!. Kepatuhan dan ketaatan kitalah yang sedang diuji, untuk tidak melanggar larangan-larangan ihram dalam berihram ini. Semakin kita tidak melanggar larangan-larangan ihram ini adalah hal terbaik yang harus kita laksanakan selama menjalankan ibadah haji, hal ini menunjukkan tingkat ketaatan kita kepada Allah SWT. Semoga ketaatan kita ini dapat mengantarkan kita memperoleh haji mabrur. 
       Dalam berihram, kita hanya memakai dua helai kain saja tanpa berjahit, disunnahkan kain yang putih bersih. Hal ini menunjukkan kita semua dihadapan Allah SWT adalah sama, tidak ada yang berpakaian mewah, semua pakaian yang gemerlap, pangkat dan jabatan harus ditanggalkan. Yang tertinggal adalah ketaqwaan kita yang menjadi bekal kita dalam .memenuhi panggilan Allah SWT ini, karena sebaik-baiknya bekal adalah bekal taqwa. Dalam memenuhi panggilan Allah SWT ini, diharapkan dengan hati yang bersih, seputih bersih kain ihram itu sendiri, tidak ada kesombongan, karena kesombongan hanyalah milik Allah SWT semata. 

  Hikmah Thawaf 

    Thawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebayak tujuh kali putaran dimulai dan diakhiri dari Rukun Hajar Aswad, sedangkan ka’bah berada disebelah kiri. Ka’bah adalah pusat/ kiblat ibadah umat islam. Disinilah, di Baitullah ini kita menjadi tamu Allah SWT. Thawaf merupakan sarana pertemuan kita sebagai tamu dengan Sang Khaliq, dengan mengelilingi ka’bah disertai dengan dzikir dan berdoa dengan khusuk. Ka’bah menjadi pusaran dan pusat peribadatan kita kehadirat Allah SWT, karena thawaf identik dengan sholat dimana kita berkomunikasi secara langsung dengan Allah SWT. 
   Putaran thawaf sebanyak 7 kali merefleksikan rotasi bumi terhadap matahari yang menandai putaran terjadinya kisaran waktu, siang dan malam, yang menunjukkan waktu, hari, bulan dan tahun. Subhanallah.., inilah kebesaran Allah SWT, semuanya bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi sudah menjadi Sunatullah. Tidak ada kejadian dimuka bumi ini yang terjadi secara kebetulan melainkan sudah direncanakan Allah SWT. Dan semuanya berjalan sesuai denang ukurannya masing-masing. 

Hikmah Sa’i 

   Sa’i berarti “usaha”, sa’i adalah perjalanan dari Shafa ke Marwah dan sebaliknya sebanyak 7 kali perjalanan. Ibadah sa’i ini merupakan ajaran dari Siti Hajar ketika mondar-mandir antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah untuk mencari air karena Nabi Ismail AS menangis kehausan, padahal jarak antara Shafa dan Marwah sekitar 425 m. Kisah ini menunjukkan betapa besarnya cinta kasih seorang ibu kepada anaknya, begitu kuat usaha yang dilakukannya untuk mendapatkan setetes air untuk menghilangkan dahaga anaknya. Hikmah yang bisa kita ambil dari kisah tersebut adalah usaha yang dilakukan secara terus-menerus tanpa kenal lelah serta tawakal untuk meraih suatu tujuan, meskipun pada akhirnya hanyalah Allah SWT yang menentukan hasil dari jerih payah kita. 
   Kenyataannya yang menemukan sumber mata air di tanah yang kering dan tandus tersebut adalah putranya sendiri, Nabi Ismail AS, yang dikenal dengan sumur air zam-zam. Air Zam-zam inilah yang pada akhirnya menghidupi masyarakat sekitar Makkah selama ribuan tahun dan sumur ini tidak pernah kering sampai saat ini, meskipun berjuta-juta galon telah diambil untuk keperluan jamaah haji, Subhanallah… nikmat mana yang kamu ingkari! 

Hikmah Tahalul 

   Tahallul merupakan perbuatan untuk melepskan diri dari larangan-larangan ihram selama berihram, dilakukan dengan cara bercukur. Bercukur mengandung makna membersihan diri, membersihkan segala pikiran-pikiran kotor yang tidak bermanfaat. Bersihkan hati dan pikiran untuk menapaki kehidupan yang lebih baik menuju kepada keridhaan Allah SWT 




Hikmah Wukuf 

   Wukuf berarti “berhenti”, merupakan Rukun ibadah haji, tidak ada haji jika tidak wukuf di arofah. Wukuf di padang Arofah merupakan gambaran kelak kita akan dikumpulkan Allah SWT di Padang Mahsyar pada Hari Kebangkitan. Pada saat wukuf ini, kita akan merasa dalam suasana yang tenang, tentram, seluruh jamaah haji dari berbagai penjuru dunia berkumpul, bermunajad kehadirat Allah SWT, Sang Pencipta. Semuanya berdzikir, bertafakur, ada yang menangis memohon ampunan, bertobat atas segala dosa dan kesalahan. Sesungguhnya Adalah sebaik-baiknya Penerima Taubat Hamba-Nya. Dalam Wukuf ini Allah akan membebaskan dan mengampuni dosa-dosa orang-orang yang sedang wukuf sebesar apapun dosanya, seperti disebutkan dalam hadits riwayat Muslim, Nabi SAW bersabda: “Aku berlindung kepada Allah SWT dari godaan syetan yang terkutuk. Tiada hari yang lebih banyak Allah membebaskan seorang hamba dari neraka selain Hari Arofah.” 
Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda:
    Nabi SAW wukuf di Arofah, di saat matahari hampir terbenam; Beliau berkata; “Wahai Bilal suruhlah umat manusia mendengarkan saya.” Maka Bilal pun berdiri seraya berkata, “Dengarkanlah Rasulullah SAW,” maka mereka mendengarkan, lalu Nabi SAW bersabda; ” Wahai umat manusia, baru saja Jibril a.s. datang kepadaku, maka dia membacakan salam dari Tuhanku, dan dia mengatakan; “Sungguh Allah SWT mengampuni dosa-dosa orang-orang yang berwukuf di Arofah, dan orang-orang yang bermalam di Masy’aril Haram (Muzdalifah), dan menjamin membebaskan mereka dari tuntutan balasan dan dosa-dosa mereka. Maka Umar bin Khattab berdiri dan bertanya, Ya, Rasulullah, apakah ini khusus untuk kita saja? Rasulullah menjawab: “ini untukmu dan orang-orang sesudahmu hingga hari kiamat kelak. Umar r.a. pun lalu berkata, Kebaikan Allah sungguh banyak dan Dia Maha Pemurah.” 

Hikmah Mabit di Muzdalifah 

    Setelah terbenam matahari wukuf telah berakhir, jamaah haji berangkat menuju Muzdalifah untuk bermalam dan beristirahat, mengumpulkan tenaga kembali guna melanjutkan melontar jumrah di Mina. Disunnahkan di Muzdalifah ini jamaah haji mencari kerikil untuk melontar jumrah. Selama mabit di Muzdalifah ini disunnahkan memperbanyak dzikir dan berdoa. Setelah lewat tengah malam, jamaah haji akan berangkat menuju Mina untuk mabit dan melantar jumrah pada tanggal 10, 11, 12, 13, Dzulhijjah. Hikmah Mabit di Muzdalifah ini, kita mempersiapkan diri baik tenaga maupun perbekalan dan senjata (lambang kerikil) untuk melawan musuh manusia yang nyata yaitu syeitan. Kerikil-kerikil tersebut nantinya dipergunakan untuk melontar jumrah yang melambangkan perang melawan syaitan. Syaitan selalu menjerumuskan manusia ke dalam api neraka karena itu tidak ada ruang lagi bagi syaitan. 

Hikmah Mabit di Mina 

    Mabit di mina ini dilaksanakan selama 4 hari mulai tanggal 10, 11, 12, 13, Dzulhijjah. Selama mabit ini jamaah haji akan melaksanakan melontar jumrah Ula, Wustha dan Aqobah. Mabit ini merupakan penginggalan ajaran Nabi Ibrahim A.S. ketika diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih putranya Nabi Ismail A.S. Dalam perjalanan menjalankan perintah Allah inilah Nabi Ibrahim mendapat godaan terus-menerus dari syaitan agar mengurungkan niatnya untuk menyembelih putra kesayangannya, tetapi Nabi Ibrahim A.S. tetap istiqomah menjalankan perintah ALLAH SWT ini dan melempari syaitan-syaitan tersebut dengan batu kerikil. Makna Melontar jumrah adalah perang kita terhadap musuh yang paling nyata bagi manusia yaitu syaitan, karena syaitan-syaitan tidak pernah lengah untuk menggoda manusia agar terjerumus kedalam api neraka. Disamping itu selama mabit ini kita disunahkan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan berdzikir dan berdoa serta memperbanyak ibadah.

Minggu, 07 November 2010

Sejarah dan Amalan di bulan Dzulhijjah

Sahabat, Tiada hari hari dimana Allah di sembah, lebih disukai dari pada 10 hari pertama bulan DZULHIJJAH, Puasa sehari didalammnya sama dengan puasa setahun, dan bersembahyang dimalam harinya, sama dengan bersembahyang di malam Lailatul Qadar
         Sebagian ulama mengatakan : Barang siapa yang memuliakan hari hari yang berlalu dalam bulan DZULHIJJAH, niscaya akan di anugrahi oleh Allah 10 macam kemuliaan Yaitu :
- Berkah pada umumnya
- Bertambah hartanya
- Kehidupan rumah tangga akan terjamin
- Membersihkan diri dari sgala dosa dan kesalahan yang telah lalu
- Amal ibadah serta kebaikannya akan di beri pahala berganda
- Allah akan memudahkan kematiannya
- Allah akan menerangi kuburnya selama di alam Barzah
- Allah akan memberatkan amal timbangan amal baiknya semasa di padang Mahsyar
- Selamat dari pada kejatuhan kedudukannya di dunia
- Martabatnya akan dinaikkan pada sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala

        Riwayat dari Ibnu Abbas Radhiallahu anhu, Rasulullah SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASSALLAM bersabda :

Tanggal 1
  Pada hari ini Allah mengampuni Nabi Adam ALAIHI SALAM Barang siapa yang berpuasa pd hari ini, maka Allah mengampuni setiap dosanya
  Dzikir yang dianjurkan :
ALLAHUMMA ANTA RABBI LAA ILAAHA ILLA ANTA KHOLATQTANII WA ANAA ABDUKA, WA ANAA ‘ALAA AHDIKA, WAWA’DIKA MASTATHO’TU ‘AUUDZUBIKA MIN SYIRRI MAA SHONA’TU ABUU ULAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA, WA ABUU’U BINZANBIK, FAGHFIRLII FAINNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLA ANTA (7X,11X,33X)

     Juga Istighfar se banyak2nya

Tanggal 2
   Pada hari inilah Allah mengabulkan doa Nabi Yusnus ALAIHI SALAM yang di selamatkan dari perut ikan hiu Yang berpuasa pada hari ini, seolah olah puasa 1 tahun dengan tidak ber maksiat kepada Allah Dzikir yang di anjurkan : LAA ILAAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINADZ DZOOLIMIIN (1000 X)

Tanggal 3
     Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria ALAIHI SALAM Yang berpuasa hari ini, Allah akan mengabulkan doanya Dzikir yg dianjurkan : WAMAYYATTAQILLAAH YAJ’ALLAAHU MAHROOJA, WAYARDZUKQU MIN HAI TSU LAA YAHTASIB, WAMAYYATAWAKKAL ‘ALALLAHI FAHUWA HASBUH, INNALLAHA BAALIGHUL AMRIHII QOD JA’ALALLA LIKULLI SYAI IN QODROO (Surat At Thalaq, ayat 3)

Tanggal 4
   Dilahirkannya Nabi Isa ALAIHI SALAM Yang berpuasa pada hari ini, Allah akan menjauhkan dia dari ketakutan dan kemiskinan di akhirat Dzikir yang dianjurkan : YAA HAYYUU YAA QOYYUUM LAA ILAA HA ILLAA ANTA 1000x

Tanggal 5

   Dilahirkan Nabi Musa ALAIHI SALAM Yang berpuasa pada hari ini selamat dari kemunafikan dan aman dari siksa Kubur Dzikir yang dianjurkan ; ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA NURIL ANWAR WASIRRIL ASROR, WATIR YAAQILAGHYAR, WAMIFTAAHIL BAABIL YASAR, SAYYIDINAA MUHAMMADINIL MUKHTAR, WA ‘AAHIL ATH HAAR, WA ASH HAABIHIL AHYAR ‘ADADA NI’AMILLAAHI WA IFDHOOLIH (1000X)

Tanggal 6
   Allah membukakan kebaikan kepada para Nabinya Yang berpuasa pada hari ini akan di lihat Allah dengan penglihatan Rahmat dan tidak di siksa selamanya Dzikir yang dianjurkan: LAA ILAA HA ILLALLAHU WAHDAHU LAA SYARIIKALAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU YUHYII WA YUMIIT, WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI IN QODIIR (1000X)

Tanggal 7 
      Hari ini ditutupnya semua pintu Neraka sampai tanggal 10 Yang berpuasa pada hari ini, akan ditutup Allah 30 pintu kesusahan dan di buka 30 pintu kesenangan Dzikir yang dianjurkan : RABBANAA AATINAA FID DUNYAA HASANAH, WA FIL AAKHIROTI HASANAH, WA QINAA ‘ADZAABAN NAAR, WA ADKHILNAL JANNATA MA’AL ABROOR YAA ‘AZIIZ, YA GHOFFAAR, YAA ALLAH, YAA RABBAL ‘ALAMIIN (1000X)

Tanggal 8
    Hari TARWIYAH Yang berpuasa pada hari ini, ganjarannya sangat besar, tidak ada yang mengetahui Selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala Dzikir yang dianjurkan : ASTAGHFIRULLAH HAL ADZIIM AL LADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QOYYUUM WA ATUUBU ILAIH (1000X)

Tanggal 9
    Hari Arafah
1) Nabi Ibrahim ALAIHI SALAM mengurbankan putranya (Nabi Ismail ALAIHI SALAM)
2) Nabi Adam ALAIHI SALAM bertemu dengan siti Hawa di Jabal Rohmah
3) Nabi Musa ALAIHI SALAMdi buka Hijab Kalaamullah
4) Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam di turunkannya wahyu penutup Yaitu surat Al Maidah : 3 ,
       Di Haramkan bagimu (memakan) Bangkai , darah (yg keluar dari tubuh), daging babi, dan (daging) hewan yang di sembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang di pukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. dan (diharamkan pula) yang di sembelih unuk berhala. Dan (diharamkan Pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), karena itu perbuatan Fasik. Pada hari ini orang orang kafir telah berputus asa untuk (mengalahkan) agamamu.Sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka. tetapi takutlah kepadaKu.
   Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu dan telah Aku cukupkan nikmatKu bagimu, dan tela aku Ridhoi islam sebagai agamamu. tetapi barang siapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sunggu Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

    Orang yang berpuasa pada hari ini, pahalanya, menghapuskan dosa 1 tahun yang telah lalu dan 1 tahun yang akan datang Dzikir yang dianjurkan : RABBIGHFIRLII WARHAMNII WATUB ALAYYA (1000X)

Tanggal 10
      Hari Qurban Nabi Ibrahim ALAIHI SALAM dengan Nabi Ismail ALAIHI SALAM yang menyembelih Qurban. Pada hari ini orang yang memberi sedekah apa saja, kelak bangkitnya dari kubur aman dari huru hara Qiamat dan timbangan amalnya lebih berat dari pada gunung UHUD.
     Dzikir yang dianjurkan : INNAA ‘ATHOINAA KAL KAUTSAR,. FASHOLLII LIROBBIKA WANHAR. INNASYAA NI AKA HUWAL ABTAR (Surat Al Kautsar) 1000 X
     Keterangan : DZIKIR yang dianjurkan bisa di mulai dari ba’da Ashar di tanggal sebelumnya, bisa dilakukan dengan memcicilnya setiap habis sholat 5 waktu 200 X, atau kalau masih tidak bisa juga se sanggupnya saja

Sumber : Majlis Al IHYA (Pimpinan Ust. Thamrin, BOGOR), KITAB DURRATUN NASIHIN

Ibu

Ada syurga dibalik mata mu
Yang beri aku kekuatan dalam kedamaian.

Ada cinta dibalik senyum mu
Yang selalu kau beri tulus untuk jadi kekuatan ku

Waktu yang berlalu memompa kekuatan mu untuk hadapi segala keegoisan ku.
Tetesan air mata, keringat, dan darah menjadi saksi bisu dalam perjuangan mu

Aku tahu engkau lelah,
Rapuhnya usia membuat rapuhnya kekuatan mu.
Tapi kau tetap berusaha menjadi mujahidah sejati bagi keluarga.

Wajah sendu mu tetap tak mampu menutupi paras cantik mu.... Ibu!!!!



Titip Doa untuk mereka

Jika masih ada kesempatan untuk ku berdoa terakhir kali nya
ku ingin Engkau Wahai Allah, Dzat Pemilik hidup dan mati ku.
Untuk beri kesempurnaan dalam ibadah mereka.
Terimalah perjalanan ibadah mereka yang terpatri dengan niat tulus hanya untukMu

Jika aku memang belum pantas menjadi seseorang yang baik,
izinkan aku sekejap menjadi anak yang soleh di mata Mu
agar Engkau mau menerima doa dari seorang anak untuk orang tua nya.
Jangan Engkau tutup doa mereka karena harus menanggung dosa yang telah aku perbuat.
Jangan Engkau hina mereka karena memiliki anak yang penuh kehinaan ini.

Cintailah mereka Tuhan..
Tataplah mereka dengan penuh cinta,
Terimalah setiap titik keringat, setiap hembusan nafas, dan setiap tetes air mata mereka.
Rangkumlah mereka tuk dapatkan penerimaan yang baik dari kota suciMu.

Ku titipkan mereka padaMu
Karena ku yakin Engkau lah yang pantas tempat ku sandarkan segalanya.
Ku pasrahkan segala yang ada
Kini aku mampu tenang tuk berada jauh dari mereka
karena dimana pun mereka berada,
Engkau selalu ada tuk satukan hati kami.

Terima kasih Ya Rahiim

Jumat, 05 November 2010

Hujan

Pernahkah kalian menyadari
atau memang enggan tuk menyadari
          Pernahkah kalian merenung
          ataukah memang tak ada waktu tuk merenung

Ada jutaan manusia di luar rumahmu
yang siap dan tidak siap dilindas keserakahan dunia.

     
Saat hujan lebat, masih ada yang berusaha berjualan berpayungkan kelaparan, berselimutkan kemiskinan.
        
sedang disini kita duduk bersantai dengan segelas teh hangat.
        
Pernahkah kalian sadari itu?

Saat hujan lebat
ada orang yang masih berusaha untuk keluar rumah
mereka tapaki jalan becek demi mengais rezeki
Tak beralaskan sesuatu apapun
mereka siap menjalankan aktifitas
Berjualan, Pemulung, bahkan pengemis sekalipun.

Tak gusar mereka hadapi dunia meski hujan lebat.
Mereka tetap teguh dan bersyukur.

          Sedang kita.... tatap diri kita!!
          Selalu mengeluh tatkala hujan
          seperti semua akhir dari segalanya.
         Menggerutu kebasahan, kemacetan, kedinginan.
         Meski telah berteduh di mobil kesayangan.

Sedang d luar sana... hanya ada semangat dalam doa
Doa yang menyembuhkan mereka dari penyakit.

Penyakit yang hanya dimiliki oleh manusia serakah
yang enggan untuk menerimadan bersyukur,
meski hanya dengan mengucap

             " ALHAMDULILLAH....."!!!!

Uwais Al Qarni

Nama Uwais al-Qarani memainkan peranan penting dalam biografi mistikal nabi.

"Sesungguhnya aku merasakan nafas ar-Rahman, nafas dari Yang Maha Pengasih, mengalir kepadaku dari Yaman!” 
Demikian sabda Nabi SAW tentang diri Uwais, yang kemudian dalam tradisi tasawuf menjadi contoh bagi mereka yang memasuki tasawuf tanpa dituntun oleh sang guru yang hidup. Para sufi yang mengaku dirinya telah menempuh jalan tanpa pemba’iatan formal kemudian disebut dengan istilah Uwaisi. Mereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, atau telah ditasbihkan oleh wali nabi yang misterius, Khidhir.

Uwais yang bernama lengkap Uwais bin Amir al-Qarani berasal dari Qaran, sebuah desa terpencil di dekat Nejed. Tidak diketahui kapan beliau dilahirkan. Ia kilahirkan oleh keluarga yang taat beribadah. Ia tidak pernah mengenyam pendidikan kecuali dari kedua orang tuanya yang sangat ditaatinya. Untuk membantu meringankan beban orang tuanya, ia bekerja sebagai penggembala dan pemelihara ternak upahan. Dalam kehidupan kesehariannya ia lebih banyak menyendiri dan bergaul hanya dengan sesama penggembala di sekitarnya. 

Oleh karenanya, ia tidak dikenal oleh kebanyakan orang disekitarnya, kecuali para tuan pemilik ternak dan sesamanya, para penggembala. Hidupnya amat sangat sederhana. Pakaian yang dimiliki hanya yang melekat di tubuhnya. Setiap harinya ia lalui dengan berlapar-lapar ria. Ia hanya makan buah kurma dan minum air putih, dan tidak pernah memakan makan yang dimasak atau diolah. Oleh karenanya, ia merasakan betul derita orang-orang kecil disekitarnya. Tidak cukup dengan empatinya yang sedemikian, rasa takutnya kepada Allah mendorongnya untuk selalu berdoa kedapa Allah : “Ya Allah, janganlah Engkau menyiksaku, karena ada yang mati karena kelaparan, dan jangan Engaku menyiksaku karena ada yang kedinginan.” Ketaatan dan kecintaannya kepada Allah, juga termanifestasi dalam kecintaannya dan ketaatannya kepada Rasulullah dan kepada kedua orang tuanya, sangat luar biasa. 

Di siang hari, ia bekerja keras, dan dimalam hari, ia asik bermunajat kepada Allah swt. Hati dan lisannya tidak pernah lengah dari berdzikir dan bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, meskipun ia sedang bekerja. Ala kulli hal, ia selalu berada bersama Tuhan, dalam pengabdian kepada-Nya. Rasulullah saw menuturkan keistimewaan Uwais di hadapan Allah kepada Umar dan Ali bahwa dihari kiamat nanti, disaat semua orang dibangkitkan kembali, Uwais akan memberikan syafaat kepada sejumlah besar umatnya, sebanyak jumlah domba yang dimiliki Rabbiah dan Mudhar (keduanya dikenal karena mempunyai domba yang banyak). Karena itu, Rasulullah menyarankan kepada mereka berdua agar menemuinya, menyampaikan salam dari Rasulullah, dan meminta keduanya untuk mendoakan keduanya, yang digambarkan bahhwa Uwais memiliki tinggi badan yang sedang dan berambut lebat, dan memiliki tanda putih sebesar dirham pada bahu kiri dan telapak tangannya. Sejak Rasulullah menyarankan keduanya untuk menemuinya, sejak itu pula keduanya selalu penasaran ingin segera bertemu dengan Uwais. 

      Setiap kali Umar maupun Ali bertemu dengan rombongan orang-orng Yaman, ia selalu berusaha mencaru tahu dimana keberadaan Uwais dari rombongan yang ditemuinya. Namun, keduanya selalu gagal mendapatkan informasi tentang Uwais. Barulah setalah Umar diangkat menjadi khalifah, informasi tentang Uwais keduanya perolih dari serombongan orang Yaman, “Ia tampak gila, tinggal sendiri dan tidak brgaul dengan masyarakat. Ia tidak makan apa yang dimakan oleh kebanyakan orang, dan tidak tampak susan atau senang. Ketika orang-orang tersenyum ia menangis, dan ketika orang-orang menangis ia tersenyum”. Demikian kata rombongan orang-orang Yaman tersebut. Mendengar cerita orang-orang Yaman tersebut, Umar dan Ali segera berangkat menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang-orang Yaman tadi. Akhirnya, keduanya bertemu dengan Uwais di suatu tempat terpencul. Abi Naim al-Afshani menuturkan dialog yang kemudian terjadi antara Umar dan Ali dengan Uwai al-Qarani sebagai berikut: Umar : Apa yang anda kerjakan disini ? Uwais : Saya bekerja sebagai penggembala Umar : Siapa nama Anda? Uwais : Aku adalah hamba Allah Umar : Kita semua adalah hamba Allah, akan tetapi izinkan kami untuk mengetahui anda lebih dekat lagi Uwais : Silahkan saja. Umar dan Ali : Setelah kami perhatikan, andalah orang yang pernah diceritakan oleh Rasulullah SAW kepada kami. Doakan kami dan berilah kami nasehat agar kami beroleh kebahagiaan dunia dan di akherat kelak. Uwais : Saya tidak pernah mendoakan seseorang secara khusus. Setiap hari saya selalu berdoa untuk seluruh umat Islam. Lantas siapa sebenarnya anda berdua. Ali : Beliau adalah Umar bin Khattab, Amirul Mu’minin, dan saya adalah Ali bin Abi Thalib. Kami berdua disuruh oleh Rasulullah SAW untuk menemui anda dan menyampaikan salam beliau untuk anda. Umar : Berilah kami nasehat wahai hamba Allah Uwais : Carilah rahmat Allah dengan jalan ta’at dan penuh harap dan bertawaqal kepada Allah. Umar :Terimakasih atas nasehat anda yang sangat berharga ini. Sebagai tanda terima kasih kami, kami berharap anda mau menerima seperangkat pakaian dan uang untuk anda pakai. Uwais : Terimakasih wahai Amirul mu’minin. Saya sama sekali tidak bermaksud menolak pemberian tuan, tetapi saya tidak membutuhkan apa yang anda berikan itu. Upah yang saya terima adalah 4 dirham itu sudah lebih dari cukup. Lebihnya saya berikan kepada ibuku. Setiap hari saya cukup makan buah kurma dan minum air putih, dan tidak pernah makan makan yang di masak. Kurasa hidupku tidak akan sampai petang hari dan kalau petang, kurasa tidak akan sampai pada pagi hari. 

     Hatiku selalu mengingat Allah dan sangat kecewa bila sampai tidak mengingat-Nya. Ketika orang-orang Qaran mulai mengetahui keduduka spiritualnya yang demikian tinggi di mata Rasulullah saw, mereka kemudian berusaha untuk menemui dan memuliakannya. Akan tetapi, Uwais yang sehari-harinya hidup penuh dengan kesunyian ini, diam-diam meninggalkan mereka dan pergi menuju Kufah, melanjutkan hidupnya yang sendiri. Ia memilih untuk hidup dalam kesunyian, hati terbatas untuk yang selain Dia. Tentu saja, “kesunyian” disini tidak identik dengan kesendirian (pengasingan diri). Hakekat kesendirian ini terletak pada kecintaanya kepada Tuhan. Siapa yang mencintai Tuhan, tidak akan terganggu oleh apapun, meskipun ia hidup ditengah-tengah keramaian. Alaisa Allah-u bi Kafin abdahu? Setelah seorang sufi bernama Harim bin Hayyam berusaha untuk mencari Uwais setelah tadak menemukannya di Qaran. Kemudian ia menuju Basrah. Di tengah perjalanan menuju Basrah, inilah, ia menemukan Uwais yang mengenakan jubah berbulu domba sedang berwudhu di tepi sungai Eufrat. Begitu Uwais beranjak naik menuju tepian sungai sambil merapikan jenggotnya. Harim mendekat dan memberi salam kepadanya. Uwais : menjawab: “ Wa alaikum salam”, wahai Harim bin Hayyan. Harim terkejut ketika Uwais menyebut namanya. “Bagaimana engakau mengetahui nama saya Harim bin Hayyan?’ tanya Harim. “Roku telah mengenal rohmmu”, demikian jawan Uwais. Uwais : kemudian menasehati Harim untuk selalu menjaga hatinya. Dalam arti mengarahkannya untuk selalu dalam ketaatan kepada-Nya melalui mujahadah, atau mengarahkan diri “dirinya “ untuk mendengar dan mentaati kata hatinya. Meski Uwais menjalani hidupnya dalam kesendirian dan kesunyian, tetapi pada saat-saat tertentu ia ikut berpartisipasi dalam kegiatan jihad untuk membela dan mempertahankan agama Allah. Ketika terjadi perang Shiffin antara golongan Ali melawan Muawiyah, Uwais berdiri di golongan Ali. Saat orang islam membebaskan Romawi, Uwais ikut dalam barisan tentara Islam. Saat kembali dari pembebasan tersebut, Uwais terserang penyakit dan meninggal saat itu juga. (t.39 H). 

     Demikianlah sekelumit tentang Uais al-Qarani, kemudian hri namanya banyak di puji oleh masyarakat. Yunus Emre misalnya memujinya dalam satu sajak syairnya : Kawan tercinta kekasih Allah; Di tanah Yaman, Uwais al-Qarani. Dia tidak berbohong ; dan tidak makan makan haram Di tanah Yaman, Uwais al-Qarani Di pagi hari ia bangun dan mulai bekerja, Dia membaca dalam dzikir seribu satu malam Allah; Dengan kata Allahu Akbar dia menghela unta-unta Di tanah Yaman, Uwais alQarani Negeri Yaman “negeri di sebelah kanan “, negeri asal angin sepoi-sepoi selatan yang dinamakan nafas ar-rahman, Nafas dari Yang Maha Pengasih, yang mencapai Nabi dengan membawa bau harum dari ketaatan Uwais al-Qarani, sebagaimana angin sepoi-sepoi sebelumnya yang mendatangkan keharuman yang menyembuhkan dari kemeja Yusuf kepada ayahnya yang buta. Ya’kub (QS, 12: 95), telah menjadi simbul dari Timur yang penuh dengan cahaya, tempat dimana cahaya muncul, yang dalam karya Suhrawadi menggambarkan rumah keruhanian yang sejati. “Negeri di sebelah kanan “ itu adalah tanah air Uwais al-Qarani yanag memeluk Islam tanpa pernah betemu dengan nabi. Hikmah Yamaniyyah, “Kebijaksanaan Yaman,” dan Hikmah Yamaniyyah,”filosofi Yanani”, bertentangan, sebagaimana makrifat intuitif dan pendekatan intelektual, sebagaimana Timur dan Barat. 

     Doa dan Dzikir Satu hal yang perlu digarisbawahi dari diri Uwais al-Qarani, kemudian menjadi landasan dalam tareqat-tareqat sufi, selain baktinya yang luar biasa terhadap kedua orang tuanya dan sikap zuhudnya, adalah doa dan dzikirnya. Uwais tidak pernah berdoa khusus untuk seseorang, tetapi selalu berdoa untuk seluruh umat kaum muslim. Uwais juga tidak pernah lengah dalam berdzikir meskipun sedang sibuk bekerja, mengawasi dan menggiring ternak-ternaknya. Doa dan dzikir bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. 

    Hakekatnya adalah satu. Sebab, jelas doa adalah salah satu bentuk dari dzikir, dan dzikir kepada–Ku hingga ia tidak sempat bermohon (sesuatu) kepada-Ku, maka Aku akan mengaruniakan kepadanya sesuatu yang terbaik dari yang diminta orang yang berdoa kepada-Ku”. Uwais selalu bedoa untuk seluruh muslimin. Doa untuk kaum muslim adalah salah satu bentuk perwujudan dari kepedulian terhadap “urusan kaum muslim”. Rasulullah saw. Pernah memperingatkan dengan keras: Siapa yang tidap peduli dengan urusan kaum muslim, maka ia tidak termasuk umatku.” 

     Dalam hal ini, Rasulullah saw menyatakan bahwa permohonan yang paling cepat dikabulkan adalah doa seseorang untuk saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan dan mendahulukan doa untuk selain dirinya. Dan Uwais lebih memilih untuk medoakan seluruh saudaranya seiman. Suatu ketika Hasan bin Ali terbangun tengah malam dan melihat ibunya, Fatimah az-Zahra, sedang khusu’ berdoa. Hasan yang pensasaran ingin tahu apa yang diminta ibunya dalam doanya berusaha untuk menguping. Namun Hasan agak sedikit kecewa, karena dari awal hingga akhir doanya, ibunya, hanya meminta pengampunan dan kebahagian hidup untuk seluruh kaum muslimin di dunia dan di akhirat kelak. Selesai berdoa, segera Hasan bertanya kepada ibunya perihal doanya yang sama sekali tidak menyisakan doanya untuk dirinya sendiri. Ibunya tersenyum, lalu menjawab bahwa apapun yang kita panjatkan untuk kebahagiaan hidup kaum muslim, hakekatnya, permohonan itu akan kembali kepada kita. Sebab para malaikat yang menyaksikan doa tersebut akan berkata “Semoga Allah mengabulkanmu dua kali lipat.” 
Dari prinsip tersebut, para sufi kemudian menarik suatu prinsip yang lebih umum yang padanya bertumpu seluruh rahasia kebahagiaan. 

     Apa yang kita cari dalam kehidupan ini, harus kita berikan kepad orang lain. Jika kebajikan yang kita cari, berikanlah; jika kebaikan, berikanlah; jika pelayanan, berikanlah. Bagi para sufi, dunia adalah kubah, dan perilaku seseorang adalah gema dari pelaku yang lain. Secuil apapun kebaikan yang kita lakukan, ia akan kembali. Jika bukan dari seseorang, ia akan datang dari orang lain. Itulah gemanya. Kita tidak mengetahui dari mana sisi kebaikan itu akan datang, tetapi ia akan datang beratus kali lipat dibanding yang kita berikan. Demikianlah, berdoa untuk kaum mulim akan bergema di dalam diri yang tentu saja akan berdampak besar dan positif dalam membangun dan meningkatkan kualitas kehidupan spiritual seseorang. 

Paling tidak, doa ini akan memupus ego di dalam diri yang merupakan musuh terbesar, juga sekalihgus akan melahirkan dan menanamkan komitmen dalam diri “rasa Cinta”dan “prasangka baik”terhadap mereka, yang merupakan pilar lain dari ajaran sufi, sebagai manifestasi cinta dan pengabdian kepada Allah swt. Uwais tidak pernah lengah untuk berdzikir, mengingat dan mnyebut-nyebut nama Allah meskipun ia sedang sibuk mengurus binatang ternaknya. Dzikir dalam pengertiannya, yang umum mencakup ucapan segala macam ketaatan kepada Allah swt. 

     Namun yang dilakukan Uwais disini adlah berdzikir dengan menyebut nama-nama Allah dan meningat Allah, juga termasuk sifat-sifat Allah. Ibn Qayyim al-Jauziyyah ketika memaparkan berbagai macam faedah dzikir dalm kitabnya “al-wabil ash-shayyab min al-kalim at-thayyib” menyebutkan bahwa yang paling utama pada setiap orang yang bramal adalah yang paling banyak berdzikir kepad Allah swt. Ahli shaum yang paling utama adalah yang paling banyak dzikirnya; pemberi sedekah yang paling baik adalah yang paling banyak dzikirnya; ahli haji yang paling utama adalah yang paling banyak berdzikir kepada Allah swt; dan seterusnya, yang mencakup segala aktifitas dan keadaan. Syaikh Alawi dalam “al-Qawl al-Mu’tamad,” menyebutkan bahwa mulianya suatu nama adalah kerena kemuliaan pemilik nama itu, sebeb nama itu mengandung kesan sipemiliknya dalam lipat tersembunyi esensi rahasianya dan maknanya. Berdzikir dan mengulang-ulang Asma Allah, Sang Pemilik kemuliaan, dengan demikian, tak diragukan lagi akan memberikan sugesti, efek, dan pengaruh yang sangat besar. Al-Ghazali menyatakan bahwa yang diperoleh seorang hamba dari nama Allah adalah ta’alluh (penuhanan), yang berarti bahwa hati dan niatnya tenggelan dalam Tuhan, sehingga yang dilihat-Nya hanyalah Dia. Dan hal ini, dalam pandangan Ibn Arabi, berarti sang hamba tersebut menyerap nama Allah, yang kemudian merubahnya dengan ontologis. 

Demikianlah, setiap kali kita menyerap asma Allah lewat dzikir kepada-Nya, esensi kemanusiaan kita berubah. Kita mengalami tranformasi. Yanag apada akhirnya akan membuahkan akhlak al-karimah yang merupakan tujuan pengutusan rasulullah Muhammad saw. Dilihat dari sudut panang psikologis sufistik, pertama-tama dzikir akan memberi kesan pada ruh seseorang, membentuknya membangun berbagai kualitas kebaikan, dan kekuatan inspirasi yang disugestikan oleh nama-nama itu. 
     Dan mekanisme batiniah seseorang menjadi semakin hidup dari pengulangan dzikir itu, yang kemudian mekanisme ini berkembang pada pengulangan nama-nama secara otomatis. Jadi jika seseorang telah mengilang dzikirnya selama satu jam, misalnya, maka sepanjang siang dan malam dzikir tersebut akan terus berlanjut terulang, karena jiwanya mengulangi terus menerus. Pengulangan dzikir ini, juga akan terefleksi pada ruh semesta, dan mekanisme universal kemudian mengulanginya secara otomatis. Dengan kata lain, apa yang didzikirkan manusia dengan menyebutnya berulang-ulang. Tuhan kemudian mulai mengulanginya, hingga termaterialisasi dan menjadi suatu realita di semua tingkat eksistensi. 
Wallahu a’lam bis-shawab.