Beliau digelari dengan As-Sakran (mabuk) , karena beliau mabuk dengan
cintanya kepada Allah swt.
Waliyullah Abu Bakar al-sakran dikarunia lima
orang anak laki,yaitu: Muhammad al-akbar, Hasan, Abdullah, Ali, dan
Ahmad.
Dari ketiga anaknya yang bernama Abdullah, Ali dan Ahmad
menurunkan keluarga al-Aydrus, Syahabuddin, al-Masyhur, al-Hadi,
al-Wahath, al-Munawar
Beliau adalah seorang wali Allah yang mempunyai berbagai macam karamah
yang luar biasa. Beliau berasal dari keturunan Al-Ba’alawi.
Sebahagian
dari karamahnya pernah diceritakan bahawasanya pernah ada dua orang
yang datang ke kota Tarim (Hadhramaut) dengan maksud mengunjungi setiap
orang terkemuka dari keluarga Al-Ba’alawi yang berada di kota tersebut.
Setibanya di suatu masjid jami’ keduanya dapati Syeikh Abu Bakar sedang
bersolat di masjid tersebut. Setelah solat Jum’at selesai keduanya
menunggu keluarnya Syeikh Abu Bakar dari masjid. Namun beliau tetap
duduk beribadat dalam masjid sampai hampir matahari terbenam. Kedua
orang itu merasa lapar, tapi keduanya tidak berani beranjak dari masjid
sebelum bertemu dengan Syeikh Abu Bakar.
Tidak lama kemudian, Syeikh
Abu Bakar Asseggaf menoleh kepada mereka berdua sambil berkata:
“Ambillah apa yang ada dalam baju ini”. Keduanya mendapati dalam baju
Syeikh itu sepotong roti panas. Roti tersebut cukup mengenyangkan perut
kedua orang tersebut. Bahkan masih ada sisanya. Kemudian sisa roti itu
barulah dimakan oleh Syeikh Abu Bakar”.
Ada seorang diceritakan telah
meminang seorang gadis. Syeikh Abu Bakar ketika mendengar berita
tersebut telah memberikan komentarnya: “Pemuda itu tidak akan mengawini
gadis itu, ia akan kawin dengan ibu gadis tersebut”. Apa yang
diceritakan oleh Syeikh Abu Bakar tersebut ternyata benar, karena tidak
lama kemudian ibu gadis itu diceraikan oleh suaminya. Kemudian pemuda
itu membatalkan niat untuk mengahwini gadis tersebut.
Bahkan sebagai
gantinya ia meminang ibu gadis tersebut. Diceritakan pula bahwa ada
serombongan tetamu yang berkunjung di Kota Tarim tempat kediaman Syeikh
Abu Bakar Asseggaf. Tamu itu tergerak di hatinya masing-masing ingin
makan bubur gandum dan daging.
Tepat waktu rombongan tamu itu masuk
ke rumah Syeikh Abu Bakar, beliau segera menjamu bubur gandum yang
dimasak dengan daging. Kemudian sebahagian dari rombongan tersebut ada
yang berkata: “Kami ingin minum air hujan”. Syeikh Abu Bakar berkata
kepada pembantunya: “Ambillah bejana itu dan penuhilah dengan air yang
ada di mata air keluarga Bahsin”.
Pelayan itu segera keluar membawa
bejana untuk mengambil air yang dimaksud oleh saudagarnya. Ternyata air
yang diambil ari mata air keluarga Bahsin itu rasanya tawar seperti air
hujan.
Pernah diceritakan bahwasanya ada seorang Qadhi dari keluarga
Baya’qub yang mengumpat Syeikh Abu Bakar Asseggaf. Ketika Syeikh Abu
Bakar mendengar umpatan itu, beliau hanya berkata: “Insya-Allah Qadhi
Baya’qub itu akan buta kedua matanya dan rumahnya akan dirampas jika ia
telah meninggal dunia”.
Apa yang dikatakan oleh Syeikh Abu Bakar
tersebut terlaksana sama seperti yang dikatakan. Ada seorang penguasa
yang merampas harta kekayaan seorang pelayan dari keluarga Bani
Syawiah. Pelayan itu minta tolong kepada Syeikh Abu Bakar Asseggaf.
Pada keesokkan harinya penguasa tersebut tiba-tiba datang kepada
pelayan itu dengan mengembalikan semua harta kekayaannya yang dirampas
dan dia pun meminta maaf atas segala kesalahannya. Penguasa itu
bercerita: “Alu telah didatangi oleh seorang yang sifatnya demikian,
demikian, sambil mengancamku jika aku tidak mengembalikan barangmu yang
kurampas ini”. Segala sifat yang disebutkan oleh penguasa tersebut sama
seperti yang terdapat pada diri Syeikh Abu Bakar.
Diceritakan pula oleh
sebagian kawannya bahawasanya pernah ada seorang ketika dalam suatu
perjalanan di padang pasir bersama keluarganya tiba-tiba ia merasa haus
tidak mendapatkan air. Sampai hampir mati rasanya mencari air untuk
diminum. Akhirnya ia teringat pada Syeikh Abu Bakar Asseggaf dan
menyebut namanya minta pertolongan. Waktu orang itu tertidur ia
bermimpi melihat seorang penunggang kuda berkata padanya:
“Telah kami
dengar permintaan tolongmu, apakah kamu mengira kami akan mengabaikan
kamu?” Waktu orang itu terbangun dari tidurnya, ia dapati ada seorang
Badwi sedang membawa tempat air berdiri di depannya. Badwi itu
memberinya minum sampai puas dan menunjukkannya jalan keluar hingga
dapat selamat sampai ke tempat tujuan.
Waliyullah Abu bakar al-sakran
wafat di Tarim tahun 821 Hijriyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar