Seorang hamba dituntut untuk meminta kepada Tuhannya agar dapat
melihat kebaikan-kebaikan para makhluk-Nya, juga agar dapat menutupi
aib-aib mereka.Jika ia telah menyaksikan kebaikan-kebaikan mereka, maka
ia akan berprasangka baik (husnuddhon) kepada mereka.Jika ternyata ia
belum melaksanakan kebajikan yang telah mereka lakukan, maka hendaknya
ia berusaha dengan sungguh-sungguh, dan bertawajjuh kepada Allah agar
Ia menganugerahkan kebaikan-kebaikan itu kepadanya, karena ia tidak
akan memperoleh apa pun kecuali dengan pertolongan Tuhannya. Dengan
berbuat demikian, Allah akan memudahkan dan menyampaikannya pada
kebaikan tersebut. Karena barang siapa memohon pertolongan kepada
Allah,niscaya ia akan diberi petunjuk ke jalan yang lurus.
•“Kalian semua sesat kecuali yang telah Kuberi petunjuk, maka mintalah
petunjuk kepada-Ku, nanti Aku akan memberi petunjuk kepada kalian.” (HR
Muslim, Turmudzi, Ibnu Majah, Ahmad, baihaqi dan Darimi)
•Jika kebaikan yang ia miliki ternyata lebih baik dan lebih sempurna,
maka hendaknya ia meminta agar Allah menambah kebaikannya, bersyukur
atas taufik yang diberikan Allah kepadanya, dan bersyukur karena Allah
telah mengkhususkannya untuk memperoleh kebaikan itu. Jika ia berbuat
demikian, ia akan memperoleh kebaikan tambahan.
• Jangan sampai kebaikan itu membuatnya merasa ujub (berbangga diri).
Jangan sampai ia memandang dirinya lebih baik dari yang lain, jangan
sampai karunia yang diberikan Allah kepadanya menimbulkan perasaan
sombong. Karena, sesungguhnya dirinya dan juga orang lain berada dalam
tawanan kekuasaan dan kehendak Allah. Ia seharusnya merasa takut jika
suatu waktu Allah mencabut kebaikan-kebaikannya kemudian memberikannya
kepada orang-orang lain, dan sebagai gantinya, ia melaksanakan
keburukan-keburukan mereka.
•Jika Allah menunjukkan keburukan seseorang, maka ia dituntut untuk
berakhlak dengan akhlak Tuhannya Yang Maha Pengasih, yakni mengasihi
mereka dan menutupi aib-aibnya. Karena sesungguhnya keburukan yang
Allah tampakkan adalah rahasia yang dipercayakan Allah kepadanya dengan
tujuan agar ia dapat menyimpan rahasia itu, kemudian dengan penuh kasih
sayang dan lemah lembut memberikan nasihat kepada orang itu, atau
melalui sindiran, atau dengan cara lain yang baik sebagaimana teguran
Rasulullah SAW kepada para sahabatnya:” Mengapa sekelompok orang
berbuat demikian, hendaknya mereka menghentikan perbuatannya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar