Ibadah haji merupakan ibadah fisik, namun demikian banyak makna baik
yang tersirat maupun yang tersurat yang bisa kita ambil dalam
pelaksanaan ibadah haji tersebut. Sungguh sangat disayangkan jika kita
dalam melaksanakan ibadah haji ini kita kehilangan hikmah atau
pelajaran yang terkandung di dalamnya. Hanya capek dan lelah saja yang
akan kita dapatkan jika kita tidak mampu mengambil hikmah dari
perjalanan ibadah haji kita. Sungguh hanya perkerjaan yang sia-sia
belaka.
Hikmah ibadah haji disini memiliki maksud agar calon jamaah haji dapat
mengetahui, memahami dan menghayati tujuan dan hakikat pelaksanaan
ibadah haji, sehingga diharapkan meningkatkan ketaqwaan kita kepada
Allah SWT, karena semua ibadah yang kita lakukan pada dasarnya untuk
membentuk manusia yang bertaqwa.
Ada beberapa hikmah yang bisa kita petik dari ibadah haji kita antara lain:
Hikmah Ihram
Ihram memiliki pengertian “niat mulai mengerjakan ibadah haji atau
umrah dan menjauhi segala larangan-larangan selama berihram”. Allah STW
telah menetapkan beberapa larangan yang harus dipatuhi oleh jamaah haji
selama berihram jika dilanggar maka ada konsekuensi yang harus kita
terima jika dilanggar, yaitu dengan cara membayar Dam / Fidyah sesuai
ketentuan syar’i. Dengan berihram ini berarti kita telah berikrar dan
bertekad untuk tidak melanggar larangan-larangan ihram seperti
memotong/ mencukur rambut, memotong pepohonan di Tanah Suci atau
memakai pakaian berjahit. Padahal kesemuanya itu hal biasa dalam
keseharian, bahkan kita disunahkan memotong kuku atau rambut untuk
kebersihan kita, tetapi dalam kondisi berihram semuanya itu adalah
dilarang!.
Apa hikmah yang bisa kita petik dari semuanya itu. Ini semua
menunjukkan sikap kepatuhan dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Hal ini
juga wujud dari ikrar syahadat kita bahwa Tidak ada Tuhan yang yang
patut disembah selain Allah SWT. Ketaatan kita kepada-Nya adalah
mutlak! tanpa adanya pengecualian. Dialah Sang Pencipta, Yang Berkuasa
atas segala sesuatu, Apapun yang telah ditetapkan-Nya adalah ketentuan
yang mutlak berlaku, kita hanya hambanya yang dhaif, lemah. Jamaah haji
tidak boleh meremehkan larangan-larangan ihram ini, meskipun
konsekuensi melanggar larangan ihram itu tidak seberapa berat, tetapi
bukan itu esensinya!. Kepatuhan dan ketaatan kitalah yang sedang diuji,
untuk tidak melanggar larangan-larangan ihram dalam berihram ini.
Semakin kita tidak melanggar larangan-larangan ihram ini adalah hal
terbaik yang harus kita laksanakan selama menjalankan ibadah haji, hal
ini menunjukkan tingkat ketaatan kita kepada Allah SWT. Semoga ketaatan
kita ini dapat mengantarkan kita memperoleh haji mabrur.
Dalam berihram, kita hanya memakai dua helai kain saja tanpa berjahit,
disunnahkan kain yang putih bersih. Hal ini menunjukkan kita semua
dihadapan Allah SWT adalah sama, tidak ada yang berpakaian mewah, semua
pakaian yang gemerlap, pangkat dan jabatan harus ditanggalkan. Yang
tertinggal adalah ketaqwaan kita yang menjadi bekal kita dalam
.memenuhi panggilan Allah SWT ini, karena sebaik-baiknya bekal adalah
bekal taqwa. Dalam memenuhi panggilan Allah SWT ini, diharapkan dengan
hati yang bersih, seputih bersih kain ihram itu sendiri, tidak ada
kesombongan, karena kesombongan hanyalah milik Allah SWT semata.
Hikmah Thawaf
Thawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebayak tujuh kali putaran dimulai
dan diakhiri dari Rukun Hajar Aswad, sedangkan ka’bah berada disebelah
kiri. Ka’bah adalah pusat/ kiblat ibadah umat islam. Disinilah, di
Baitullah ini kita menjadi tamu Allah SWT. Thawaf merupakan sarana
pertemuan kita sebagai tamu dengan Sang Khaliq, dengan mengelilingi
ka’bah disertai dengan dzikir dan berdoa dengan khusuk. Ka’bah menjadi
pusaran dan pusat peribadatan kita kehadirat Allah SWT, karena thawaf
identik dengan sholat dimana kita berkomunikasi secara langsung dengan
Allah SWT.
Putaran thawaf sebanyak 7 kali merefleksikan rotasi bumi
terhadap matahari yang menandai putaran terjadinya kisaran waktu, siang
dan malam, yang menunjukkan waktu, hari, bulan dan tahun.
Subhanallah.., inilah kebesaran Allah SWT, semuanya bukanlah terjadi
secara kebetulan, tetapi sudah menjadi Sunatullah. Tidak ada kejadian
dimuka bumi ini yang terjadi secara kebetulan melainkan sudah
direncanakan Allah SWT. Dan semuanya berjalan sesuai denang ukurannya
masing-masing.
Hikmah Sa’i
Sa’i berarti “usaha”, sa’i adalah perjalanan dari Shafa ke Marwah dan
sebaliknya sebanyak 7 kali perjalanan. Ibadah sa’i ini merupakan ajaran
dari Siti Hajar ketika mondar-mandir antara Bukit Shafa dan Bukit
Marwah untuk mencari air karena Nabi Ismail AS menangis kehausan,
padahal jarak antara Shafa dan Marwah sekitar 425 m. Kisah ini
menunjukkan betapa besarnya cinta kasih seorang ibu kepada anaknya,
begitu kuat usaha yang dilakukannya untuk mendapatkan setetes air untuk
menghilangkan dahaga anaknya. Hikmah yang bisa kita ambil dari kisah
tersebut adalah usaha yang dilakukan secara terus-menerus tanpa kenal
lelah serta tawakal untuk meraih suatu tujuan, meskipun pada akhirnya
hanyalah Allah SWT yang menentukan hasil dari jerih payah kita.
Kenyataannya yang menemukan sumber mata air di tanah yang kering dan
tandus tersebut adalah putranya sendiri, Nabi Ismail AS, yang dikenal
dengan sumur air zam-zam. Air Zam-zam inilah yang pada akhirnya
menghidupi masyarakat sekitar Makkah selama ribuan tahun dan sumur ini
tidak pernah kering sampai saat ini, meskipun berjuta-juta galon telah
diambil untuk keperluan jamaah haji, Subhanallah… nikmat mana yang kamu
ingkari!
Hikmah Tahalul

Hikmah Wukuf
Wukuf berarti “berhenti”, merupakan Rukun ibadah haji, tidak ada haji
jika tidak wukuf di arofah. Wukuf di padang Arofah merupakan gambaran
kelak kita akan dikumpulkan Allah SWT di Padang Mahsyar pada Hari
Kebangkitan. Pada saat wukuf ini, kita akan merasa dalam suasana yang
tenang, tentram, seluruh jamaah haji dari berbagai penjuru dunia
berkumpul, bermunajad kehadirat Allah SWT, Sang Pencipta. Semuanya
berdzikir, bertafakur, ada yang menangis memohon ampunan, bertobat atas
segala dosa dan kesalahan. Sesungguhnya Adalah sebaik-baiknya Penerima
Taubat Hamba-Nya. Dalam Wukuf ini Allah akan membebaskan dan mengampuni
dosa-dosa orang-orang yang sedang wukuf sebesar apapun dosanya, seperti
disebutkan dalam hadits riwayat Muslim, Nabi SAW bersabda: “Aku
berlindung kepada Allah SWT dari godaan syetan yang terkutuk. Tiada
hari yang lebih banyak Allah membebaskan seorang hamba dari neraka
selain Hari Arofah.”
Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda:
Nabi SAW wukuf di Arofah, di saat matahari hampir terbenam; Beliau
berkata; “Wahai Bilal suruhlah umat manusia mendengarkan saya.” Maka
Bilal pun berdiri seraya berkata, “Dengarkanlah Rasulullah SAW,” maka
mereka mendengarkan, lalu Nabi SAW bersabda; ” Wahai umat manusia, baru
saja Jibril a.s. datang kepadaku, maka dia membacakan salam dari
Tuhanku, dan dia mengatakan; “Sungguh Allah SWT mengampuni dosa-dosa
orang-orang yang berwukuf di Arofah, dan orang-orang yang bermalam di
Masy’aril Haram (Muzdalifah), dan menjamin membebaskan mereka dari
tuntutan balasan dan dosa-dosa mereka. Maka Umar bin Khattab berdiri
dan bertanya, Ya, Rasulullah, apakah ini khusus untuk kita saja?
Rasulullah menjawab: “ini untukmu dan orang-orang sesudahmu hingga hari
kiamat kelak. Umar r.a. pun lalu berkata, Kebaikan Allah sungguh banyak
dan Dia Maha Pemurah.”
Hikmah Mabit di Muzdalifah
Setelah terbenam matahari wukuf telah berakhir, jamaah haji berangkat
menuju Muzdalifah untuk bermalam dan beristirahat, mengumpulkan tenaga
kembali guna melanjutkan melontar jumrah di Mina. Disunnahkan di
Muzdalifah ini jamaah haji mencari kerikil untuk melontar jumrah.
Selama mabit di Muzdalifah ini disunnahkan memperbanyak dzikir dan
berdoa. Setelah lewat tengah malam, jamaah haji akan berangkat menuju
Mina untuk mabit dan melantar jumrah pada tanggal 10, 11, 12, 13,
Dzulhijjah. Hikmah Mabit di Muzdalifah ini, kita mempersiapkan diri
baik tenaga maupun perbekalan dan senjata (lambang kerikil) untuk
melawan musuh manusia yang nyata yaitu syeitan. Kerikil-kerikil
tersebut nantinya dipergunakan untuk melontar jumrah yang melambangkan
perang melawan syaitan. Syaitan selalu menjerumuskan manusia ke dalam
api neraka karena itu tidak ada ruang lagi bagi syaitan.
Hikmah Mabit di Mina
Mabit di mina ini dilaksanakan selama 4 hari mulai tanggal 10, 11, 12,
13, Dzulhijjah. Selama mabit ini jamaah haji akan melaksanakan melontar
jumrah Ula, Wustha dan Aqobah. Mabit ini merupakan penginggalan ajaran
Nabi Ibrahim A.S. ketika diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih
putranya Nabi Ismail A.S. Dalam perjalanan menjalankan perintah Allah
inilah Nabi Ibrahim mendapat godaan terus-menerus dari syaitan agar
mengurungkan niatnya untuk menyembelih putra kesayangannya, tetapi Nabi
Ibrahim A.S. tetap istiqomah menjalankan perintah ALLAH SWT ini dan
melempari syaitan-syaitan tersebut dengan batu kerikil. Makna Melontar
jumrah adalah perang kita terhadap musuh yang paling nyata bagi manusia
yaitu syaitan, karena syaitan-syaitan tidak pernah lengah untuk
menggoda manusia agar terjerumus kedalam api neraka. Disamping itu
selama mabit ini kita disunahkan untuk selalu mendekatkan diri kepada
Allah SWT dengan berdzikir dan berdoa serta memperbanyak ibadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar